Sunday, December 21, 2014

Xposisi.Com | Profil | April, 2012 | by Ifnur Hikmah


Bisa diceritakan tentang kesibukan Dewi sekarang?

Sekarang ini sedang mempersiapkan peluncuran buku baru, Supernova PARTIKEL. Terbit tanggal 13 April.
 
Genre tulisan apakah yang menjadi favorit Dewi? Selain itu, genre tulisan seperti apakah yang ingin Dewi tulis setelah ini?

Saat ini sih lebih seringnya fiksi. Tapi sebetulnya saya senang juga menulis nonfiksi. Mungkin setelah Supernova tamat, saya akan membuat karya-karya nonfiksi. We'll see.

Apakah Dewi punya waktu dan tempat khusus untuk menulis?

Saat ini, nggak ada. Saya banyak menulis di rumah, dan sesempatnya saja. Kadang pagi, siang, sore, malam. Nggak tentu.

Supporter terbesar mbak Dewi untuk terus menulis?

Keluarga, tentunya. Suami saya, Reza Gunawan. Kalau saya malas-malasan, dia yang rajin mengingatkan.

Di antara semua penghargaan yang Dewi terima, adakah yang paling berkesan? Penghargaan tertinggi apakah yang pernah mbak Dewi dapatkan dari pembaca?

Saat saya bertemu dengan seorang tukang bangunan yang membangun rumah saya, dan ternyata dia adalah pembaca Filosofi Kopi yang sudah lama berangan-angan ingin bertemu dengan saya. Itu momen yang sangat mengharukan bagi saya.

Di antara semua buku mbak Dewi, penulisan buku manakah yang menurut mbak Dewi paling berkesan?

Semua buku punya kesan masing-masing sih, karena ditulis dalam kondisi dan waktu yang berbeda, jadi tantangannya juga lain-lain. Kalau ditanyanya sekarang, tentu yang paling berkesan adalah Partikel. Karena ini adalah buku terakhir yang saya tulis, jadi ingatan tentang proses pembuatannya masih sangat segar. Dan ini adalah buku saya yang paling tebal (500 halaman lebih), dan saya buat ketika sudah punya dua anak yang masih kecil-kecil. Saya nggak pernah membayangkan bisa menulis seintens itu dalam kondisi harus mengurus keluarga dan anak, tapi ternyata bisa.

Apakah tantangan terbesar yang Dewi temukan dalam menulis?

Menemukan waktu luang yang tidak terganggu.

Apakah pengalaman menarik yang pernah Dewi rasakan saat menulis novel? Apakah ada pengalaman pribadi yang dimasukkan ke dalam cerita?

Buku saya selalu gabungan dari lamunan, pengalaman, hasil riset. Jadi nggak pernah ada yang murni satu unsur saja.

Menurut Dewi, seberapa besar arti seorang pembaca dan bagaimana cara Dewi me-maintain hubungan dengan pembaca?

Saat ini saya lebih nyaman berinteraksi dengan pembaca via Twitter, karena paling praktis. Beda dengan milis yang maintenance-nya lebih memakan waktu. Jadi, hampir semua interaksi saya dengan pembaca dilakukan di Twitter, atau sekali-sekali Facebook.

Dari semua tokoh yang pernah ditulis, tokoh manakah yang paling disukai? Mengapa?

Pertanyaan sulit. Saya punya kedekatan yang intens dengan semua tokoh saya. Karena yang paling terakhir ditulis adalah Zarah, saat ini saya merasa dialah yang paling berkesan.

Dalam waktu dekat, proyek apa yang akan Dewi kerjakan setelah Partikel?

Ada beberapa karya yang ditawari untuk difilmkan, saya nggak terlibat langsung sih, cuma konsultatif saja hubungannya. Saya mau meneruskan episode Supernova selanjutnya, yakni Gelombang.

Selamat atas terbitnya Partikel. Setelah menunggu selama delapan tahun, bagaimana perasaan mbak Dewi sekarang?

Tegang, excited, dan sangat senang.

Bisa diceritakan proses kreatif di balik pembuatan Partikel? Mengapa Dewi sampai membutuhkan waktu delapan tahun untuk menulis Partikel?

Sudah saya jelaskan panjang lebar di kata pengantarnya, hehe. Tapi intinya, setiap karya punya momen masing-masing untuk lahir. Setelah melihat ke belakang, saya merasa memang inilah momen yang tepat bagi Partikel, karena akumulasi informasi dan pengetahuan yang saya punya sekarang akhirnya mencukupi untuk itu. Kalau dikerjakan 2-3 tahun yang lalu, pasti beda banget.

Bisa dikatakan pembaca sangat menantikan kehadiran Partikel. Apakah ini menjadi beban untuk Dewi? Seberapa yakin seorang Dewi Lestari terhadap kepuasan pembaca setelah membaca Partikel?

Beban ke pembaca sih enggak. Karena keinginan untuk melanjutkan tentunya paling kuat berasal dari saya sendiri. Kalau ke pembaca, saya lebih ke rasa penasaran ingin tahu reaksinya bagaimana, review-nya seperti apa. Mudah-mudahan sih puas. Karena saya sendiri puas menulisnya.

Cara apa saja yang sudah Dewi lakukan untuk mempromosikan Partikel?

Waktu Supernova 1, saya benar-benar "pasang badan". Menjalani puluhan talkshow, dsb. Sekarang, sudah tidak dimungkinkan untuk itu lagi karena saya harus mengurus keluarga. Selain itu, dinamika media sosial Indonesia yang semakin hidup, memudahkan saya untuk bisa berpromosi tanpa harus "pasang badan" seperti dulu lagi. Untungnya, penerbit yang bekerja sama dengan saya, Bentang Pustaka, juga sangat akomodatif. Mereka sangat terbuka menerima ide-ide saya dan mengembangkannya dengan cukup baik. Untuk Partikel tema promonya adalah countdown, penjualan serempak, dan alien. Karena buku ini sudah sangat diantisipasi pembacanya, momen countdown dan penjualan serempak akan membuat rilisnya Partikel lebih klimaks. Kehadiran "Alien" sendiri untuk menyemarakkan suasana saja, kebetulan temanya relevan dengan buku.
 
Selama rentang waktu hingga Partikel lahir, Dewi juga mengeluarkan Rectoverso, Perahu Kertas. Apakah proyek tersebut lebih dulu dimulai dibandingkan Partikel atau bagaimana?

Perahu Kertas iya, sudah saya tulis versi awalnya dari 1996. Rectoverso lebih ke nggak sengaja. Waktu itu saya memang niat untuk bikin album, dan konsepnya akhirnya lahir bareng dengan buku. Jadi buku Rectoverso ikut diproduksi.

Mbak Dewi juga mengeluarkan beberapa kumpulan cerpen (Filosofi Kopi dan Madre). Bisa diceritakan alasan Dewi mengeluarkan kumcer ini?

Saya kalau bikin cerpen itu sporadis, nggak disengaja. Setelah sekian lama, maka cerpen-cerpen lepasan ini mulai menumpuk. Jadi biasanya per lima tahun saya mengeluarkan kumpulan cerpen, sebagai instrumen untuk mewadahi karya-karya lepasan saya.

Untuk film Perahu Kertas, sejauh mana keterlibatan Dewi di dalamnya? Bagaimanakah ceritanya sampai Perahu Kertas akhirnya difilmkan?

Saya menulis skenario, dan sisanya membantu secara konsultatif untuk casting. Saya juga akan menulis lagu untuk soundtrack-nya. Sisanya sudah dikerjakan oleh pihak-pihak lain yang kompeten.
Perahu Kertas memang sudah ditawari menjadi film berbarengan dengan penawaran penerbitan bukunya. Jadi, waktu itu Bentang Pustaka langsung datang bersama Mizan Production yang memang masih sister company. Saya sendiri memang sejak lama ingin Perahu Kertas bisa menjadi film, jadi langsung saya sambut.

Untuk serial Supernova selanjutnya, sudah sejauh manakah persiapannya?

Masih pengumpulan materi.

Bagaimanakah Dewi melihat pertumbuhan sastra sekarang? Bagaimana perkembangan buku di Indonesia sekarang ini?

Saya nggak pernah mengamati hanya terbatas pada sastra tok, saya lebih melihat industri buku secara keseluruhan. Untuk fiksi, yang genre sastra memang nggak terlalu banyak dibandingkan genre populer seperti teenlit, chicklit, dll. Tapi menurut saya itu nggak terlampau masalah. Pada akhirnya penulis berkembang, pembaca juga berkembang, dan akan ditemukan ekulibrium baru dengan sendirinya. Untuk industrinya, saya rasa kita kekurangan toko buku, dominasi toko tertentu belum tentu menjadi sehat bagi industri penerbitan. Saya juga excited dengan perkembangan buku digital di Indonesia. Sekarang belum terlalu kelihatan, tapi dua-tiga tahun ke depan, mungkin kita akan memasuki era baru.

Pernahkah mbak Dewi mengalami writer’s block? Cara seperti apa yang biasa mbak Dewi lakukan untuk mengatasinya? Adakah tips dan trik khusus tentang menulis yang bisa mbak Dewi bagi kepada pembaca xposisi.com yang sebagian besar merupakan penulis pemula? Terutama tentang mencari dan mengolah ide menjadi sebuah cerita utuh. Apa yang menurut mbak Dewi paling penting dalam proses tersebut?

Menulislah dari yang kita suka. Itu saja dulu. Jangan takut gagal. Di balik satu naskah yang selesai, bisa jadi ada puluhan naskah yang gagal. Itu biasa. Sekarang sudah ada pelatihan menulis seperti Plot Point, dll, itu bisa membantu. Belajarlah juga dari penulis yang kita suka dengan cara membaca cermat tulisannya. Dan banyaklah membaca referensi yang bagus.