Sunday, December 21, 2014

Nylon Magazine | Supernova PARTIKEL | April 2012 | by Alexander Kusuma Praja


Awalnya saya mau bertanya tentang kenapa begitu lamanya rentang waktu dari Petir ke Partikel, but you already explain it on the book, so yang hendak saya tanya sekarang adalah how do you feel right now setelah Partikel dirilis?

Mixed of feelings. Yang mendominasi tentu saja rasa lega, sekaligus excited ingin tahu respons pembaca bagaimana, apalagi mereka yang sudah menunggu bertahun-tahun. So far, I'm overwhelmed with the warm response, beyond happy!

Bolehkah ceritakan sedikit bagaimana dulu Anda bisa terpikir untuk membuat novel Supernova pertama kali? Apa yang membuatmu tergerak untuk menulisnya?

Saya menulis Supernova tahun 2000, tak lama setelah saya mengalami semacam "epifani" personal yang mengubah total pandangan saya terhadap spiritualitas, religi, dsb. Dulu tujuannya bikin Supernova sebetulnya tidak lebih dari berbagi penelusuran spiritual pribadi saya.

Bagian apa yang paling susah/menyenangkan dalam menyelesaikan Partikel?

Paling susah adalah waktu. Saya menulis Partikel dalam kondisi sudah ada anak dua, yang satu sudah SD, yang satu masih balita, di tengah gempuran berbagai urusan pekerjaan dan mengurus rumah tangga. It felt almost impossible. Tapi dengan dukungan suami saya dan orang-orang rumah, keleluasaan dari penerbit, dan juga tekad yang memang sudah bulat untuk menyelesaikan manuskrip Partikel, akhirnya bisa juga. Yang paling menyenangkan tentunya adalah proses menulis itu sendiri. Bisa tenggelam dalam semesta kehidupan karakter saya. It's a pleasant and exciting process, bahkan saat sulit sekalipun. If it's pain, then it's a good pain.

Buku-buku atau materi apa saja yang paling membantu Anda sebagai referensi/bahan riset untuk Partikel?

Setiap bagian atau babak punya referensi tersendiri. Tiga yang paling membantu adalah buku-buku dan penelitian Paul Stamets tentang fungi, Graham Hancock tentang enteogen, dan Birute Galdikas tentang orang utan. Selain itu masih banyak lagi, tapi bisa dibilang pondasi terkuat adalah tiga penulis tadi.

Saat menulis tentang sebuah tokoh, apakah Anda membayangkan sosok orang tertentu yang pernah Anda lihat atau kenal?

Hampir selalu. Kadang juga meramu beberapa orang menjadi satu. Terkadang saya pinjam namanya, atau fisiknya.

Ini murni penasaran, jika Mbak Dee keberatan pertanyaan ini dimuat saya bisa memakluminya. Di Partikel Anda menuliskan dengan begitu gamblang tentang efek dari enteogen, apakah Anda juga mencoba mengonsumsinya untuk mengetahui efeknya?

Sayangnya tidak. I wish I had, though. Tiga tahun lalu saya sudah berencana ke Peru untuk ikut retret Ayahuasca, tapi batal karena hamil anak kedua. Akhirnya, murni riset informasi tangan kedua. Tapi, pengalaman bermeditasi amat sangat menolong. Ketika saya membaca dan tanya jawab dengan mereka yang sudah mengalami, saya sangat bisa relate. 

How do you manage to balance the family life and writing?

I don't think there's any certain formula to that. Dijalankan saja, lengkap dengan trial dan error tentunya. Selalu ada konsekuensi. Ketika menulis Partikel, saya sempat "disapih" oleh Atisha, anak kedua saya, padahal saya masih berencana menyusuinya. Mungkin dia merasa vibrasi ibunya jadi agak lain. Tapi begitu manuskrip selesai, pelan-pelan dia balik lagi menyusui. Sekarang sudah normal lagi. Suamiku, Reza Gunawan, yang untungnya terapis, juga kenyang dengan ups and downs yang saya alami, ketika stuck, ketika riset mentok, dsb. He was really, really, my strongest pillar throughout the process.

Bagaimana dengan project selanjutnya? Saya dengar Perahu Kertas akan difilmkan, boleh diceritakan sedikit keterlibatan Anda dalam pembuatannya?

Perahu Kertas sudah selesai syuting, akan tayang Agustus. Saya menulis skenario dan menggawangi hingga proses casting kemarin. Sisanya sudah di tangan Hanung Bramantyo dan para produser, tentunya. Untuk menulis, saya akan melanjutkan penulisan Supernova selanjutnya. Sekarang masih dalam tahap riset. Ada beberapa buku saya lain yang akan difilmkan juga, tapi saya nggak akan terlibat jauh. Mau menyelesaikan Supernova dulu.

Sekarang banyak novel Indonesia yang dialihbahasakan ke Bahasa Inggris, ada rencana serupa untuk Supernova?

Supernova pertama sudah diterjemahkan oleh Harry Aveling, diterbitkan oleh Lontar, dan dijual di iBooks dan Amazon. Episode lainnya belum.

Untuk sekarang, apa yang sedang Anda inginkan?

Beristirahat dulu. It was quite a roller coaster, secara batin terkuras tiap kali menulis intensif.

As a fan and your reader, saya tidak bisa menahan diri untuk bertanya, kapan Gelombang akan dirilis? Apakah Anda sudah mulai menulis beberapa bagiannya atau belum sama sekali?

Semua episode Supernova sudah saya buat konsepnya sejak 2001. Jadi embrio Gelombang sudah lama ada. Rencananya saya menulis maraton, sih. Jadi tidak ada proyek menulis lain sampai Supernova selesai.

Apa mimpi-mimpi Anda yang belum terwujud?

Hmm. Apa, ya. Saat ini rasanya saya lebih condong melihat sesuatu jarak pendek, nggak terlalu panjang-panjang lagi. Dalam jarak dekat ini "impian" saya adalah menyelesaikan Supernova. Tapi sebetulnya itu lebih ke target daripada "mimpi".

Apa tanggapan paling berkesan yang pernah Anda terima dari pembaca Anda?

Sejauh ini, pertemuan saya dengan seorang pembaca saya bernama Pak Kas yang pernah saya ceritakan di Twitter adalah hal yang paling berkesan yang pernah saya alami selama jadi penulis. Intinya, ketika seseorang merasa diubah hidupnya oleh buku atau tulisan saya, that's like the greatest award ever.

Bagaimana sih hari/suasana paling menyenangkan bagi seorang Dee untuk menulis?

Yang sepi, yang tenang, tidak diganggu.

Ada yang ingin disampaikan untuk yang sedang membaca artikel ini?

Bacalah Partikel. Hehe.