Sunday, December 21, 2014

Saling Silang | Akun Addeection | Oktober, 2011 | by Tuti Ismail


Gimana awalnya akun @addeection ini bisa sampai ada?

Bisa dibilang gabungan kesengajaan dan tidak. Jadi dari dulu sebetulnya Bu Suri (panggilan sayang buat Dee) kepengin punya semacam wadah untuk para pembacanya, tapi belum pernah menemukan format yang pas. Dulu-dulu pernah ada mailing list, forum diskusi online, website, dll, tapi maintenance-nya nggak gampang. Setelah ada Twitter, barulah ketemu format yang jauh lebih praktis. Satu hari ada follower Bu Suri yang menanyakan fans club, lalu iseng-iseng ide itu dilemparlah ke timeline, langsung bermunculan banyak ide nama. Termasuk nama Addeection ini. Akhirnya, Bu Suri ngajak brainstorming untuk bikin akun. Menurutnya, akun ini bisa membantu banyak ke pekerjaannya karena bisa fokus ke aspek buku saja, sementara akun pribadinya kan lebih beragam isinya.

Dapat bahan di-tweet-kan dari mana?

Bahan tweet saya dapat dari Bu Suri, baik yang trivia maupun yang konten buku. Jadi saya kerjanya dari komputer, karena kalau buka buku lagi malah repot. Bahan sudah disusun sebelum mulai twit serial, supaya praktis. Walaupun pas prakteknya tetap ada improvisasi, ya.

Akun @addeection dikelola berapa orang, sih? Ada shift-shiftan gitu juga?

Sebenarnya masalah identitas dan jumlah admin kami rahasiakan. Hihi. Tadinya sih nggak direncanakan rahasia, tapi ketika waktu berjalan, sudah telanjur pakai banyak nama (inilah akibat dari ke-ababil-an kami), dan melihat reaksi para penongkrong (panggilan sayang untuk follower), maka kami putuskan untuk sekalian aja anonymous.

Kok pakai Bahasa Sunda? Apa nggak takut nanti kenanya segmented aja?

Bahasa Sunda sih sekali-sekali aja kalau ada yang mancing. Karena Mumun asalnya dari Bandung, Bu Suri juga, dan ada kecenderungan orang Sunda selalu berbicara Sunda jika ketemu sesama, jadi cukup sering Mumun keceplosan Bahasa Sunda. Tapi mayoritas tweet dalam Bahasa Indonesia, kok. Juga Bahasa Englais kalo diperlukan.

Ini ke depannya cuma sekedar menjaring followers, atau ada rencana-rencana lain, seperti kopdar para pecinta Dee, baksos, atau ngasih kursus bahasa Sunda mungkin buat followers yang ga ngerti bahasa Sunda? Hihihi...

Maman sih hobinya satu, ya: bikin posko. Jadi untuk baksos atau kursus, belum terpikir ke arah sana. Dagang bakso sambil bikin posko sih cukup menarik. Tapi untuk saat ini, Maman fokus dulu aja dalam pembangunan dan pembinaan posko. Sudah ada usulan dari para penongkrong untuk kopi darat, tapi Maman masih pikir-pikir, soalnya nanti muka Maman terekspos. Jujur, Maman takut terkenal. Lebih senang jadi orang belakang layar seperti ini.

Benefit lain kalo nge-follow @addeection apa? Mungkin kalo Dee ngeluarin buku baru, bakal ada diskon khusus mungkin?

Hobi Mimin selain bikin posko adalah menggelar kuis. Jadi, para penongkrong Addeection akan selalu dapat kesempatan menang kuis. Hadiahnya yang pasti collectible items seperti buku-buku ber-TTD. Dengan jaringan Bu Suri, kami bahkan pernah mendapat sponsor yang produknya bukan hanya buku. Kemarin ini, ada kuis berhadiah Self Healing yang disponsori Pak Suri (Reza Gunawan), lalu ada temannya Bu Suri yang mau ngasih cheese cake dari bakery-nya untuk jadi hadiah kuis. Untuk diskon sih bisa-bisa aja, kita belum eksplorasi ke arah sana. Yang jelas, Mimin menjaga hubungan baik dengan para penerbitnya Bu Suri, seperti Truedee Books, Bentang Pustaka, Gagas Media, dsb. Mereka juga seringkali berbaik hati mensponsori kuis Mimin.

Siapa pencetus hingga ada akun khusus ini?

Seperti yang Mahmud ceritakan tadi, ide untuk bikin komunitasnya sudah lama ada. Tapi gara-gara pertanyaan satu follower Bu Suri, akhirnya dibuatlah akun Addeection ini. Mahmud amati juga, memang karakter pembaca Bu Suri ini ada benang merahnya. Mereka itu bukan hanya suka baca karya Bu Suri, tapi juga seperti kecanduan. Makanya Mahmud akhirnya pakai judul Posko Sakaw Buku Dee.

Jobdesc Mimin apa aja sih?

Intinya sih menghidupkan akun Addeection. Walaupun banyak jobdesc yang nggak ada di brosur, seperti pengasuh anak, penunggu rumah, beliin nasi Padang, bikinin Indomie, dll, tapi semua itu Momod terima dengan lapang dada.

Suka duka jadi Mimin apa?

Sukanya karena melihat respons para penongkrong yang luar biasa. Berhubung Addeection ini akun yang sangat spesifik, yakni para pembaca buku Bu Suri, jadi Mukhlis juga enak kalau berkomunikasi dengan para penongkrong, karena rata-rata sudah familiar dengan karya-karya Bu Suri. Dukanya adalah, tidak setiap hari Mukhlis bisa menongkrongi timeline (karena kesibukan menjadi eksmud). Misalnya, program yang harusnya kelar satu bulan, malah bisa lebih karena Mukhlis nggak sempat bikin twit serial. Twit serial begitu kan butuh persiapan, ya.

Dengan adanya akun @addeection ini efektif nggak sih pendekatan ke penggemar-penggemar buku Dee Lestari? Dan bagaimana dengan pendekatan dengan orang-orang yang belum tau banyak tentang buku-buku Dee, ada strategi tersendiri, supaya buku-buku Dee jadi lebih dikenal?

Sejauh ini sangat efektif. Terutama kalau Munaroh sudah nge-tweet #KutipanMaut (kutipan-kutipan terpilih dari buku Bu Suri). Biasanya kalau sudah ngetweet rangkaian #KutipanMaut, mention dan jumlah follower langsung meningkat. Banyak yang jadi diingatkan lagi juga tentang konten buku Bu Suri, bahkan ini berdampak langsung pada penjualan. Setidaknya di jalur direct selling Truedee Books, itu kelihatan sekali efeknya. Begitu ada tema tweet atas buku tertentu, order buku tersebut langsung meningkat. Yang sudah baca Madre, tapi belum baca Filosofi Kopi, misalnya, ketika Munaroh cerita tentang Filosofi Kopi, penongkrong tersebut jadi tertarik untuk baca. Jadi ini berpengaruh juga pada pengenalan buku-buku Bu Suri secara umum.