Saturday, December 20, 2014

Kover Medan | Profil | Maret, 2011 | by Yuni Adisti


Sebelum Perahu Kertas, novel Kak Dee itu lebih berbau spiritual. Kenapa?

Spiritualitas adalah salah satu minat terbesar saya, dan juga salah satu tema yang menggerakkan saya untuk menulis. Pada prinsipnya, saya hanya menulis apa yang menjadi minat saya.

Untuk Supernova (1-3) ada beberapa adegan yang setting-nya diluar Indonesia. Apakah Kak Dee bener-bener pergi ke suatu tempat sebelum mulai nulis? Atau cuma bermodalkan Google?

Nggak semua ke tempatnya langsung. Dan, nggak semua juga cukup dengan Google. Saya riset juga melalui studi pustaka dan wawancara narasumber.

Apakah ada perubahan-perubahan yang didapat oleh Kak Dee dari menulis?

Perubahan apa maksudnya? (sori, pertanyaannya terlalu luas) Kalau saya melihat inti hidup ini adalah perubahan. Tanpa menulis pun, setiap hari segala hal berubah, termasuk saya.

Apa yang membuat Kak Dee merasa kalau writing is something you want to do? And if you're not the writer/singer that you are now, what do you want to be?

Sepertinya itu dorongan alamiah sejak kecil, sama seperti hobi dan ketertarikan yang biasa muncul sendiri. Bukan sesuatu yang saya niatkan dengan sengaja. Kalau saya bukan penyanyi atau penulis, jujur saya nggak kebayang. Yah, mungkin menjalankan hobi lain saya, seperti memasak, fotografi, atau yang ada hubungannya dengan tanaman.

What do you expect your readers to get/learn/realise from your writings?

I never expect anything from my readers. Dalam berkarya, prinsip saya kita mencipta apa yang kita suka dan apa yang kita percaya. Saya yakin orang yang tertarik pada karya kita adalah mereka yang memang akan bisa merasa terhubung dengan karya tersebut, tanpa perlu lagi kita targetkan ekspektasi tertentu.  Setiap pembaca pasti punya reaksi tertentu yang itu ada di luar kendali penulis. Mereka beli, baca dan mereka suka, saya bersyukur. Namun itu semua di luar kendali saya. Begitu juga sebaliknya kalau mereka nggak suka. It’s never in our hands.

Kak Dee sudah nulis dari lama banget, tapi kenapa milih untuk jadi penyanyi dulu baru jadi penulis?

Saya nggak memilih. Karier menyanyi terjadi mengalir begitu saja. Nggak pernah saya rencanakan “akan nyanyi dulu baru nulis”. Semua itu go with the flow saja.

I once read that you think religion and belief are two different things. While most Indonesians consider them to be the same. Care to explain why you think they're different?

Agama (religion) terinstitusi, ada organisasinya, ada aturan tata-tertibnya, dsb. Kepercayaan (belief) lebih informal, personal. Dua-duanya pada akhirnya membutuhkan keyakinan dan keimanan. Hanya secara superfisial ada perbedaan dalam aspek institusional.

Dilihat dari Twitter-nya, ada apa dengan Dewi Lestari dan berkebun?

Hobi.

Dulu, kalau mau nulis itu medianya cuma di kertas. Lalu bergerak ke komputer. Komputer dilengkapi dengan internet, muncul blog. Sekarang Twitter. Semakin banyak media, semakin gampang untuk tulisan seseorang dibaca orang banyak. Untuk Kak Dee sendiri apakah perubahan ini mempengaruhi kreativitas dalam menulis? Kalau iya, dari segi apa?

Pada kreativitas sih rasanya enggak. Social media seperti Twitter lebih kepada penyebaran informasi dan keterhubungan kita satu sama lain. Dengan adanya social media, berarti pentas seseorang untuk berbicara dan beraktulisasi bertambah. Tapi apakah itu lantas mengubah atau mempengaruhi kreativitas, tergantung individunya masing-masing. Bagi saya pribadi, dalam berkarya Twitter berpotensi jadi distraksi, tapi dalam berpromosi dan berinteraksi dengan pembaca maupun teman-teman, ya, Twitter menjadi sarana yang sangat efektif.

Sebagai penulis, obsesi apa yang belum kesampaian?

Bikin buku anak.

Dari semua karya Kak Dee, musik dan buku, ada nggak sih yang paling disukai? Mungkin karena punya lagu itu yang paling lama atau paling cepat prosesnya atau karena buku yang itu paling seru proses penulisannya?

Selalu susah jawab pertanyaan karena semua karya punya karakter dan story-nya masing-masing.

When you're not writing, what do you like to do?

Relaxing and traveling.

Kebiasaan aneh seorang Dewi Lestari?

Ritual bengong setiap pagi di meja makan. Buat saya itu saat paling menyenangkan. Nggak tahu deh itu aneh atau enggak.