Saturday, December 20, 2014

Pikiran Rakyat | Rubrik Selisik: Perahu Kertas | Januari, 2011 | by Lia Marlia


Bagaimana Mbak Dewi memutuskan setting (kota) sebuah cerita?

Kalau saya menentukannya berdasarkan kebutuhan cerita, yang sesuai dengan karakter, dan risetnya juga nggak terlampau susah.

Apakah ada alasan khusus Mbak Dewi menggunakan Kota Bandung dan sekitarnya sebagai setting cerita dalam beberapa novel Mbak Dewi?

Seperti yg saya jawab sebelumnya, karena pada beberapa cerita saya Kota Bandung itu sesuai dengan kebutuhan, dan kebetulan juga karena saya tinggal di Bandung otomatis lebih mudah dan familiar.

Dalam novel Perahu Kertas beberapa tempat seperti Dago, BIP, Taman Sari, disebutkan secara jelas. Sementara ada penulis yang memilih untuk menyamarkan setting cerita mereka. Mengapa?

Untuk mendapatkan genuinitas, menurut saya detail seperti itu bisa membantu. Saya nggak selalu spesifik soal nama tempat, tapi kalau memang ceritanya memungkinkan untuk menuliskan detail dan cocok untuk membangun plot, buat saya oke-oke aja.

Bagaimana pendapat Mbak Dewi soal karya sastra seperti Eat, Pray, and Love atau Laskar Pelangi yang berhasil mendorong para pembacanya untuk mendatangi tempat-tempat yang dijadikan setting cerita?

Karya sastra, dan buku pada umumnya, memang jendela dunia, termasuk “membawa” kita ke tempat-tempat yang asing dan mengasyikkan. Semakin booming sebuah cerita, makin banyak pembaca yang terekspos, ya makin besarlah kekuatan buku tersebut mempromosikan setting-nya secara nggak langsung.

Rancabuaya, Pameungpeuk Kab. Garut juga menjadi salah satu setting novel Perahu Kertas. Bagaimana ceritanya sampai Mbak Dewi memilih tempat ini sebagai setting?

Karena saya mendengar cerita teman-teman saya yang sudah ke sana, dan katanya pantainya menakjubkan. Secara jarak juga logis untuk dipakai di cerita.

Saya dengar novel Perahu Kertas juga akan difilmkan. Bagaimana perasaan Mbak Dewi?

Senang dan deg-degan. Dari dulu bikin novel ini saya memang sudah membayangkan akan ada versi visualnya, entah serial teve atau film. Tawaran film ternyata langsung datang bahkan ketika Perahu Kertas masih manuskrip. Deg-degan, karena tidak semua eksekusi cerita ke visual bisa berjalan mulus. Apalagi kalau orang sudah baca bukunya biasanya mereka punya ekspektasi tinggi. Saya hanya berharap filmnya nanti tidak mengecewakan.

Apa dampak yang diharapkan Mbak Dewi dari pembuatan film Perahu Kertas?

Harapan saya kisah Kugy & Keenan dapat menjadi salah satu cerita cinta klasik yang selalu dikenang orang.

Apa yang bisa diharapkan para pembaca Perahu Kertas dari film tersebut?

Saya nggak mau banyak janji. Yang jelas, karena skenarionya saya yang tulis, minimal saya bisa menjaga unsur-unsur yang menurut saya penting untuk tetap ada di film. Kalau 100% plek sama buku jelas nggak mungkin, tapi versi skenarionya tetap punya greget yang kurang lebih sama.

Menurut Mbak Dewi, apa yang membuat sebuah novel dapat diterima oleh banyak orang?

Menurut saya, tidak akan pernah ada yang tahu formula pasti kesuksesan sebuah buku. Tapi cerita yang bisa menyentuh adalah cerita yang bisa membuat kita ikut teridentifikasi di dalamnya, dan membuat pembaca merasa terhubung dengan karakter-karakternya.