Sunday, December 21, 2014

Majalah GADIS | Profesi Penulis | Februari, 2012 | by Maharani Legita


Apa sih, profesi penulis menurut Mbak Dee?

Dalam terminologi Bahasa Inggris, sebetulnya penulis bisa dibedakan menjadi dua, yakni writer dan author. Writer adalah mereka yang berprofesi menulis dalam format yang belum tentu buku, bisa jadi scriptwriter, copywriter, dsb. Sementara author adalah mereka yang karya tulisnya sudah diterbitkan dalam bentuk buku. Dalam terminologi Bahasa Indonesia, setahu saya belum ada pemisahan ini. Jadi, jika yang dimaksud penulis sebagai profesi maka adalah mereka yang memang sudah mencari nafkah atau mendapatkan income dari kegiatan menulis. Sementara kalau penulis buku, menurut pendapat saya pribadi, baru layak ditetapkan sebagai profesi jika mereka sudah menerbitkan minimal dua buku.

Tantangan apa saja yang dihadapi oleh Mbak Dee ketika menjadi penulis?

Tantangan yang paling utama bagi saya adalah konsisten memproduksi buku dan konsisten menjaga mutu. Dengan produksi buku yang konsisten dengan kualitas yang terjaga, menurut saya ini jugalah yang bisa mempertahankan basis pembaca yang kuat dan terus bertumbuh. Dan tantangan ini tentu banyak perintang antara lain fokus, mood, atensi, manajemen waktu, strategi pemasaran, dsb, yang melibatkan tidak hanya penulis, tapi juga penerbit, editor, dan aspek-aspek lain.

Apakah pengalaman tidak terlupakan selama menjalani profesi sebagai penulis?

Saya paling menikmati saat bisa berpartisipasi dalam event seperti Writer's Festival. Sejauh ini sudah ada beberapa yang saya datangi, antara lain Ubud Writer's Festival, Sydney Writer's Festival, dan Byron Bay Writer's Festival. Nuansa dan suasana dalam event seperti itu benar-benar berkesan dan menjadi pengalaman berharga.

Adakah hal/kejadian yang paling bikin Mbak Dee bangga selama menjadi penulis?

Ketika ada yang mendatangi saya dan berkata, "Buku Anda telah mengubah hidup saya."

Menurut Mbak Dee, apakah modal utama yang harus dimiliki oleh seorang yang ingin menjadi penulis?

Keberanian untuk memulai, keberanian untuk gagal, dan keberanian untuk sukses. Banyak yang ingin menulis tapi karena terjebak dalam konsep-konsep tentang kepenulisan akhirnya malah nggak mulai-mulai. Menurut saya, yang penting adalah mulai dulu. Dan di tengah jalan, dia harus berani menghadapi kegagalan. Kalau karyanya tidak selesai , karyanya ditolak, ia tidak lantas berhenti. Ia malah harus semakin tertantang dan belajar memperbaiki tulisannya. Dan terakhir, jika sukses, ia juga kuat menghadapi tantangan dan tekanan yang diterima oleh pembaca dan lingkungannya. Karena kesuksesan bukannya tanpa tantangan, kita malah harus lebih lihai dan hati-hati menghadapinya.

Mbak Dee, kan, lulusan Hubungan Internasional. Sedangkan dunia tulis menulis identik dengan jurusan sastra. Apakah ada pelatihan atau pendidikan khusus yang diikuti untuk mengasah kemampuan menulis? Pelatihan/pendidikan seperti apa saja yang diikuti?

Menurut pengamatan saya, jurusan Sastra sebetulnya lebih cocok jika seseorang ingin belajar banyak tentang kritik dan sejarah Sastra, jadi tidak serta merta mengajarkan kita bagaimana cara menulis kreatif. Seseorang tidak harus belajar formal Sastra untuk bisa jadi penulis. Pelatihan atau workshop menulis kreatif menurut saya lebih banyak membantu jika seseorang memang ingin serius jadi penulis, karena dalam workshop semacam itu, fokusnya sudah lebih spesifik. Walaupun, tanpa itu semua, jika seseorang memang sudah memiliki passion, sensitivitas bahasa, serta keuletan untuk berlatih, dia bisa jadi penulis yang sukses.

Selain itu, keterampilan apa saja yang harus dimiliki oleh seorang penulis agar bisa menghasilkan karya yang bagus?

Membaca. Anggaplah menulis dan membaca itu seperti kegiatan bernapas, yang keduanya harus ada untuk saling menghidupi. Saat menulis kita mengembuskan napas, menyalurkan inspirasi dan ide dalam benak kita. Saat membaca, kita menarik napas, mengumpulkan informasi, memperkaya diri, untuk menjadi bekal saat kita menulis nanti.

Waktu kerja penulis itu seperti apa, sih? Apakah ada waktu-waktu khusus yang sengaja diluangkan untuk menulis?

Tidak ada rumus bakunya. Setiap orang akan memiliki pola disiplin masing-masing yang sesuai dengan ketersediaan waktu dan gaya hidupnya. Contohnya, dulu saya selalu menulis saat malam hingga dini hari. Tapi sejak saya punya anak, saya nggak bisa menulis malam hari lagi. Akhirnya saya menulis lebih banyak pagi atau siang atau sore. Kapan pun saya bisa curi waktu, saya akan menulis. Tapi untuk penulis pemula, ada baiknya membuat disiplin tertentu. Melakukan kegiatan menulis dalam jam yang sama, atau minimal dengan durasi yang sama, misalnya dua jam sehari. Dengan demikian "otot" menulisnya akan terus terlatih.

Tips apa yang bisa diberikan kepada para pembaca GADIS yang ingin menjadi penulis seperti Mbak Dee?

Temukan diri sendiri dalam kreasi tulisan yang kita buat. Hampir semua orang yang mengawali menulis pasti akan, secara sadar atau tidak, mengimitasi gaya penulis yang mereka suka, dan itu sangat wajar. Jangan jadi gentar karena tulisan kita dibilang mirip dengan A atau B. Tapi, yang lebih penting adalah, gali terus lebih dalam hingga kita menemukan diri kita sendiri. Gaya apa yang kita suka, tema apa yang kita suka. Menurut saya, di atas segalanya, menulis adalah tools untuk menggali ke dalam diri, mengenal diri kita sendiri dengan lebih baik.