Monday, December 22, 2014

Bloomberg | Wanita & Karier | Maret, 2013 | by Dita Mustafa


Apa project yang sedang Anda kerjakan saat ini?

Dalam waktu dekat akan meluncurkan coffee table book Madre dalam rangka menyambut rilisnya film Madre. Coffee table book ini kurang lebih isinya novelet Madre yang digabung dengan foto-foto behind the scene produksi film Madre.

Adakah perbedaan signifikan rutinitas yang Anda kerjakan sebelum dan sesudah berkeluarga?

Ada. Sekarang saya jauh lebih banyak bekerja di rumah. Hanya mengambil pekerjaan di luar rumah jika benar-benar penting dan valuable. Rutinitas saya sehari-sehari sangat domestik; mengurus anak, rumah, dan suami. Kecuali jika sedang memproduksi buku, maka saya banyak menghabiskan waktu untuk membaca dan disiplin menulis harian 2-5 jam sehari.

Pernahkah Anda melewatkan momen penting, dalam karier atau keluarga, karena Anda harus memilih salah satu, momen dengan keluarga atau karier atau sebaliknya?

Untuk karier cukup sering. Beberapa undangan ke luar negeri, rencana riset lapangan baik di dalam maupun luar negeri, dan cukup banyak tawaran pekerjaan yang saya tolak demi keluarga. Tapi, bagi saya, itu bukan hal yang terlampau besar. Prinsip saya dalam mengatur prioritas adalah dahulukan yang penting saat ini dan sekarang. Saya total berhenti bekerja waktu baru melahirkan hingga anak saya umur 2 tahun lebih. Dan tidak terlalu merasa kehilangan kesempatan, karena anak saya adalah prioritas pada saat itu. Kalau memang ada kesempatan yang jadinya tidak bisa saya ambil, saya anggap memang belum waktunya.

Perempuan memimpin dengan hati, laki-laki lebih memakai logika. apa pendapat Anda mengenai hal ini? Menurut Anda, apa yang harus perempuan lakukan saat menghadapi diskriminasi gender saat menjalani karier?

Menurut saya, itu cenderung generalisasi dan stereotipe. Tidak mungkin manusia bisa eksklusif cuma logika atau hati. Keduanya pasti mengambil porsi, cuma mungkin kadarnya yang beda-beda. Tidak semua laki-laki melulu logis, banyak yang intuitif juga. Sebaliknya demikian juga dengan perempuan. Yang barangkali membedakan dengan jelas adalah hal-hal kodrati seperti menstruasi, kondisi fisik, dsb, di mana kondisi fisik kita yang fluktuatif dapat menyebabkan perubahan hormonal yang kemudian berdampak pada bagaimana kita menjalani atau memutuskan suatu hal. Jadi, saya tidak percaya stereotipe tadi. Dalam bidang pekerjaan yang saya jalani, saya tidak pernah merasa ada diskriminasi gender. Jika ternyata ada, saya merasa tidak pernah mengalami secara pribadi. Jadi, saya bukan sumber yang tepat untuk dimintai tips mengenai hal tersebut.

Menjadi penulis kadang menemui writer’s block. Bagaimana cara Anda menyiasatinya?

Punya deadline. Bagi saya, deadline adalah kutukan sekaligus berkah bagi penulis. Kutukan karena menyebabkan stres, tapi berkah karena kita jadi insentif untuk bekerja. Tidak ada istilah writer's block jika kita memang betulan punya deadline. Kita akan selalu menemukan cara untuk kembali menulis. Tips gampang yang saya lakukan jika sudah mumet adalah mandi. Jangan tanya kenapa, it just works for me.

Memiliki karier dan keluarga. Apakah Anda merasa kehilangan "me time"? Biasanya apa yang Anda lakukan di kala "me time"?

Kadang-kadang. "Me time" bagi saya sederhana, yakni melakukan hal-hal yang saya suka tanpa ada tekanan waktu atau beralih fokus. Dan kegiatan yang saya sukai dan sangat personal bagi saya adalah membaca, melamun, dan jalan-jalan.

Kira-kira hal seperti yang akan membuat Anda nantinya "pensiun" dari karier Anda sekarang? contoh: kejenuhan atau mengurus anak yang tumbuh besar?

Pada satu titik saya tentu ingin pensiun. Tapi, dalam profesi seperti saya, tentunya pensiun memiliki arti lain yang nggak sama dengan mereka yang berkarier kantoran, misalnya. Bagi saya, pensiun adalah ketika saya bisa lepas berkarya tanpa beban mencari nafkah. Yang artinya, independensi finansial secara total. Saat ini, pendapatan utama saya dari royalti. Jadi, saya masih mengandalkan menulis sebagai profesi, sekalipun itu juga hobi saya. Satu saat saya ingin bisa berkarya hanya untuk senang-senang saja, dengan waktu yang sesuka-suka saya. Tanpa perlu memikirkan income sama sekali.

Wanita yang berpenghasilan lebih besar dari pasangannya kadang memicu konflik. Apa pendapat Anda?

Dalam konstelasi saya dengan suami saya, Reza Gunawan, bagi kami yang lebih krusial dari penghasilan adalah fokus dan atensi. Buat kami nggak masalah siapa yang punya penghasilan lebih besar, tapi adalah masalah jika satu dari kami kurang memberikan atensi pada keluarga dan anak-anak. Tentunya, dalam kasus umum, hal tersebut bisa terjadi karena kesibukan berkarier, misalnya. Karena itu saya dan suami selalu mencari cara agar kami bisa tetap produktif tanpa kelewat sibuk.

Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan keluarga Anda? Memanfaatkan teknologi atau mem-blok hari tertentu untuk bertemu keluarga?

Saya hampir selalu di rumah, jadi tidak perlu sampai mengandalkan teknologi tertentu secara intensif untuk bisa berkomunikasi dengan keluarga. Paling hanya menelepon jika saya sedang di luar rumah. Kami jarang memblok hari tertentu karena pekerjaan saya dan suami tidak rutin di hari yang sama, kadang kami bekerja pada weekend atau saat orang-orang liburan. Kami juga kadang menyelipkan liburan keluarga saat saya atau suami bekerja, dapat undangan ke luar kota misalnya, kami jadikan sekalian ajang berlibur.  

Apa yang masih menjadi kekhawatiran Anda dalam menjalani profesi dan memiliki keluarga saat ini? contoh: apakah Anda takut tidak menikmati tumbuh kembang anak, Anda takut kehilangan kesempatan berkarier lebih jauh lagi karena repot mengurus keluarga?

Awalnya saat transisi mengurus anak total, sempat takut juga kehilangan momen dalam berkarier. Tapi setelah saya jalani, lama-lama kekhawatiran itu hilang dengan sendirinya. Jujur, saya lebih khawatir kehilangan kesempatan bersama keluarga dan anak ketimbang profesi. Apalagi dalam profesi saya, akselerasi berkarier lebih ditentukan oleh produktivitas saya, bukan tawaran dari luar. Setidaknya untuk saat ini saya tidak merasa kehilangan kesempatan karier.

Apa yang masih menjadi cita-cita Anda saat ini?

Traveling dan retreat meditasi lebh banyak . Tapi ini bisa saya lakukan kapan-kapan.