Monday, December 22, 2014

Trax Magazine | Pilpres 2014 | Juli, 2014 | by Santi DJ


Bagaimana pandangan Mbak Dee akan proses pemilihan Presiden RI tahun ini (2014) jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya?

Sejauh ini, saya melihat pilpres 2014 menjadi momentum pendewasaan bagi rakyat Indonesia, khususnya generasi muda. Animo, antusiasme, dan keterlibatan orang-orang di dalam pilpres luar biasa tahun ini. Relawan, dari berbagai kalangan, berusaha memberikan kontribusi apa pun sesuai keahlian mereka. Bisa dibilang, masyarakat punya rasa kepemilikan tinggi di pilpres kali ini. Di lain sisi, pilpres kali ini juga memunculkan sisi-sisi terburuk dari politik yang tidak pernah kita saksikan sebelumnya. Fitnah, kampanye hitam, bias media, fanatisme, dan sebagainya, juga memuncak. Pada saat yang bersamaan, bangsa kita kayak lagi detoks. Segala yang buruk-buruk naik ke permukaan. Mudah-mudah berakhir baik.

Banyak musisi dan artis yang secara terbuka berbondong-bondong memberikan dukungannya pada pasangan capres Jokowi-JK. Selaku sosok yang juga bergelut di dunia kreatif dan seni, bagaimana Anda melihat hal ini?

Saya rasa dukungan itu sejatinya didasari oleh pilihan mereka sebagai warga negara biasa. Mungkin ada yang didorong oleh kesukaan mereka pada Jokowi-JK, ada juga yang didorong oleh keinginan terbebas dari oligarki lama, dsb. Hanya karena mereka bergerak di bidang seni, akhirnya ya aspirasi itu tercetus dalam format seni juga. Entah itu tulisan, karya musik, konser, dsb. Pada intinya, kali ini kita memang terdorong untuk melakukan sesuatu.

Media sosial turut meramaikan pesta demokrasi kali ini. Apakah Anda juga aktif menyerukan pendapat di media sosial? Dan seberapa efektifkah suara di medsos (Twitter, Facebook, dll) terhadap situasi di kehidupan nyata (offline)?

Belakangan, saya memilih aktif. Saya juga ikut tergabung dalam gugus relawan Seni Kreatif untuk Jokowi JK. Bagi saya, ini persimpangan yang sangat penting. Banyak yang memilih diam atau netral atas berbagai pertimbangan, dan itu saya hargai juga. Saya pun begitu tadinya. Memang tidak begitu mudah untuk yang nggak biasa bersuara soal politik, tahu-tahu ikut vokal. Mungkin rasanya nggak nyaman, atau sungkan pada penggemar/fans. Cuma, kalau bagi saya, semua itu jadi kalah penting dibandingkan momentum yang terjadi. Efektivitas media sosial sebetulnya sudah diulas di beberapa media oleh analis-analis, bahwa elektabilitas Jokowi-JK rebound pada saat-saat terakhir, salah satunya akibat media sosial. Jadi, ternyata media sosial punya efek. Perlu dipahami, bahwa gerakan di media sosial bukan untuk mengonversi pendukung dari pihak yang berseberangan, melainkan untuk meraih suara dari swing voters atau para pemilih yang belum memutuskan. Mereka ini kebanyakan diwakili profil anak-anak muda, melek teknologi, dan merupakan pemilih pemula. Profil seperti itu banyak sekali ditemukan di media sosial. Karena itulah media sosial menjadi penting. Keriuhan di media sosial biasanya juga akan ditangkap oleh media konvensional. Jadi efek riaknya panjang.

Bagaimana sosok pemimpin ideal menurut Anda?

Bagi saya, pemimpin ideal untuk Indonesia saat ini adalah orang yang bersih dan mau kerja. Itu saja. Pemimpin yang pandai retorika, kharismatik, tampak berwibawa, intelektual, itu juga bagus. Tapi kalau kembali ke realitas saat ini, menurut saya Indonesia lebih butuh orang yang bersih, jujur, dan fokus kepada implementasi. Kita sudah punya segalanya, dari sumber daya manusia sampai sumber daya alam. Yang kurang cuma pemerintahan bersih dan orang-orang mau kerja yang berpihak kepada publik. Kepercayaan kita kepada pemerintah dan politik sudah sangat rendah. Kita butuh angin segar. Kalau enggak, Indonesia akan jalan di tempat. Kita akan semakin frustrasi dengan politik dan generasi muda akan semakin apatis.

Wawancara ini dilakukan sebelum KPU mengumumkan hasil resmi penghitungan suara Pilpres. Siapapun Presiden RI terpilih nantinya, apa harapan-harapan Anda terhadap beliau?

Karena pembentukan opini yang begini runcing dan praktik-praktik kampanye hitam, saat ini masyarakat kita seperti terbelah dua. Saya harap Presiden RI nanti mampu merekonsiliasi kedua pihak. Mampu membuktikan apa pun yang ia janjikan kepada rakyat. Kita sekarang sudah beda dengan dulu. Teknologi, media sosial, ditambah dengan kepedulian masyarakat yang meningkat terhadap politik, seharusnya membuat pemerintah semakin berhati-hati dalam melangkah. Siapa pun Presiden RI nanti, rakyat akan tambah lekat mengawasi.