Sunday, December 21, 2014

Sindo Weekly | Profil | Agustus, 2012 | by Diah Ayuningtyas


Bicara mengenai novel Dewi Lestari yang diangkat ke layar lebar, Perahu Kertas dan Rectoverso, apa yang melatarbelakangi dua novel tersebut terpilih sebagai base story film yang akan diangkat ke layar lebar? 

Sebenarnya pertanyaan itu lebih tepat diajukan ke produser. Karena dalam hal ini, saya menjadi pihak yang ditawari, bukan menawarkan diri, jadi pertimbangan untuk memfilmkan sepenuhnya adalah keputusan dan ketertarikan para produser. Untuk Perahu Kertas ada 3 PH yg terlibat: Bentang Pictures, Starvision, dan Dapur Film. Sementara Rectoverso adalah Keana Production (Marcella Zalianty). 

Dewi Lestari sendiri ikut ambil peran dalam pembuatan film tersebut such as mengisi soundtrack atau ikut menjadi salah satu cast film-film tersebut? 

Di Perahu Kertas saya diminta main, tadinya buat jadi cameo, tapi nggak ada slot yang tepat, akhirnya jadi salah satu pemeran kecil, cuma satu scene doang, hehe. Untuk soundtrack saya memang terlibat, ada lima lagu yang saya ciptakan untuk OST Perahu Kertas. Dalam Rectoverso, lima lagu saya juga dipakai, tapi dinyanyikan ulang oleh penyanyi-penyanyi lain, antara lain Glenn Fredly, Drew, Dira Sugandhi, dan Acha Septriyasa. Saya nggak terlibat main di Rectoverso, hanya menjadi konsultan informal saja. 

Bagaimana proses mulai dari pengambilan keputusan dua novel tersebut terpilih sampai benar-benar diangkat jadi skenario dan lain-lain? 

Sebagaimana yang saya jelaskan tadi, pemilihan cerita-cerita mana yang diangkat adalah keputusan produser. Perahu Kertas sudah ditawari untuk difilmkan sejak tahun 2008, tepatnya ketika saya mencari penerbit untuk novel Perahu Kertas, dan saat itu Bentang Pustaka datang bersama dengan Mizan Production untuk ikut pitching. Jadi, sejak awal tawaran penerbitan sudah dibarengi dengan tawaran untuk difilmkan. Saya tertarik, dengan syarat saya yang menulis skenarionya dan dilibatkan dalam pemilihan cast. Ini memang sudah menjadi rencana saya sejak lama. Saya selalu membayangkan Perahu Kertaslah buku saya yang pertama kali difilmkan, karena materi ceritanya memang sangat filmis. Dan untuk menjaga spirit dari buku, saya ingin terlibat sebagai penulis skenario. Bisa dibilang saya seperti konsultan garis miring produser informal untuk Perahu Kertas, karena memang saya dilibatkan cukup jauh. Dari mulai skenario, pemilihan sutradara, casting, soundtrack, dll. Saya senang sekali karena diberikan ruang dan keterlibatan yang cukup luas oleh Bentang Pictures, Starvision, dan Dapur Film. Skenario Perahu Kertas saya kerjakan kurang lebih setahun. Untuk Rectoverso, keterlibatan saya nggak sedalam itu, sifatnya hanya lebih konsultatif saja, karena dalam Rectoverso pihak yang terlibat sudah cukup banyak berhubung ada lima sutradara dan lima penulis skenario. 

Setelah Perahu Kertas dan Rectoverso, sudah ada rencana untuk novel lain dari Dewi Lestari yang akan diangkat ke layar lebar, seperti Filosofi Kopi atau Partikel? 

Yang sudah pasti akan difilmkan adalah Supernova 1 dan Madre. Filosofi Kopi sedang dijajaki. 

Untuk penulisan skenario, apakah Dewi Lestari juga turut serta? 

Dalam Perahu Kertas, saya penulis skenarionya. 

Bicara mengenai karier sebagai penulis, apa keluarga memberi dukungan penuh? 

Sangat. Saya nggak akan mungkin bisa menjalankan begitu banyak proyek menulis jika bukan karena dukungan keluarga saya, khususnya suami saya, Reza Gunawan. Dialah support system saya yang paling penting. Kehadiran keluarga juga memberikan balans bagi saya, karena pekerjaan menulis kalau nggak dijaga rambu-rambunya cenderung menghanyutkan dan membawa kita ke dunia sendiri. 

Bagaimana kabar RSD (Rida, Sita, Dewi)? Masih eksis atau tidak? Bagaimana RSD memberi bukti atas ke-eksisannya di dunia musik Indonesia? 

RSD secara formal sudah bubar sejak 2003. Tahun 2007 kita pernah konser reuni, dan tur ke 12 kota di Jawa Barat. Sampai sekarang sih kami belum terpikir untuk bikin album. Namun, di soundtrack Perahu Kertas, saya iseng-iseng mengajak Rida & Sita untuk nyanyi lagu satu lagu saja. Tidak ada rencana panjang bahwa itu akan berlanjut ke dalam bentuk album, dsb. Bagi kami, reuni rekaman dalam satu lagu saja sudah luar biasa sekali rasanya. Kita lihat saja nanti ke depannya bagaimana. 

Personal message dong untuk dunia seni khususnya penulisan untuk pembaca SINDO Weekly. 

Temukan jenis buku yang kita suka, dan tulislah buku yang ingin kita baca.