Monday, December 22, 2014

Ghiboo.Com | Rubrik: Fashion Beauty | April, 2013 | by Anya Diah Kurnia


Kain Tenun dan Kain Sarung Indonesia sedang digaungkan dan digenjot keberadaannya seperti batik--yang sudah menjadi hasil budi daya ASLI Nusantara--baik di dalam dan luar negeri yang dibawa oleh desainer-desainer lokal. Bagaimana menurut Mbak Dee dengan prestasi tersebut?

Tentu saya menyambut baik. Batik bisa berkembang seperti sekarang karena batik akhirnya berhasil dipadukan dengan style modern. Jadi, kunci bagi bangkitnya tekstil tradisional, menurut saya, adalah dengan mengadaptasinya dengan wearable fashion.

Sebagian wanita selalu lekat dengan gaya dan penampilan. Menurut Mbak Dee, bagaimana gaya atau fesyen diri Mbak Dee yang sesuai dengan karakter. Edgy, gothic, simple, feminin-kah? atau lebih mengarah ke mana?

Saya sendiri tidak tahu pasti style saya apa. Yang jelas bagi saya, kenyamanan nomor utama. Dari mulai bahan, model, hingga warna/motif. Yang terlalu mencolok mata bagi saya nggak nyaman. Saya juga selalu berusaha as painless as possible dalam berbusana. Model sepatu yang nyaman, alas kaki sebisa mungkin tanpa hak, tas yang nyaman disandang, dsb. So, maybe, it's... painless casual?

Selama beberapa tahun Mbak Dee sempat bergabung dengan RSD yang kebanyakan public figure juga dekat dengan sense of fashionable, apakah Mbak Dee termasuk tipikal yang sangat mengikuti fesyen terkini?

Tidak sama sekali. Saya sangat selektif memilih fashion. Dari yang sedang tren, barangkali saya cuma memakai satu-dua model saja. Saya suka style yang cenderung timeless, oleh karena itu model yang saya pilih cenderung simpel, sehingga dipakai kapan pun tetap aman.

Biasanya, apa yang menjadi fashion statement bagi gaya Mbak Dee? Misal, nggak bisa ketinggalan scarf, kalung atau bahkan selalu mengenakan blouse nuansa kalem, cheerful dan klasik--seperti Arina yang sangat identik dengan Mocca dan nuansa femininnya.

Hmm. Kayaknya nggak ada yang tetap, ya. I'd like to say, my fashion statement is just wearing a smile. Saya tidak bersandar pada satu ciri fashion tertentu untuk mendefinisikan diri.

Saat ini, industri fesyen semakin dihiasi dengan desainer-desainer muda yang menambah warna-warni desainer lokal dan membawa harum nama Indonesia di kancah internasional, seperti Tex Saverio, Didiet Maulana, dll. Bagaimana menurut pendapat Mbak Dee?

Sangat bangga. Beberapa kebetulan juga berteman baik dengan saya, seperti Didiet Maulana dan Raden Sirait. Saya juga senang beberapa dari mereka berhasil membawa khas Indonesia ke dalam rancangan mereka. Dengan demikian karakter desain mereka tidak larut begitu saja, melainkan membawa ciri ke-Indonesia-an.

Ada nggak desainer lokal yang menjadi favorit Mbak Dee? Atau, pernah tebersit untuk menjadi seorang desainer? Hehehe.

Sama sekali tidak terpikir menjadi desainer. Saya merasa, itu bukan bidang saya. Biarlah mereka yang ahli di bidang itu yang menjalankannya, saya hanya pemakai saja. Saya suka Adrian Darmono (brand Vesperine), Priyo Oktaviano, Biyan.