Saturday, December 20, 2014

Majalah Luar Biasa | Purpose of Life | November, 2009 | by Anastasya Ratih P Tyas


Kebanyakan orang memiliki resolusi hidup yang ingin dicapai setiap kali pergantian tahun. Apakah Anda termasuk salah satunya? Bila iya, dalam hal apa saja resolusi tahunan yang Anda buat?

Sudah lama sekali tidak punya resolusi tahunan. Mungkin terakhir bikin waktu masih kuliah. Sekarang sih menjalani hidup apa adanya saja.

Resolusi apa yang Anda ingin capai pada saat awal tahun 2009 lalu? Dan, apakah resolusi itu dapat diwujudkan?

Merujuk ke jawaban no 1, saya nggak punya resolusi.

Menurut Anda, pentingkah seseorang memiliki resolusi dalam hidupnya? Mengapa?

Menurut saya, nggak ada jawaban general yang bisa berlaku untuk semua orang. Akan selalu tergantung kebutuhan orang itu sendiri. Barangkali ada yang merasa terbantu dengan memiliki resolusi, karena jadi ada target untuk dikejar. Tapi ada juga yang mungkin tidak merasa terlalu perlu punya resolusi, saya salah satunya. Sesekali saya tetap punya target, tapi saya tidak menjadikannya kegiatan rutin. Kalau memang diperlukan saja.

Apakah Anda termasuk orang yang menganggap pergantian tahun patut dirayakan?

Sekarang ini saya rasanya lebih santai melihat pergantian tahun. Kalau memang ada kesempatan merayakan, oke. Kalau enggak pun nggak apa-apa. Esensinya, kan, semua tanggal pun tidak ada yang berulang dua kali, jadi setiap hari sebetulnya sama spesialnya.

Biasanya, dengan cara apa Anda menutup tahun?

Belakangan lebih banyak di rumah bersama keluarga. Dengar suara kembang api dan kadang-kadang nonton kembang api di langit kalau lagi ada. Pada saat tengah malam, saya dan Reza selalu bermeditasi sejenak. Setelah lewat tengah malam baru tidur.

Sudah ada rencana untuk akhir tahun 2009?

Untuk akhir tahun ini nggak ada. Tapi Oktober lalu saya baru melahirkan anak ke-2, jadi akhir tahun ini kami punya anggota keluarga baru. Bagi saya itu sudah cukup menjadikan akhir tahun 2009 ini ekstra spesial.

Sudahkah Anda menetapkan apa yang ingin Anda capai di tahun 2010?

Ada beberapa agenda pekerjaan yang memang jatuhnya di tahun 2010, antara lain beberapa judul buku baru. Tapi saya tidak menjadikannya resolusi, sekadar agenda kerja saja.

Apakah Anda sudah puas dengan hidup yang sudah Anda miliki dan jalani saat ini? Kalau belum, apa yang dirasa masih kurang dalam pencapaian hidup Anda?

Puas-puas saja. Impian atau proyeksi masa depan tetap ada, tapi itu rasanya tidak sampai membuat saya merasa kurang dengan apa yang saya punya sekarang.

Pernahkah Anda merasa menyerah dalam menghadapi suatu masalah?

Menurut saya, tahu kapan kita menyerah dan kapan kita berjuang adalah seni yang harus terus digeluti dalam hidup. Entah itu menyerah, bertahan, atau berjuang, bagi saya yang lebih penting adalah berpasrah dalam segala prosesnya. Menyadari dan menerima bahwa apa pun yang kita pikirkan dan rencanakan belum tentu akan terwujud dan belum tentu adalah yang terbaik. Menjalani hidup secara sadar bagi saya lebih esensial.

Bila hal di no.9 tadi sedang melanda, apa yang Anda lakukan untuk membangkitkan kembali semangat hidup?

Sekadar menyadari bahwa segala sesuatu tidak ada yang tetap. Kesedihan tidak tetap, kesialan tidak tetap, semua itu akan berlalu jika memang sudah saatnya. Sebaliknya pun sama. Nasib mujur tidak tetap, kegembiraan pun tidak tetap. Jadi kedua sisi itu nggak usah terlalu digigit kuat. Biarkan saja mereka hadir bergiliran sesuai waktunya.

Kesibukan apa yang sedang Anda lakukan saat ini?

Saat ini saya mau konsentrasi mengurus anak ke-2 saya dan keluarga. Lebih banyak ingin kerja dari rumah saja dan mengurangi kegiatan di luar kalau nggak perlu-perlu banget. Ada beberapa naskah buku yang tengah dipersiapkan.

Anda pertama kali terjun di dunia entertainment sebagai penyanyi, lalu belakangan orang mengenal Anda sebagai salah satu penulis wanita yang telah menerbitkan karya-karya tulis yang luar biasa. Mana sebenarnya yang lebih mencerminkan diri Anda sendiri, penyanyi atau penulis?

Bagi saya pribadi, musik dan menulis tidak bisa dipisahkan. Keduanya merupakan bagian inheren dari diri saya. Keduanya merupakan jalur saya berekspresi. Tinggal waktunya saja, kadang-kadang yang muncul adalah keinginan menulis, kadang-kadang bermusik. Jadi, hanya momen dan timing-nya saja yang bervariasi, tapi jalur ekspresinya ya hanya dua itu.

Ke depannya, apakah rencana Anda, apakah fokus pada dunia tarik suara atau dunia tulis-menulis?

Masih di dua-duanya. Tapi untuk jangka waktu dekat, saya masih harus menyelesaikan beberapa naskah tulisan saya.

Oktober lalu, Anda melahirkan anak ke-2. Bagaimana cara Anda membagi waktu secara adil, antara keluarga dan karier? Apalagi saat ini, promo album terbaru Anda juga masih berlangsung?

Sejak dulu, prinsip saya tentang prioritas adalah melihat situasi dan kondisi serealistis mungkin. Saat ini, saya memilih untuk fokus pada keluarga dan anak-anak saya dulu, khususnya anak ke-2 saya yang baru lahir. Untuk promo, kalau album sih sudah rilis dari tahun lalu jadi sudah tidak lagi intensif promonya. Yang paling baru justru buku (Perahu Kertas), dan sekarang buku itu tetap berpromo, tapi tidak dengan cara menghadirkan saya secara fisik, jadi lebih ke pemakaian media cetak seperti poster, banner, iklan, dsb. Syukurnya, meski dengan begitu, Perahu Kertas tetap bisa jadi best-seller.

Bagaimana tanggapan anak pertama dalam menerima kehadiran adik baru dalam hidupnya?

Keenan, anak pertama saya, sangat antusias sekali dengan kehadiran adiknya. Dari waktu hamil, dia sudah nagih-nagih untuk adiknya cepat keluar. Dan sekarang, dia sayang sekali dengan adiknya. Keenan selalu membanggakan ke orang-orang bahwa sekarang dia sudah punya adik perempuan.

Bagaimana cara Anda memperlakukan dengan adil kedua buah hati Anda?

Sebisa mungkin saya tetap kasih porsi perhatian saya pada Keenan. Kami punya ritual yakni membaca cerita sebelum dia tidur, jadi walaupun sekarang sudah ada adiknya, saya tetap sebisa mungkin mempertahankan ritual, tsb. Cara lain adalah dengan melibatkan Keenan dalam kegiatan mengurus adiknya: mengajarkan dia cara membelai, meminta tolong dia untuk menjaga adiknya, dsb.

Apakah kendalanya membesarkan anak dengan dua ayah yang berbeda? Apakah itu terkadang membuat Anda susah, atau malah memberikan warna tersendiri dalam hidup Anda?

Sebelum Atisha, anak ke-2 saya lahir, ikatan antara Keenan dan Reza sudah sangat kuat. Jadi tidak ada kesulitan sama sekali. Dan sejak saya hamil Atisha, Keenan sudah kami libatkan dari mulai proses kehamilan, bahkan saat kelahiran. Jadi ikatan antara satu sama lain dalam keluarga kecil kami tidak pernah terputus atau merenggang dengan perubahan ini. Kuncinya, ya, dengan cara melibatkan Keenan secara perlahan namun kontinu dalam semua perubahan yang terjadi.

Pernahkan anak pertama Anda mengeluhkan kurangnya perhatian Anda kepadanya, dan bagaimana Anda menyikapinya?

Sejauh ini sih nggak pernah, karena yang kasih perhatian sama dia banyak sekali. Saya malah bersyukur dia punya banyak keluarga. Karena dengan demikian dia bisa punya variasi dan curahan kasih sayang dari kiri-kanan, nggak hanya menuntut dari kami saja. Setiap akhir pekan dia punya kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama ayah kandungnya atau nenek-kakeknya di Bandung. Meski demikian, Keenan memang menghabiskan waktu paling banyak dengan saya dan Reza. Jadi sebagai sebuah unit keluarga, memang kami harus solid supaya Keenan tetap merasa stabil di mana pun dia berada.