Monday, December 22, 2014

Wawancara Jotun | Eco-Friendly House | April, 2013


Sejak kapan menghuni rumah ini?

Kami mulai pindah ke rumah ini sejak 12 Desember 2012.

Berapa luas bangunan dan luas tanah? Berapa lantai? Berapa lama pengerjaan rumah?

Luas bangunan kurang lebih 420 m2, luas tanah 360 m2. Bangunan ini terdiri dari dua lantai. Pengerjaan rumah kurang lebih berjalan 15 bulan.

Ceritakan mengenai konsep rumah Anda.

Rumah kami mengusung konsep 'rumah sehat hijau'. Artinya, rumah ini sedapat mungkin hemat energi, eco-friendly, minim toksin, minim polusi elektromagnetik, minim clutter, dan memberikan kesehatan lahir batin bagi penghuninya.

Rumah Anda terasa lengang dan hanya terisi oleh benda yang diperlukan saja, bisa menceritakan tentang hal ini?

Karena rumah ini diliput baru setelah dua bulan kami pindah, tentu saja rumah ini belum full kami isi, makanya barangkali jadi terasa lengang. Kami ingin mengisinya pelan-pelan. Yang penting rumah ini fungsional dulu. Tapi di luar dari faktor itu, kami juga tidak ingin menjadikan rumah ini sesak oleh barang. Sedapat mungkin kami tidak menyimpan barang yang tidak dibutuhkan, dan ini termasuk pakaian, buku, pajangan, dll. Secara berkala, kami sebisa mungin ingin mendonasikan barang-barang yang sudah tidak diperlukan. Kami rasa ini juga penting agar rumah terjaga tetap spacious dan tidak menumpuk energi stagnan dari barang-barang yang tidak terpakai.  

Ceritakan mengenai aplikasi material eco-green pada hunian Anda?

Saat kami mulai mengonsep rumah ini, kami banyak melakukan riset dan studi tentang rumah yang sehat dan hijau. Rumah yang demikian tentu harus didukung oleh material-material yang green dan eco-friendly, yang ternyata belum banyak dikenal di Indonesia. Masyarakat kita secara luas belum banyak menyadari bahayanya polusi indoor yang diakibatkan bermacam toksin dari material rumah, baik itu cat, lem, lampu, pelapis lantai, benda-benda elektromagnetik, kasur, dan sebagainya. Karena masih terbatasnya pilihan material eco-friendly di Indonesia, kami menerapkan sebisanya saja. Sesuai dengan yang ada di pasar saat ini. Meski tidak terlalu banyak yang bisa kami dapatkan, tapi bagi kami cukup signifikan. Kami berhasil mendapatkan opsi penerangan LED untuk rumah, yang mana memenuhi kriteria hemat energi dan juga minim toksin (karena tidak mengandung merkuri sebagaimana bola lampu umumnya), kami juga berhasil menemukan finishing kayu yang bebas toksin, kasur dengan bahan 100% lateks alami, dan cat berkualitas baik yang rendah VOC. Selain itu, kami juga mengatur jalur kabel listrik sedemikian rupa hingga tidak mengakibatkan ekses polusi elektromagnetik, khususnya di kamar-kamar tidur.  Kami juga menggunakan aplikasi vertical greenwall pada fasade luar yang mendukung sehatnya udara dan menurunkan panas dalam ruangan.

Apa alasan Anda memilih Jotun sebagai cat hunian?

Dari sekian banyak merk cat yang ada, kami menjatuhkan pilihan pada Jotun karena baru Jotunlah yang memenuhi kriteria ideal untuk cat rendah VOC. Cat adalah unsur penting karena dia melapisi seluruh dinding rumah. Bayangkan jika cat ini tinggi toksisitasnya, pasti akan berakibat tidak baik bagi kesehatan penghuninya. Selain itu, untuk mendapatkan cat minim toksin dari Jotun, kami tidak perlu berkompromi soal kualitasnya, karena kualitas cat Jotun amat memuaskan. Bahkan kontraktor kami sempat berkomentar, bahwa dari rumah-rumah yang ia kerjakan, rumah kami yang memakai Jotun adalah rumah dengan cat yang terbaik secara kualitas dan warna. 

Kriteria apa saja dan keunggulan dari materi bangunan yang menjadi pertimbangan Anda?

Kriteria kami yang pertama tentu adalah kesehatan (minim toksin), kedua adalah kualitas dan durabilitas. Jotun memenuhi semua kriteria tadi.

Kenapa Anda memilih Ridwan Kamil sebagai arsitek rumah ini? Apa konsep yang ia aplikasikan?

Sejak awal, kami sudah ingin membuat rumah sehat dan hijau. Selain itu kami juga punya kebutuhan-kebutuhan ruang yang spesifik, misalnya ada perpustakaan, ruang meditasi, ruang praktek penyembuhan holistik untuk Reza, dan kebutuhan lain yang sulit dipenuhi jika mengikuti standard bangunan di kompleks. Untuk itu, kami menawarkan konsep ini ke beberapa arsitek, lalu menjajaki respons dan ide mereka untuk mewujudkannya. Ridwan Kamil menyambut baik konsep ini, dan beliau berhasil membuat desain yang menjawab semua kebutuhan ruang kami. Bisa dibilang, semua sudut di rumah ini termanfaatkan dengan baik. Beliau membuat konsep "rumah di tengah hutan-hutan kecil" yang diaplikasikan menjadi rumah dengan banyak courtyard. Dampaknya adalah, rumah tersebut memiliki akses cahaya dan sirkulasi udara maksimal. Semua ruangan di rumah memiliki akses ke "hutan kecil" alias courtyard tadi. Ketika jendela kami buka, terasa rumah ini bernapas. Udara mengalir lancar. Untuk area yang ada di pojokan, beliau menyiasatinya dengan membuat skylight. Contohnya, untuk tangga utama yang terletak di pojok rumah. Seharusnya ini menjadi area yang gelap. Tapi, dengan membuat atap skylight, cahaya matahari menembus atap kaca dan menjadikan tangga kami terang benderang oleh sinar alami. Akibatnya, pemakaian lampu dan AC jadi minim. Kami juga tidak punya masalah dengan nyamuk karena serangga tidak "terperangkap" di rumah. Salah satu keunikan rumah ini antara lain banyaknya kupu-kupu yang hinggap. Mungkin karena rumah ini dilingkupi oleh area hijau dan punya banyak jendela, banyak kupu-kupu dan capung yang masuk ke rumah, tapi dengan mudah keluar lagi karena sirkulasinya banyak.

Rumah Anda cukup didominasi oleh tanaman hijau. Bisa ceritakan mengenai vertical garden pada fasad rumah, spot taman indoor, dan peletakan pot-pot tanaman di lantai dua?

Vertical garden dan taman indoor/courtyard adalah konsep yang diusulkan oleh Ridwan Kamil. Vertical garden membuat dinding dalam ruangan di baliknya tidak panas karena ada semacam lapisan penyejuk. Lingkungan di sekitarnya pun ikut terteduhkan pemandangannya dengan hadirnya vertical garden, apalagi untuk daerah BSD yang mataharinya cenderung terik. Dewi sendiri penyuka tanaman, jadi ia senang dengan hadirnya tanaman di dalam rumah. Dari riset yang kami kumpulkan, salah satu solusi alami untuk membersihkan udara dalam rumah adalah dengan meletakkan tanaman-tanaman indoor tertentu. Selain bunga-bungaan untuk mempercantik, tanaman seperti palem-paleman dan spatuphyllum punya manfaat membersihkan udara.

Selain pada hunian apa konsep eco-green living seperti apa yang Anda aplikasikan pada gaya hidup sehari-hari?

Untuk bahan-bahan pembersih rumah, kami sedapat mungkin menggunakan pembersih alami yang minim toksin, seperti baking soda, cuka, air soda. Kami juga menghindari clutter dengan menerapkan efisiensi pembelian barang. Dalam aplikasi yang lebih sederhana, kami meminimalkan pemakaian plastik/kemasan sekali pakai dengan membawa kantong belanja sendiri, botol minum sendiri, menghindari kemasan styrofoam. Pola makan keluarga kami sebagian besar juga vegetarian, yang mana pola makan vegetarian juga lebih ramah lingkungan. 

Siapa yang paling dominan dalam menentukan isi, desain, warna rumah, furnitur, dsb., untuk rumah ini?

Karena penyelesaian rumah adalah pekerjaan yang kompleks dan butuh banyak koordinasi, akhirnya kami melakukan pembagian tugas. Dewi yang lebih banyak kebagian tugas untuk menentukan finishing, dari mulai material hingga warna. Namun, untuk penentuan hal-hal yang krusial kami putuskan bersama. Untuk detail interior yang lebih spesifik seperti pemilihan kain, pajangan, dll, memang sebagian besar dipilih langsung oleh Dewi.  Reza lebih banyak berperan di desain struktur, arsitektur dan supervisi pengerjaan.  Salah satu pengalaman kami ketika punya begitu banyak kriteria eco-friendly, adalah ternyata para pekerja dari kontraktor butuh supervisi yang lebih ketat karena belum terbiasa untuk mengaplikasikan materi eco-friendly yang sudah kami tentukan.  Hampir 6 bulan terakhir sebelum pindah, hidup kami di luar saat bekerja sesuai profesi, lebih mirip seperti mandor / pengawas proyek.

Seberapa sering Anda melakukan perubahan interior dan dekorasi rumah Anda?

Dari konsep yang ada, kami tidak melakukan perubahan drastis karena memang
sudah sepakat sejak awal, sifatnya jadi lebih melengkapi dan detailing saja. Yang diganti berkala paling hanya bunga-bungaan dan aksesoris kecil-kecil lainnya. Palet warna dan tekstur sudah kami tetapkan dari awal. Pengisian dinding kami lakukan pelan-pelan, karena lukisan maupun hiasan dinding kan bukan barang yang sekali pakai atau bisa dibuang begitu saja.

Ruang favorit Anda di rumah?

REZA: Untuk saya, ruang favorit adalah ruang kerja pribadi yang terhubung dengan kamar tidur. Ruang itu memiliki akses jendela ke luar dan ke dalam, jadi udaranya segar dan pemandangannya nyaman. Untuk Dewi, ruang favoritnya adalah ruang makan karena letaknya yang sentral hingga bisa memandang ke segala arah, dari mulai dapur, tiga courtyard, piano, ruang keluarga, sampai ruang teve. Dewi sendiri lebih senang bekerja di area terbuka, jadi bekerja di meja makan menjadi pilihan favoritnya.

Momen yang terasa paling inspiratif untuk menulis atau membaca? Siang atau malam, dan kenapa?

DEWI: Momen favorit Reza adalah malam hari saat semua sudah tidur, jadi sudah minim interupsi dan lebih hening. Untuk saya, sejak punya anak saya memang sudah terkondisikan untuk bisa bekerja kapan saja dan di kapan pun kesempatan yang saya punya, jadi kapan pun bisa jadi momen yang tepat. Tapi momen yang paling produktif bagi saya adalah pagi hari karena tubuh dan pikiran masih fresh.

Apa arti sebuah rumah bagi Dewi Lestari?

Bagi saya, rumah adalah akar dan penyangga tempat saya dan keluarga bertumbuh. Rumah yang solid, terawat, sehat, dan nyaman, adalah bentuk penyangga ideal bagi seorang individu untuk berkembang dan merasa aman. Apa pun suasana di dunia luar sana, menurut saya, kembali ke rumah harus menjadi sebuah perasaan yang paling ditunggu-tunggu.

Ceritakan apakah ada konsep tertentu dalam menjalani peran sebagai ortu?

Sebagai orang tua, saya dan Reza berupaya untuk menjalankan apa yang dinamakan conscious parenting. Kami berusaha menerapkan pendekatan lebih intuitif untuk memahami apa yang terbaik untuk anak, dengan juga melibatkan mereka dalam prosesnya. Kami berusaha menanamkan komunikasi yang terbuka dengan anak-anak. Kami ingin mereka terbiasa mengomunikasikan perasaan dan pikiran mereka.

Apakah ada saran dan tips untuk ibu-ibu atau keluarga muda, yang harus diperhatikan saat membangun rumah?

Rumah adalah hal yang personal dan membutuhkan koordinasi yang kompleks dalam mewujudkannya. Secara ideal, setiap orang pasti punya mimpinya masing-masing, tapi kadang keterbatasan kondisi membuat kondisi ideal itu tidak selalu tercapai. Bagi saya, idealnya membangun rumah itu secara konseptual harus matang dulu, jadi tidak terburu-buru. Perhitungkan berbagai aspek dengan baik, dari mulai lingkungan, keamanan, sampai budget tentunya. Jika ada keleluasaan, maka masukkanlah aspek kesehatan dalam pembangunan rumah. Jadi, jangan cuma kelihatan indah dan ekonomis atau saja, tapi kita perlu bijak dalam memilih material. Sebaliknya, yang serba mahal dan bergengsi juga belum tentu ideal secara kesehatan. Jadi, sebagai calon pemilik rumah, jangan malas menggali informasi.

Warna kesukaan Anda untuk hunian?

Saat ini kami lebih banyak memakai warna putih dan warna-warna pastel yang lembut. Warna seperti ini lebih long lasting dan punya efek meneduhkan. Rumah dengan dominasi warna putih dan pastel juga memberikan efek yang lebih terang dan bersih. Untuk beberapa ornamen rumah, kami tetap mempertahankan sebagaimana aslinya, khususnya untuk furnitur yang terbuat dari kayu solid seperti pintu utama, meja makan, dan coffee table. Tekstur dan warna natural ini menjadi aksen dan penyeimbang bagi rumah kami yang serba putih.

Hal terbaik dari area tempat tinggal Anda?

Kami beruntung mendapatkan lahan sudut yang artinya kami dapat lahan ekstra untuk taman. Selain itu, tepat di seberang lahan kami adalah area hijau yang tidak akan ditutup bangunan. Karenanya, cahaya dan angin tetap mengalir lancar tanpa ada halangan. Di sebelah rumah kami juga ada hutan bambu yang merupakan tepian kompleks dan juga bebas dari bangunan lain.

Deskripsikan hunian Anda dalam tiga kata.

Relaks, sehat, hijau.

Hal pertama yang Anda lakukan ketika sampai di rumah?

Ruang makan selalu menjadi perhentian pertama. Bisa dibilang, itu markas favorit keluarga kami, untuk makan, ngobrol, sampai tempat anak bikin pe-er. Jadi, biasanya kami selalu mampir duduk di situ dulu, untuk sekadar minum air putih atau ngobrol sejenak.

Menu makan malam favorit?

DEWI: Reza dan saya punya selera makan yang berbeda. Saya sangat suka makanan tradisional dan masakan asli Indonesia yang cenderung pedas dan bumbunya tajam. Reza punya selera yang rentangnya lebih luas dan internasional, dia juga nggak suka pedas. Tapi, bisa dibilang kami punya kesamaan masakan favorit yakni masakan Thailand. Tom Yum dan Green Curry adalah favorit kami.

Arti kata inspirasi bagi Anda?

Inspirasi adalah pemantik agar kehidupan ini lebih bercahaya dan berpijar.