Friday, December 19, 2014

Koran Jakarta | Rubrik Perempuan | April, 2009 | by Ezra Natalyn


Sejak kapan bercita-cita menjadi penulis? Sebelumnya memang ingin terjun sekaligus sebagai penulis dan penyanyi?

Sejak kecil memang sudah ingin menulis buku, tapi tidak terpikir untuk menjadikannya profesi. Tidak pernah juga terpikir secara sengaja ingin jadi penulis dan penyanyi sekaligus. Saya semata-mata hanya mengikuti dan melaksanakan hobi saya saja. 

Apa menurut Anda persamaan dan perbedaan antara menulis dan menyanyi?

Perbedaan: jelas beda. Keduanya adalah aktivitas yang memang beda. Yang satu harus mengeluarkan suara, yang satu lagi enggak. Persamaan: Sama-sama saluran bagi saya untuk berekspresi. 

Biasanya menulis di mana? Kalau dideskripsikan kira-kira tempat Dewi menulis yang paling cocok itu seperti apa?

Saya menulis di mana-mana. Menurut saya, tempat apa pun bisa ideal untuk menulis yang penting hening dan nggak diganggu. 

Siapa penulis favorit? Dan mengapa?

Saya suka Sapardi Djoko Damono. Untuk penulis luarnya saya suka Dave Eggers, Rattawut Lapcharoenshap, dan Ana Castillo. Yang saya sukai dari para penulis tsb adalah ciri khasnya dan kekuatan inspirasif yang ditularkan pada pembacanya. 

Bagaimana rasanya saat proses kreatif menulis sebelum tulisan itu rampung?

Sangat magis. Seperti tarik-menarik, seperti pertarungan, seperti jatuh cinta, bisa juga putus asa, pokoknya rasanya macam-macam. Seperti naik roller-coaster. Tidak jarang saya begitu hanyutnya dalam cerita sehingga rasanya menjalani dua realitas; realitasnya Dewi Lestari dan realitas sebagai tokoh-tokoh cerita saya. 

Impian apa dalam dunia tulis-menulis yang belum teraih?

Bikin buku anak-anak. 

Apa pendapat Dewi tentang penulis-penulis perempuan Indonesia?

Saat ini, penulis perempuan memegang peranan dan punya suara sangat vokal di percaturan sastra Indonesia. Banyak acara yang diadakan khusus untuk mengangkat para sastrawan perempuan, sementara untuk yang laki-laki malah nggak ada. Keberagaman penulisnya juga sangat kaya. Banyak nama yang mencuat dan semuanya punya gaya menulis yang lain-lain. 

Adakah kisah masa kecil atau masa sekolah yang paling berkesan buat Dewi? Tolong diceritakan salah satu?

Banyak banget, sih. Tapi salah satu yang paling berkesan waktu diajak naik helikopter keliling kota Medan oleh ayah saya. Itu kali pertama dan satu-satunya saya pernah naik helikopter seumur hidup. 

Bagaimana rasanya menjadi seorang anak TNI? Displin dalam keluarga barangkali?

Ayah saya orangnya santai. Rasanya biasa-biasa aja. Tidak ada disiplin yang terlalu ketat. Kedua orang tua saya termasuk tipe yang demokratis dan mendengarkan pendapat anak, walaupun masih bisa tegas jika diperlukan. 

Dalam keluarga sebelum menikah, yang paling dekat dengan siapa dulu? Ayah? Ibu? Kakak atau adik? Mengapa?

Paling dekat dengan adik bungsu saya, Arina. Mungkin karena dari jarak usia kami yang dekat (cuma beda 2 tahun), dan sejak kecil saya selalu bareng dia terus ke mana-mana. Pernah pindah ke Medan barengan, sementara kakak-kakak perempuan saya yang lain tetap di Bandung. Setelah besar pun kami sharing rumah berdua. 

Sejak menikah, berapa lama setiap hari menghabiskan waktu dengan Keenan, dan apa acara favorit bersama keluarga?

Saya cukup sering menghabiskan waktu dengan Keenan. Apalagi dia ASI sampai 2,5 tahun, jadi dari bayi ikut saya terus ke mana-mana. Sekarang dia sudah TK, dan saya kebetulan lagi banyak di rumah, jadi waktu dengan dia tetap banyak. Yang pasti kalau malam saya punya jadwal rutin untuk membacakan dia cerita. Acara favorit kami sederhana aja: ngumpul di kamar, atau jalan-jalan ke villa keluarganya Reza di daerah Cibogo, Keenan senang sekali kalau sudah dibawa ke sana. Intinya, dia paling suka kalau keluarga besar ngumpul. 

Apa impian Dewi buat Keenan?

Menjadi manusia yang sehat luar dalam, dan apa adanya. 

Bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti memasak, dll? Kalau iya, kapan saja dilakukan?

Saya lumayan suka masak. Tapi nggak rutin. Kalau memang lagi ada dorongan aja. Saya suka memasakkan makanan Thai (tom yam, green curry, pad thai, dsb) untuk suami. 

Sekarang sedang mengandung anak kedua, kalau dideskripsikan, untuk Dewi bagaimana rasanya perempuan yang mengandung? Enak dan nggaknya?

Rasanya macam-macam, seperti deskripsi saya tentang proses kreatif. Kalau lagi muntah dan mual, ya, nggak enak. Kalau jadi dimanja suami dan keluarga, ya, enak. Yang jelas, buat saya hamil itu proses yang luar biasa besar. Untung cuma mau punya anak dua aja. Nggak kebayang kalau punya anak banyak! Haha. 

Suka wewangian jenis apa? Parfumnya apa? Kalau diungkapkan dengan kata-kata, bagaimana aroma wewangian favoritnya?

Saya lagi pakai parfum dari Philosophy (yang Baby Grace dan Falling in Love). Agak susah carinya, harus titip ke Amerika, atau cari ke toko parfum yang suka ngimpor parfum ‘aneh-aneh’. Saya suka aroma yang menenangkan hati, dan nggak pasaran. 

Apa arti sahabat bagi Anda, punya waktu rutin berkumpul atau kontak dengan sahabat?

Saya orangnya “sahabat-minded” banget. Tapi sekarang ini karena sudah berpencar, sudah pada menikah dan sudah punya kehidupan masing-masing, geng saya nggak ngumpul sesering dulu. Saya paling dekat dengan teman-teman SMA saya. Kalaupun nggak ketemuan langsung, saya kontak-kontakan via telepon, SMS, atau e-mail. Lagi kepikiran ingin bikin arisan supaya ada waktu kumpul, tapi belum sempat saya rintis. 

Pernah merasa jenuh dan kering inspirasi, apa yang biasanya dilakukan untuk menyegarkan pikiran kembali?

Tidak menulis dan mengerjakan hal lain.