Monday, December 22, 2014

CNN Indonesia | Adaptasi Buku Jadi Film | September, 2014 | by Karina Armandani


Pertama, kenapa sekarang banyak buku Anda yang diadaptasi ke film? Apa ini kemauan Anda sendiri atau gimana?

Sejauh ini saya tidak pernah berada di posisi yang menawarkan. Dan memang demikian praktik umum yang terjadi. Produserlah yang melamar buku untuk diadaptasi, bukan sebaliknya. Karena tentunya pertimbangan produser datang dari kacamata industri film, dialah yang akan berhitung prospek dari sebuah buku.

Kedua, setelah Perahu Kertas kemarin apa Anda merasa sudah puas dengan hasilnya? Sama juga dengan film-film lain yang diadaptasi dari buku Anda, puas tidak selama ini dengan hasilnya?

Bervariasi. Seratus persen puas mungkin hanya terjadi kalau saya sendiri memfilmkan, memproduseri, menulis, dan menyutradarai. Itu pun sebenarnya bukan jaminan. Perlu dipahami film itu beda banget dengan buku. Di Perahu Kertas saya terlibat cukup jauh, di situ saya baru belajar dan melihat bahwa banyak sekali kompromi dalam film, dan itu wajar, karena film adalah proyek rame-rame. Beda dengan buku yang cenderung soliter. Jadi sekarang saya berhenti membandingkan. Film ya film, buku ya buku.

Ketiga, Anda sendiri ikut proses produksi filmnya tidak, untuk memastikan cerita tidak melenceng? Sejauh mana keterlibatan di pembuatan film ini? Anda ikut memilih pemainnya atau tidak?

Untuk Supernova saya tidak ikut proses produksi. Produsernya, Sunil Soraya, sempat beberapa kali mengajak berdiskusi, termasuk soal pemain. Namun tentu keputusan terakhir ada di pihak produser, karena saya memang tidak bergabung secara formal sebagai pengambil keputusan. Saya sempat juga memberikan catatan-catatan untuk draf skenarionya. Tapi seperti apa perkembangannya sekarang, dan bagaimana jadinya nanti, itu saya lepaskan saja. Saya ingin jadi penonton saja nanti.

Lalu kenapa film-film yang diangkat dari buku Anda ini disutradarai dan diproduseri orang yang berbeda-beda? Apa Anda merasa tidak puas dengan pemahaman dari satu sutradara saja?

Sekali lagi, pemilihan sutradara dan produser bukan bergantung dari saya. Produser A datang, misalnya, karena tertarik pada buku saya yang B. Nanti produser lain lagi datang karena ketertarikannya dengan karya saya yang lain lagi. Saya tidak berada di posisi menawarkan. Dan, para produser biasanya sudah punya kalkulasi tersendiri untuk menunjuk sutradara, pemain, bahkan penulis naskah. Hubungan saya dengan mereka sebatas mereka membeli hak adaptasi buku. Itu saja. Terkecuali Perahu Kertas di mana saya memang berperan sebagai penulis skenario dan penulis beberapa lagu utama di soundtrack. Selebihnya saya hanya melepas hak adaptasi.