Wednesday, December 17, 2014

Wawancara Skripsi | Madre & Menunggu Layang-layang | Juni, 2012 | by Jatmiko


Bagaimana proses kreatif dalam penciptaan Madre dan Menunggu Layang-layang? Apa yang menjadi inspirasi dari dua cerpen tersebut? 

Ide menulis Madre muncul ketika saya ikut kursus membuat roti dan instruktur saya menjelaskan tentang adonan biang. Kebetulan saya punya keinginan terpendam untuk membuat cerita yang bertemakan kuliner. Saya langsung tertarik dengan adonan biang yang menurut saya punya dimensi drama yang bisa dikembangkan. Menunggu Layang-layang sebetulnya cerita yang sudah lama sekali saya garap, pertama kali ditulis tahun 1996, dan versi yang ada di kumpulan cerita Madre adalah versi hasil ditulis ulang tahun 2010. Idenya adalah kisah yang bertumpu pada dua karakter yang kontras (Starla dan Che), serta dinamika yang tercipta karena karakter mereka yang bertolak belakang tersebut. 

Apa yang melatarbelakangi terjadinya konflik batin yang dialami oleh Tansen sehingga ketika mendapatkan warisan Tansen ingin berlari dan menjual Madre (dilihat dari sisi Penulis)? 

Tansen tiba-tiba seperti ditendang dari zona nyamannya. Dari orang yang hidup bebas dan sudah terbiasa tidak memiliki "akar", tiba-tiba Tansen merasa terancam karena muncul ikatan yang tidak ia duga yakni Madre. Madre berpotensi menghancurkan kebebasannya dan menjadi ikatan yang tidak ia harapkan. Selain itu, silsilah keluarga yang tidak ia tahu juga menjadi faktor yang mengejutkan Tansen. 

Mengapa konflik batin dalam diri Mei terjadi ketika dewasa saat Mei mengetahui tentang Madre? 

Mei menyimpan penyesalan sejak kecil ketika ia "membinasakan" adonan biang kakeknya. Ia kemudian mengembangkan bisnis roti keluarganya masih dengan rasa penyesalan tersebut, dan karena itulah ia sangat tertarik dengan Madre. Madre merupakan jalan keluarnya untuk membayar penyesalannya.

Apa yang melatarbelakangi cerita tentang Pak Hadi yang mempertahankan Madre sehingga hal itu menyebabkan konflik batin dalam diri Pak Hadi ketika Madre hendak dijual? 

Bagi Pak Hadi, Madre adalah identitas dan hidupnya. Ia percaya pada kesetiaan dan dedikasi. Ia mendedikasikan hidupnya pada toko yang dipercayakan Tan kepadanya. Ini yang kontras dengan Tansen yang semasa hidupnya justru tidak mengenali kualitas-kualitas tersebut. Ketika Madre hendak dijual, bagi Pak Hadi itu adalah berakhirnya kehidupan yang ia tahu. Kehidupan sebagai pembuat roti. 

Bagaimana konflik batin dalam diri Christian dapat terjadi sehingga muncul penolakan terhadap Starla? Mengapa hal tersebut dimunculkan oleh Penulis? 

Sebagai seseorang yang mengamati dinamika hidup Starla dari jarak yang dianggapnya aman, Che merasa terguncang ketika ia sadar bahwa ia telah kehilangan posisi aman tersebut. Baginya, selama ini hidup Starla adalah hidup yang berbahaya, yang selalu berusaha ia hindari. Sebetulnya yang ia hadapi adalah ketakutannya sendiri akan perubahan dan ketidakpastian, karena Che adalah orang yang sangat takut kehilangan kendali hidupnya. 

Bagaimana proses terjadinya konflik batin Starla dan Rako dari sisi Penulis? Mengapa konflik batin Rako tiba-tiba dimunculkan dalam cerita? 

Rako menjadi titik balik bagi Che. Jika selama ini ia berusaha menahan diri untuk tidak protes terhadap segala sepak terjang Starla, ketika hal itu terjadi pada sahabatnya sendiri, Che tidak tahan lagi. Dan untuk kali pertama, konflik terbuka di antara Che dan Starla. 

Apakah konflik yang dialami oleh tiap-tiap tokoh memengaruhi kejiwaan tokoh yang lain? 

Menurut saya, harus. Justru itulah yang membuat sebuah cerita menjadi masuk akal dan plot menjadi utuh, karena ada keterkaitan emosi antar tokoh-tokohnya. Yang satu menyebabkan yang lain.

Pesan apakah yang sebenarnya ingin disampaikan oleh Penulis dalam cerpen Madre dan Menunggu Layang-layang?

Pada Madre, pesan utamanya adalah pada menemukan rumah di dalam diri. Ketika kita merasa nyaman dan berdamai dengan diri sendiri (seperti yang dilakukan akhirnya oleh Tansen), maka rumah pun terwujud untuk kita. Pada Menunggu Layang-layang, adalah keberanian menghadapi ketakutan dan kelemahan terbesar kita, seperti yang akhirnya dilakukan oleh Che dan Starla.