Saturday, December 20, 2014

Pikiran Rakyat | Gaya Hidup Penulis Best-Seller | Juni, 2008 | by Eriyanti

 
Kapan sih mulai menulis, judulnya apa, dan dimuat di mana?

Saya nulis sejak kecil. Tulisan serius pertama yang saya buat judulnya Rumahku Indah Sekali, saya tulis tangan di sebuah buku tulis, waktu saya kelas 5 SD, umur 9 tahun. Tulisan ini nggak dikirim ke mana-mana. 

Honor pertama yang diterima berapa? Dipakai untuk apa saja dan gimana rasanya?

Tulisan saya yang menghasilkan 'sesuatu' pertama kali dikirim ke perlombaan menulis sebuah majalah cewek, dan jadi juara 1. Tapi waktu itu saya nggak pede, jadi nggak pakai nama sendiri. Yang saya pakai nama adik saya. Dan akhirnya dia yang jadi juara, diwawancara, bahkan dapat hadiah berlibur segala, hehe. Cerpen saya juga pernah dimuat di Majalah Mode, judulnya Rico De Coro (ada dalam buku kumpulan cerita Filosofi Kopi), tahun 1996 or 1997. Honornya lupa berapa. 

Sekarang setelah terkenal, honornya sudah berapa? Dipakai untuk apa saja?

Maksudnya royalti? Atau honor artikel? Kalau artikel, tergantung kebijakan majalah/korannya. Berkisar antara 350.000 - 1.250.000. Kalau royalti, saya biasanya dapat 15% dari harga buku. Besarannya tergantung bukunya laku berapa. Dipakai untuk biaya hidup, dong. 

Berapa sih pengeluaran seorang penulis best-seller setiap bulannya? Hobi belanja enggak? Kalau belanja biasanya apa saja yang dibeli?

Pengeluaran bulanan saya biasanya dipakai untuk biaya hidup, biaya anak, keperluan pribadi. Sama-sama saja dengan orang-orang lain. Saya nggak terlalu gila belanja, kadang-kadang saja kalau lagi mood. Biasanya beli buku di Amazon.com, nggak tiap bulan sih. Tapi sekali beli berkisar antara 1 - 3 juta. Di luar itu belanja tergantung kebutuhan aja. Sesekali saya juga suka spa, atau massage, dan rekreasi. 

Selain untuk dipakai kebutuhan sehari-hari, penghasilannya pasti ditabung, kan? Berapa sih depositonya? Asuransi yang dimiliki apa saja?

Saya suka nabung, tapi nggak berdeposito. Asuransi hanya punya life insurance saja. 

Mbak Dewi rumahnya di mana? Kawasan apa? Pasti elit, dong. Sudah rumah sendiri? Budgetnya berapa, sih? Pasti dari novel, ya?

Rumah di Bandung di daerah Awiligar. Statusnya sudah rumah sendiri. Biaya beli dan bangunnya sekitar 1 M, tapi itu dulu hasil patungan. Penghasilan saya sebagian besar memang dari royalti, tapi ada juga dari iklan, talk show, dsb. 

Gimana sih rasanya jadi penulis muda, kaya, dan terkenal?

Yang menyenangkan adalah saya bisa punya pekerjaan dan hidup dari aktivitas yang saya cinta. 

Selain materi apa saja "kekayaan hati" yang diperoleh seorang penulis terkenal seperti Mbak Dewi?

Bisa menginspirasi orang, bisa bertemu dengan banyak orang, bisa berbagi dengan banyak orang. 

Berkat semua karya tersebut, Mbak Dewi sudah melanglang ke mana saja? Dibiayainya oleh siapa?

Sudah keliling Indonesia. Beberapa kali juga ke luar negeri, diundang jadi pembicara. Saya pernah diundang ke Adelaide, Byron Bay, Sydney, London. Bahkan ke Jepang dan Amerika, tapi yang dua ini saya nggak bisa memenuhi karena waktu itu jadwalnya nggak pas. Dibiayainya oleh yang mengundang. 

Pengalaman berharga dari semua perjalanan itu apa? Negara mana yang paling mengesankan? Mengapa negara itu?

Yang paling mengesankan di Byron Bay (Australia), dalam rangka Byron Bay Writers Festival. Kami tinggal selama 10 hari di sana. Saya bawa anak saya, Keenan, dan dia berulang tahun yang ke-2 di sana. Tempatnya di Byron indah sekali, dan festivalnya juga bagus. 

Dari semua yang sudah diperoleh sekarang, apakah Mbak Dewi masih punya obsesi? Pasti dong, kira-kira apa? Mengapa mengobsesikan hal itu?

Menulis sampai tua. Dan pengin menjadi penulis internasional. 

Gimana sih caranya bisa menjadi penulis seperti Mbak Dewi?

Cari objek/topik tulisan yang kita paling suka, dan kerjakan itu sebaik-baiknya. Mau berpromosi, dan terus berkarya. Setiap tulisan adalah latihan untuk mengenali diri dan mengasah skill menulis. 

Apa sebenarnya yang harus dimiliki oleh seorang penulis/pengarang agar karyanya diterima dengan baik dan bertahan? Dan tidak instan?

Sejujurnya, saya tidak tahu. Karena itu keputusan masyarakat dan pembaca. Sebagai penulis, yang penting kita otentik, tulus, jujur dengan apa yang kita suka, dan terus menulis. 

Apakah untuk jadi penulis terkenal, ide ceritanya harus penuh sensasi? Kisah-kisah apa saja sebenarnya yang sekarang diminati masyarakat?

Menurut saya, tidak sekadar sensasi. Tulisan yang sensasional bisa mencuri perhatian, tapi membuatnya diminati dan bertahan bukan sekadar sensasinya saja, tapi sejauh mana tulisan tersebut bisa menggerakkan hati dan menginspirasi seseorang. 

Bagaimana agar novel kita bisa jadi best-seller?

Tidak tahu. Kalau ada rumus pastinya, semua buku bisa jadi best-seller. Kenyataannya kan ada yang iya dan ada yang tidak. 

Bagaimana menerobos pasar novel yang sekarang persaingannya kian ketat? Boleh ya, minta sarannya?

Saya rasa tidak ada kiat-kiat yang spesial selain menulislah sebaik mungkin. Setiap jenis tulisan pasti memiliki pembacanya sendiri. 

Apa saja pesan yang ingin disampaikan Mbak Dewi kepada para penulis baru yang ingin bergerak di bidang kepenulisan?

Menulislah untuk diri sendiri, tapi jangan lupa sesekali mengambil posisi sebagai pembaca. Menulislah apa yang kita suka. 

Mbak setuju nggak kalau penulis zaman sekarang itu identik dengan selebriti?

Nggak. 

Apa sih hambatan jadi penulis itu, biasanya gimana ngatasin hambatan tersebut?

Musuh terbesar adalah diri sendiri. Kemalasan, tidak disiplin, tidak percaya diri, kebuntuan, adalah hal-hal yang biasanya menjadi hambatan seorang penulis, dan semua hambatan itu datangnya dari dalam diri. Jadi, tinggal gimana kitanya saja menata dan mengatasi diri kita untuk bisa melewati hambatan-hambatan tsb.