Monday, December 15, 2014

Femina | Perahu Kertas | November, 2009 | by Naomi Jayalaksana


Apa yang menginspirasi Dee saat menulis novel ini?

Pada dasarnya, saya memang penyuka kisah cinta yang berlapis-lapis. Dari kecil, saya menggemari komik serial Jepang bergenre drama seperti Pop Corn, Candy-candy, dsb. Saya juga senang membuat cerita format bersambung. Gabungan itu semualah yang mencetuskan ide untuk membuat Perahu Kertas. Di dalam Perahu Kertas bukan cuma kisah cinta saja, tapi ada perjuangan mengejar cita-cita dan impian, ada pergelutan masalah idealisme, persahabatan, bahkan ada latar belakang kisah cinta dari generasi pendahulu mereka. Lapis demi lapis kisah itu, bagi saya pribadi, amat menarik untuk disusun dan dituangkan.

Mengapa Dee memunculkan tokoh "Neptunus"? Apakah ini menandakan bahwa keberhasilan cinta semata-mata bergantung pada takdir dan bukan karena usaha manusia?

Tokoh Neptunus diciptakan secara spontan, tujuannya adalah untuk memperkuat karakter Kugy yang senang dongeng dan pengkhayal, sekaligus benang merah untuk menyambungkan ikon perahu kertas yang merupakan salah satu titik sentral dalam cerita. Di luar dari itu, saya sendiri percaya bahwa selalu ada skenario besar dalam kehidupan manusia yang tidak bisa dijangkau dengan nalar atau usaha kita sendiri belaka. Menurut saya, hidup manusia itu adalah gabungan dinamika antara berjuang dan berserah.

Benarkah bahwa inti novel ini ingin menjelaskan bahwa "true love waits"? Atau adakah pesan lain yang ingin disampaikan oleh Dee?

Inti yang sebenarnya ingin diilustrasikan oleh Perahu Kertas adalah hidup itu rangkaian misteri yang magis (saya juga terinspirasi menulis Perahu Kertas oleh sepenggal lirik lagunya Indigo Girls berjudul “Mystery”). Akal kita hanya mampu untuk mencocokkan mana yang logis dan tidak, tapi terlepas dari itu, saya merasa ada inteligensi agung yang menggerakkan kehidupan, termasuk perihal cinta. Karena itu di dalam Perahu Kertas dituliskan bahwa hati tidak memilih, hati itu dipilih. Dipilih oleh siapa dan apa dan karena apa? Itulah misterinya.

Adakah benang merah novel ini dengan bagaimana seorang wanita memahami cinta di saat sekarang?

Manusia cenderung untuk menggenggam apa pun yang  ada di tangan kita dan tak mau melepaskan, apalagi zaman sekarang ini di mana ketika orang yang fight itu punya konotasi ‘lebih positif’ ketimbang orang yang nrimo. Perahu Kertas menggambarkan indahnya kepasrahan, keberanian untuk membebaskan, serta kepercayaan pada aliran hidup. Dan bagi saya itu bisa menjadi pengimbang, khususnya bagi para perempuan modern.