Sejak kapan Anda mulai
menerapkan kehidupan yang selaras dengan alam?
Kalau saya kilas balik, sepertinya saya sudah tertarik dengan konsep
hidup yang ramah lingkungan itu sudah lama, sejak kecil bahkan. Tapi baru
setelah berumah tangga dan punya otonomi untuk mengurus segalanya sendiri,
barulah saya punya kebebasan penuh untuk menerapkan gaya hidup yang saya mau.
Ditambah lagi, salah satu cerita Supernova yang sedang saya tulis (Partikel),
temanya memang lingkungan hidup, jadi karena banyak riset dan otomatis banyak
baca, rasanya saya makin melek dengan banyaknya ketidakselarasan gaya hidup
manusia modern dengan alam. Dan itu membuat saya banyak merenung, lalu mulai
melakukan perubahan kecil-kecil dari rumah sendiri.
Konsep go green, green living, sampai
hidup organik, kini sering dijadikan orang sebagai gaya hidup temporer.
Bagaimana Anda bisa menjaga komitmen diri untuk konsisten menjalankannya?
Prinsip saya, tidak ada yang namanya perbuatan besar, yang ada hanyalah
perbuatan kecil namun dilakukan dengan setia. Begitu juga dengan green living,
baru bermakna dan transformatif jika dilakukan dengan setia, nggak perlu ngoyo,
dan nggak usah target muluk-muluk. Cukup perubahan yang dirasa realistis, untuk
skala diri sendiri dan keluarga.
Saat mulai ‘berdamai’ dengan alam, pasti ada rutinitas dan pola baru yang harus
dijalani. Misalnya, yang tadinya makan daging lalu switch menjadi vegetarian.
Pernahkah ada kesulitan meninggalkan kebiasaan lama?
Waktu vegetarian, karena sudah punya rumah dan keluarga sendiri,
rasanya nggak sulit. Waktu mulai rutin meditasi, misalnya, karena lingkungan
juga mendukung, juga rasanya mudah-mudah saja. Yang lumayan menantang adalah
mengondisikan penghuni rumah lain (pembantu dsb) untuk ikut partisipasi,
misalnya dalam pemisahan sampah, membuat kompos, dan disiplin2 kecil lain yang
mungkin bagi mereka bukan hal yang umum.
Bangun pagi yang baik, biasanya membuat
sesorang memiliki mood yang baik pula untuk mengawali hari. Apa ritual bangun pagi Anda untuk menjaga penampilan
dan mood?
Apakah Anda selalu menggunakan produk berbahan natural, seperti makanan organik, kosmetik, peralatan rumah? Apa sajakah keuntungan menggunakannya, bagi diri sendiri, orang lain dan bagi Bumi?
Sebisa mungkin iya, karena selain lebih aman (apalagi kalau di rumah ada
anak kecil), sebetulnya bahan-bahan alami jauh lebih ekonomis dan ramah
lingkungan tentunya. Misalnya, pemakaian baking soda untuk membersihkan
sayuran, menggosok alat-alat dapur, kamar mandi, dsb. Untuk perawatan kulit,
sekarang saya sedang mencoba hanya pakai VCO atau minyak zaitun, dan ternyata
baik-baik saja.
Bagaimana pendapat Anda
tentang inner beauty? Apakah itu merupakan anugerah, atau sesuatu yang harus
diusahakan oleh setiap wanita untuk memancarkan inner beauty-nya?
Menurut Anda, bagaimana hubungan antara
kecantikan dan percaya diri seorang wanita?
Percaya diri menurut saya ada dua macam. Percaya diri polesan yang sifatnya
lebih superfisial, dan percaya diri yang memang terdorong dari dalam karena
yang bersangkutan sudah betul-betul nyaman dan menerima dirinya apa adanya.
Menurut saya, kecantikan yang sesungguhnya ada di tipe percaya diri yang kedua.
Justru ketika seorang perempuan sudah benar-benar berdamai dengan dirinya
sendiri, menerima baik buruk dirinya, tanpa lagi merasa harus memoles apa-apa,
di sanalah kecantikan yang sesungguhnya akan terpancar.
Saat ini, tempat ‘refreshing’ bagi
sebagian besar masyarakat kota adalah mall. Bagaimana pendapat Anda mengenai
hal ini? Apa tip Anda untuk menemukan efek ‘refresh’ yang sederhana bagi diri
sendiri?
Mall memang bagian dari kebudayaan modern yang tidak bisa disangkal
atau dicegah. Saya sendiri tidak anti mall, tapi memang agak miskin rasanya
kalau perbendaharaan tempat refreshing kita
hanya mall dan sejenisnya. Refreshing yang
benar-benar mengisi baterai hati, tubuh, dan batin, menurut pengalaman saya
adalah retret. Menarik diri dari keramaian luar, dekat dengan alam, dan
mengamati “keramaian” yang terjadi dalam diri, alias bermeditasi. Nggak perlu
dalam format retret formal, cukup dengan meluangkan waktu harian untuk diam
dalam hening dan mengamati apa yang terjadi di dalam diri kita, bagi saya
adalah refreshing sederhana tapi
bermakna.
Ada anggapan bahwa menerbitkan buku juga merupakan kegiatan yang kurang ramah
lingkungan. Sebagai penulis, bagaimana Anda menyiasati hal ini?
Opsi yang dipunya sekarang adalah buku digital. Saya sendiri sempat
punya buku digital yakni Perahu Kertas yang dilaunch versi digitalnya tahun
2007. Saat itu Perahu Kertas cuma bisa dibaca lewat HP. Sekarang juga sudah
marak e-book, dsb. Menurut saya, saat ini industri buku dan industri analog
secara keseluruhan memang sedang bertransisi. Apakah barang-barang seperti
buku, CD, dsb, akan hilang nantinya? Saya nggak tahu pasti. Saya sendiri masih
dalam posisi mengamati perkembangan yang terjadi.
Apa tip Anda untuk para wanita modern yang ingin memulai hidup dengan lebih
serasi dan seimbang dengan alam?
Hidup selaras dan seimbang, artinya jangan hanya sibuk dengan apa yang terlihat
dan apa yang ada di luar diri kita, tapi juga kembali pada apa yang ada di
dalam diri. Bermeditasi, memperbaiki nutrisi, mengenal konsep-konsep atau
trik/tips green living, bisa membuat perempuan lebih sehat, lebih seimbang,
lebih dekat dengan energi femininnya, dan juga membantu Bumi kita untuk
bernapas sedikit lebih lega.