Boleh minta Mbak berbagi cerita sewaktu
dulu kuliah? Bagaimana Mbak Dewi menjalani
hidup sebagai seorang mahasiswa?
Waktu
kuliah saya sudah mulai berkarier jadi penyanyi, jadi saya nggak bisa terlalu
sering di kampus karena disibukkan oleh kegiatan menyanyi, latihan, dsb.
Benar-benar seperlunya saja. Untung ada beberapa teman yang cukup dekat di
kampus, jadi masih bisa bergaul, walaupun terbatas dan nggak sering.
Adakah mimpi Mbak yang masih ingin
dicapai?
Sekarang
saya lebih tertarik menjalani hidup apa adanya. Mungkin namanya bukan mimpi
lagi, tapi target. Seperti menulis buku, menyelesaikan serial Supernova, dsb,
itu bukan lagi mimpi tapi sudah jadi target.
Antara nyanyi dan menulis, mana yang
lebih passionate buat Mbak?
Dua-duanya sebetulnya senangnya sama. Tapi saat ini
saya lebih dimungkinkan untuk menulis karena anak-anak di rumah masih kecil,
dan butuh kehadiran saya lebih sering. Jadi saya cuti dulu dari segala kegiatan
nyanyi-menyanyi. Lagian, saya memang kurang senang manggung, lebih senang
rekaman. Namun saat ini fokus saya sedang tidak ke sana.
Dari kecil, memangnya Mbak
sudah memiliki passion dalam bidang menulis? Apa dulu Mbak mempunyai passion
yang sebenarnya ingin dicapai, tapi tidak tercapai?
Dari kecil sudah menulis. Pertama kali menulis dengan
serius waktu kelas 5 SD. Saat ini sih rasanya saya sudah menjalani apa yang
saya suka sejak dulu, yaitu musik dan menulis. Passion lain, memasak, sudah dilaksanakan juga di rumah.
Bisa ceritain nggak Mbak, bagaimana
caranya Mbak bisa mengetahui passion Mbak sebenarnya dan bisa menjalaninya
dengan sukses?
Dengan banyak mencoba. Akhirnya kita tahu mana yang
benar-benar kita suka. Dan jika memang berjodoh, banyak jalan yang terbuka
dengan mudah. Kita juga harus konsisten berkarya, dan berani mencoba, meski
melalui kegagalan.
Mbak Dewi sampai sekarang kan masih
aktif menyanyi dan menulis ya, gimana
cara Mbak menyinergikan kedua aktivitas tersebut?
Jalani
apa adanya saja. Sesuai dengan prioritas yang saat ini realistis dengan situasi
dan kondisi saya. Rasanya nggak ada tips khusus.
Sejauh ini tulisan Mbak selalu memiliki
tema yang mendalam tentang kehidupan dan spiritualitas, apa yang
menginspirasi Mbak Dewi untuk menulis dalam tema tersebut? Apa
ada alasan khusus kenapa Mbak sering memilih tema tersebut?
Karena
spiritualitas adalah passion saya. As simple as that. Tentu kita lebih
semangat untuk berkarya jika tema yang kita pilih adalah apa yang menjadi passion kita, kan?
Sejauh ini dari
buku-buku yg sudah ditulis Mbak Dewi, dari Perahu Kertas sampai Partikel, apa dalam proses
penulisannya ada yang paling berkesan?
Karena yang paling terakhir adalah Partikel, tentu
yang terasa paling berkesan adalah Partikel, soalnya ingatan saya tentang
prosesnya masih segar.
Apa pengalaman yang paling mengubah
pandangan Mbak Dewi terhadap sastra sehingga dari seorang penyanyi Mbak juga mulai menulis?
Saya
menulis karena memang hobi dari kecil, nggak ada hubungannya dengan pandangan
saya tentang sastra, atau bermotivasi "banting setir"profesi. Waktu
itu malah saya nggak tahu apa-apa sama sekali dengan industri tulis menulis.
Pokoknya inginnya ya menulis buku. Dunia sastra baru saya kenal setelah saya
menulis.
Bagaimana perjuangan yang Mbak tempuh
untuk merintis karier dulu di dunia musik dan kini di dunia sastra?
Wah,
terlalu panjang untuk diceritakan. Kayaknya perlu buku biografi untuk menjawab
pertanyaan "selebar" itu. Hehe.
Apa halangan terberat yang dirasakan
dalam karier Mbak?
Saat
ini adalah ketersediaan waktu. Karena yang perlu saya urus banyak, jadi mencari
waktu luang yang memadai untuk menulis, riset, dsb, cukup sulit. Belum lagi
dengan pekerjaan non-menulis, permohonan wawancara, dsb. Kalau bisa sih setiap
nulis saya masuk gua dulu dan nggak diganggu siapa pun.
Apa Mbak juga concern dengan hal-hal di
luar kesastraan, misalnya pada pendidikan atau lingkungan? Bagaimana cara Mbak
mengekspresikan rasa concern tersebut?
Sejauh
ini sih dengan menulis, atau sesekali mengisi talkshow yang bertema lingkungan.
Mengenai soal lingkungan, tema
Economica kali ini adalah Green Economy. Bagaimana
pendapat Mbak mengenai Green
Economy?
Sepertinya itu memang akan menjadi tren yang tidak
terelakkan, ya. Kalau ingin hidup kita lebih lama di Bumi, semua aspek
kehidupan saat ini harus beriorientasi lingkungan.
Ada minat nggak, Mbak
memulai tulisan dengan bermaksud memberikan nilai berupa bujuakan atau insight
yang dapat membantu alam sekitar?
Sudah sering.
Apakah semangat Green Economy bisa
ditularkan lewat media tulisan fiksi, misalnya novel, mengingat temanya yang
bukan hanya tentang lingkungan tapi juga ekonomi?
Sudah
saya lakukan lewat Partikel.
Apakah selama ini media buku fiksi
sudah cukup mengulas banyak berita mengenai lingkungan yang bisa meningkatkan
kepedulian masyarakat pada lingkungan?
Saya
rasa ada beberapa. Tapi saya bukan pengamat sastra/fiksi, hanya penulis, jadi
saya tidak bisa menjawab dengan pasti.
Menurut Mbak, berapa tingkat kepedulian
masyarakat Indonesia pada lingkungan dari skala 1-10?
6.
Apa saran Mbak agar masyarakat Indonesia bisa meninggikan kepeduliannya pada
lingkungan?
Edukasi
dan penegakan hukum.
Apa harapan Mbak ke depannya untuk
sastra di Indonesia?
Lebih
banyak karya bermutu dan variasi genre yang semakin banyak.
Apa prinsip hidup Mbak?
Nggak
ada. Saya cuma segalanya berubah. Jadi siap saja dengan perubahan.
Apa tips Mbak untuk menjalani kehidupan
kita agar bisa sedekat mungkin mencapai kebahagiaan?
Lebih
banyak menyelami diri sendiri, bermeditasi, karena sumber kebahagiaan adanya di
dalam, bukan di luar.
Adakah pesan untuk mahasiswa-mahasiswa
Indonesia sekarang?
Segeralah
temukan apa yang menjadi passion
kita, dan jangan terpaku pada struktur formal untuk menekuninya. Belajarlah
dari segala hal.