Sewaktu
dulu pertama kali menulis serial Supernova, apa yang ada di bayangan Dee
mengenai serial ini? Apa ekspektasi Dee terhadap serial ini sewaktu pertama
kali ditulis?
Singkat kata, berbagi apa yang menjadi ketertarikan sekaligus penelusuran pribadi saya. Magnet utama saya dalam menulis adalah spiritualitas. Tema tentang pencarian jati diri dan kontemplasi akan makna kehidupan, keilahian, dan cinta, adalah sesuatu yang menarik buat saya. Dan saya ingin berbagi itu. Tidak ada ekspektasi saat kali pertama menerbitkan Supernova, sejujurnya saya menulis Supernova hanya untuk menghadiahi diri sendiri kado ulang tahun ke-25. Ada yang baca syukur, enggak juga nggak apa-apa.
Apakah ada pesan khusus yang ingin disampaikan Dee melalui Supernova Partikel? Pesan moral, misalnya?
Saya bukan penulis yang suka dengan pesan moral. Saya tidak suka bacaan yang disisipi pesan-pesan moral. Saya suka bacaan yang membuat orang terusik, bertanya, mencari, merenung, dan bukan pasif menerima. Demikian juga ketika saya menulis Supernova, termasuk Partikel, saya tidak berniat memberikan pesan moral, melainkan mengungkapkan banyak pertanyaan tentang asal-usul manusia, relasi manusia dengan lingkungan, dan seterusnya. Bagaimana pembaca menyikapinya, menurut saya itu akan tergantung keingintahuan mereka sendiri, dan saya tidak punya kendali atasnya.
Siapa karakter terfavorit Dee di Supernova Partikel? Adegan/plot apa yang jadi terfavorit Dee di buku itu?
Firas. Dia mewakili orang-orang yang terpinggirkan di masyarakat, yang karena kecerdasan dan rasa ingin tahunya, mengakibatkan ia menjadi sosok yang tidak konvensional, akibatnya ia terlihat begitu kontras dengan lingkungannya. Saya juga sangat menyukai Zachary Nolan, ia adalah sosok yang bisa menjadi sahabat saya di dunia nyata. Adegan yang sangat meninggalkan kesan bagi saya adalah kelahiran Adek. Adegan itu sangat mencekam saya, dan itulah kali pertama saya meneteskan air mata dalam proses menulis Partikel.
Apakah Sarah adalah tokoh fiktif?
Iya.
Saya dengar Bukit Jambul terinspirasi setelah Dee menonton Tintin, benarkah?
Sama sekali tidak. Dengar dari mana, ya? Bukit Jambul secara fisik saya ambil dari sebuah bukit yang sering saya lewati di perjalanan Bandung-Jakarta. Di kilometer 90-an Tol Cipularang, ada sebuah bukit yang berbeda sendiri dari bukit-bukit sekitarnya. Pohonnya tua dan besar-besar. Saya sering mengamati dan penasaran, bagaimana bisa dia beda sendiri? Kenapa tidak dijadikan ladang seperti bukit sekitarnya? Lalu, saya menamainya dalam hati: Bukit Jambul. Itulah yang kemudian saya ambil. Sementara untuk fenomena Bukit Jambul di dalam Partikel itu sih murni imajinasi, saya ciptakan untuk kebutuhan plot.
Selain menulis, apa kegiatan sehari-hari Dee yang lain sekarang ini? Bagaimana cara Dee membagi waktu untuk menulis? Apa ada tips mengenai ini untuk teman-teman yang ingin mulai menulis juga?
Sekarang saya sedang nggak menulis. Saya malah sedang beristirahat. Memberikan benak saya rihat setelah menulis intensif hampir setahun. Jeda seperti ini bagi saya penting. Seperti baru melahirkan anak, fisik kita pun harus istirahat total dulu agar bisa pulih seperti sediakala. Demikian juga yang selalu saya lakukan sehabis menulis buku. Saat ini saya sedang menjalankan tur booksigning keliling Indonesia. Ada 15 event yang akan berjalan hingga bulan September. Sekarang baru setengahnya.
Singkat kata, berbagi apa yang menjadi ketertarikan sekaligus penelusuran pribadi saya. Magnet utama saya dalam menulis adalah spiritualitas. Tema tentang pencarian jati diri dan kontemplasi akan makna kehidupan, keilahian, dan cinta, adalah sesuatu yang menarik buat saya. Dan saya ingin berbagi itu. Tidak ada ekspektasi saat kali pertama menerbitkan Supernova, sejujurnya saya menulis Supernova hanya untuk menghadiahi diri sendiri kado ulang tahun ke-25. Ada yang baca syukur, enggak juga nggak apa-apa.
Apakah ada pesan khusus yang ingin disampaikan Dee melalui Supernova Partikel? Pesan moral, misalnya?
Saya bukan penulis yang suka dengan pesan moral. Saya tidak suka bacaan yang disisipi pesan-pesan moral. Saya suka bacaan yang membuat orang terusik, bertanya, mencari, merenung, dan bukan pasif menerima. Demikian juga ketika saya menulis Supernova, termasuk Partikel, saya tidak berniat memberikan pesan moral, melainkan mengungkapkan banyak pertanyaan tentang asal-usul manusia, relasi manusia dengan lingkungan, dan seterusnya. Bagaimana pembaca menyikapinya, menurut saya itu akan tergantung keingintahuan mereka sendiri, dan saya tidak punya kendali atasnya.
Siapa karakter terfavorit Dee di Supernova Partikel? Adegan/plot apa yang jadi terfavorit Dee di buku itu?
Firas. Dia mewakili orang-orang yang terpinggirkan di masyarakat, yang karena kecerdasan dan rasa ingin tahunya, mengakibatkan ia menjadi sosok yang tidak konvensional, akibatnya ia terlihat begitu kontras dengan lingkungannya. Saya juga sangat menyukai Zachary Nolan, ia adalah sosok yang bisa menjadi sahabat saya di dunia nyata. Adegan yang sangat meninggalkan kesan bagi saya adalah kelahiran Adek. Adegan itu sangat mencekam saya, dan itulah kali pertama saya meneteskan air mata dalam proses menulis Partikel.
Apakah Sarah adalah tokoh fiktif?
Iya.
Saya dengar Bukit Jambul terinspirasi setelah Dee menonton Tintin, benarkah?
Sama sekali tidak. Dengar dari mana, ya? Bukit Jambul secara fisik saya ambil dari sebuah bukit yang sering saya lewati di perjalanan Bandung-Jakarta. Di kilometer 90-an Tol Cipularang, ada sebuah bukit yang berbeda sendiri dari bukit-bukit sekitarnya. Pohonnya tua dan besar-besar. Saya sering mengamati dan penasaran, bagaimana bisa dia beda sendiri? Kenapa tidak dijadikan ladang seperti bukit sekitarnya? Lalu, saya menamainya dalam hati: Bukit Jambul. Itulah yang kemudian saya ambil. Sementara untuk fenomena Bukit Jambul di dalam Partikel itu sih murni imajinasi, saya ciptakan untuk kebutuhan plot.
Selain menulis, apa kegiatan sehari-hari Dee yang lain sekarang ini? Bagaimana cara Dee membagi waktu untuk menulis? Apa ada tips mengenai ini untuk teman-teman yang ingin mulai menulis juga?
Sekarang saya sedang nggak menulis. Saya malah sedang beristirahat. Memberikan benak saya rihat setelah menulis intensif hampir setahun. Jeda seperti ini bagi saya penting. Seperti baru melahirkan anak, fisik kita pun harus istirahat total dulu agar bisa pulih seperti sediakala. Demikian juga yang selalu saya lakukan sehabis menulis buku. Saat ini saya sedang menjalankan tur booksigning keliling Indonesia. Ada 15 event yang akan berjalan hingga bulan September. Sekarang baru setengahnya.
Tidak ada tips khusus untuk membagi waktu. Saya pun
menjalaninya dengan trial and error.
Punya deadline akan sangat membantu
kita agar disiplin dan punya target waktu yang jelas. Setelah ada deadline, manajemen waktu akan terbentuk
dengan sendirinya. Ada yang mungkin menulis harian, atau menulis tiap akhir
pekan, bebas saja. Sesuaikan dengan ritme dan aktivitas harian kita. Saya
sendiri menggunakan patokan jumlah halaman. Ada jumlah tertentu yang harus saya
penuhi setiap harinya.
Apa proyek menulis Dee setelah Supernova Partikel? Apakah sekarang tengah melanjutkan ke Gelombang atau mungkin sedang mengerjakan buku lain?
Langsung Gelombang. Target saya sekarang adalah menyelesaikan serial Supernova. Jadi, saya tidak mengambil proyek menulis apa pun hingga Supernova selesai. Dan bukan cuma proyek menulis saja, biasanya saya rihat total dari berbagai pekerjaan non-menulis, termasuk talkshow, promosi, dll. Benar-benar saya seleksi dan sedikit sekali yang saya ambil.
Apa proyek menulis Dee setelah Supernova Partikel? Apakah sekarang tengah melanjutkan ke Gelombang atau mungkin sedang mengerjakan buku lain?
Langsung Gelombang. Target saya sekarang adalah menyelesaikan serial Supernova. Jadi, saya tidak mengambil proyek menulis apa pun hingga Supernova selesai. Dan bukan cuma proyek menulis saja, biasanya saya rihat total dari berbagai pekerjaan non-menulis, termasuk talkshow, promosi, dll. Benar-benar saya seleksi dan sedikit sekali yang saya ambil.
Pertanyaan
dari Fred, pembaca di Jakarta:
Saya beranggapan kalau perubahan gaya kepenulisan di tiap-tiap buku serial Supernova adalah karena sengaja menyesuaikan dengan gaya narasi tokoh utama yang menjadi sentral dalam tiap-tiap buku, misalnya Partikel ditulis dalam gaya narasi Zarah, Petir bergaya narasi Elektra, dst. Apa pendapat Dee tentang hal ini?
Pengamatan yang sangat tepat. Untuk konsep serial Supernova, dan gaya penulisan saya secara umum, adalah berserah pada karakter. Mereka yang maju. Bukan saya. Dan konsekuensinya adalah, saya bercerita lewat suara mereka, gaya mereka, preferensi mereka. Bukan Dewi Lestari. Makanya setiap episode berbeda-beda.
Kalau boleh tahu, kenapa Petir tidak mendapatkan surat dari Supernova, ya?
Masih rahasia. Akan diungkap belakangan. Ditunggu saja.
Ketika mencari referensi untuk tulisan-tulisan fiksi, sumber dari mana yang paling menjadi favorit Dee? Apakah ada contoh sumber yang menurut Dee paling/sangat menarik atau informatif sehingga sampai saat ini masih teringat selalu? (Misalnya: dari internet, yang masih teringat adalah website “ABCD”; atau dari buku-buku referensi, yang masih teringat judulnya “XYZ”)
Metode favorit saya adalah wawancara dan observasi langsung ke lapangan. Baru riset pustaka. Namun, tidak banyak juga kesempatan wawancara atau observasi langsung yang saya miliki. Akhirnya, hampir semua riset yang saya lakukan, khususnya Partikel, adalah melalui riset pustaka. Yang juga sangat membantu adalah menonton video, belakangan itu yang saya sering lakukan. Karena kita tidak cuma membaca data, tapi melihat wujud visualnya, jadi nuansanya lebih kaya. Salah satu yang paling berkesan selama riset Partikel adalah ketika saya bertemu dengan karya-karyanya Paul Stamets tentang fungi, dan juga menonton video-video presentasinya. Selain itu, bisa berkenalan dengan Dr. Birute Galdikas yang bukunya benar-benar menjadi panduan saya untuk menuliskan babak Tanjung Puting.
Pertanyaan
dari Michael, pembaca di Jakarta:
Menurut Dee, genre Supernova ini apa?
Tidak tahu. Bagi saya, fiksi atau sastra saja sudah cukup. Saya sendiri tidak terlalu sependapat jika Supernova disebut sci-fi. Benang merah serial Supernova bukan terletak pada sains-nya. Buktinya, di Akar dan Petir, hal tersebut hampir tidak muncul. Yang menjadi benang merah justru penelusuran spiritualnya. Tapi saya merasa, orang-orang menyebutnya sci-fi sebagai simplifikasi saja, atau pengamatan parsial berdasarkan beberapa episode Supernova saja.
Adakah penulis atau buku tertentu yang mempengaruhi penulisan Supernova Partikel?
Untuk Partikel saya lebih banyak membaca buku nonfiksi, untuk keperluan riset. Jumlahnya banyak, tidak bisa saya sebutkan satu-satu. Antara lain adalah karya-karyanya Graham Hancock, Andrew Collins, Paul Stamets, Birute Galdikas, Albert Hoffman, Daniel Pinchbek, dst. Sudah saya tulis di Kata Pengantar. Secara penulisan, tidak ada yang spesifik. Namun, saya banyak belajar dari beberapa novel luar genre suspense, saya mengamati cara mereka menyusun plot. Sedikit banyak itu mempengaruhi saya dalam penulisan Partikel.
Saat ini, Dee sangat dipengaruhi oleh penulis siapa?
Fiksi, maksudnya? Tidak ada yang jelas. Karena jarang baca fiksi, saya tidak bisa menunjuk penulis atau buku yang saat ini sangat berpengaruh untuk saya. Nonfiksi sih, banyak. Antara lain yang tadi sudah saya sebutkan di atas. "Dipengaruhi" di sini maknanya adalah saya tertarik dengan apa yang mereka ungkapkan dalam karyanya.