Sisi
kehidupan yang bagaimana sebenarnya yang Anda tonjolkan, sisi humanis,
sosial atau ketuhanan?
Bisa dibilang benang merah dari hampir
semua karya saya adalah pencarian jati diri. Dan jalur yang ditempuh untuk itu
bisa beragam, bisa lewat perjalanan asmara, perjuangan mencapai cita-cita, dan
seterusnya. Jadi lewat prosesnya banyak aspek yang akhirnya ikut tergali, baik
itu sisi humanisme, sosial, dan yang lainnya.
Dari
keberagaman itu apa yang hendak Anda ungkapkan? Apakah pernah mengalami
kegalauan tentang ketuhanan?
Awal saya menulis buku memang akibat
kegelisahan spiritual yang saya alami sendiri. Itu terjadi pertama kali tahun
1999, dan akhirnya saya menuliskan manuskrip Supernova pada tahun 2000. Yang
saya ingin ungkapkan tentu berbeda-beda untuk setiap buku, tergantung proses
internalisasi yang terjadi saat itu apa. Barangkali yang saya ingin ungkapkan
adalah keberagaman itu sendiri.
Bagaimana
kemudian Anda menemukan Tuhan dan mengungkapkan lewat sebuah cerita novel?
Tuhan bagi saya bukan sesuatu yang
statis, yang sekali ditemukan lalu sudah. Dalam setiap kisah maupun buku, meski
isinya berbeda-beda, sesungguhnya kesemua itu adalah internalisasi kegelisahan
seorang penulis yang mencerap kehidupan sekitarnya, termasuk kehidupan dirinya
sendiri. Tuhan, menurut saya, adalah bagian intrinsik dari semua itu. Jadi,
tanpa bicara spesifik bahwa seseorang menuliskan tema tentang Tuhan, menurut
saya, proses kita menjalani kehidupan yang kemudian terekam dalam sebuah karya,
sedikit banyak adalah cara kita memaknai Tuhan yang kita temukan masing-masing.
Sementara, cara mengungkapkan sesuatu lewat novel adalah perkara teknis. Mau
itu tentang Tuhan ataupun tentang sebuah makanan, misalnya, ya teknisnya sama.
Kita harus punya premis, plot, karakter.
Bisa dijelaskan keterlibatan Mbak Dee dalam pembuatan film Madre? Dan bagaimana perbedaan dengan pembuatan film Madre dari film sebelumnya, Perahu Kertas?
Dalam film Madre, saya hanya melepas
hak adaptasi saja. Jadi, segala proses kreatif dijalankan oleh pihak lain,
dalam hal ini Mizan Production dan Benny Setiawan sebagai sutradara dan penulis
skenario. Lain halnya dengan Perahu Kertas di mana saya terlibat formal sebagai
penulis skenario dan penyusun soundtrack. Secara informal, dalam Perahu Kertas,
mau tak mau saya juga jadi dilibatkan dalam proses casting, editing, dsb. Pada
Madre, saya memang sejak awal ingin melepas hak adaptasi saja karena memang
sedang tidak punya keleluasaan waktu untuk terlibat lebih dalam.
Mengapa karya tulis baru muncul setelah
vakum dari dunia menyanyi?
Kronologisnya tidak begitu. Saya
menerbitkan Supernova tahun 2001, dan baru keluar dari Rida Sita Dewi tahun
2003.
Selain menulis novel atau buku, apakah ada keinginan menulis lagu atau skenario?
Saya menulis lagu dari tahun 1995, Mas.
Dan skenario film Perahu Kertas saya yang tulis.
Bagaimana karier Mbak Dee dalam dunia tarik suara? Apa sudah tidak tertarik melanjutkannya?
Sesekali, sih, oke-oke saja. Di
soundtrack Perahu Kertas, saya menyanyi lagi satu lagu bersama grup saya dulu,
Rida Sita Dewi. Judulnya Langit Amat Indah.
Bagaimana perasaan Mbak Dee melihat karyanya yang dijadikan film Perahu Kertas mencapai kesuksesannya?
Terharu. Bukan semata-mata karena
jumlah penonton, tapi bagaimana banyak penonton Perahu Kertas yang benar-benar
menghayati cerita tersebut hingga membuat berbagai karya seni, produk,
kerajinan tangan, dan lain-lain, atas kecintaan mereka terhadap kisah Perahu
Kertas.
Bagaimana proses Madre bisa dibikinkan film?
Mizan Production mengajukan diri untuk
membeli hak adaptasinya. Karena Mizan adalah salah satu perusahaan film yang
kredibel dan kami sudah bekerja sama di Perahu Kertas, saya merasa sreg untuk
melepas. Selebihnya, Mizan yang kemudian menyusun tim produksi termasuk memilih
sutradara dan penulis skenario.
Setelah Madre, apakah ada novel lain Mbak Dee yang akan dibuatkan film ketiga dan berikutnya?
Rectoverso akan dibuat menjadi film,
diproduksi oleh Marcella Zalianty dan disutradarai oleh lima artis perempuan.
Bagaimana
dukungan keluarga terhadap profesi penulis Mbak Dee?
Bisa dibilang, merekalah sebagian besar dari alasan saya
berkarya. Dukungan mereka adalah segalanya bagi saya.