Sunday, December 21, 2014

Tabloid Nyata | Profil | Oktober, 2012 | by Mohammad Yanuarika


Sisi kehidupan yang bagaimana sebenarnya yang Anda tonjolkan, sisi humanis, sosial  atau ketuhanan?

Bisa dibilang benang merah dari hampir semua karya saya adalah pencarian jati diri. Dan jalur yang ditempuh untuk itu bisa beragam, bisa lewat perjalanan asmara, perjuangan mencapai cita-cita, dan seterusnya. Jadi lewat prosesnya banyak aspek yang akhirnya ikut tergali, baik itu sisi humanisme, sosial, dan yang lainnya.

Dari keberagaman itu apa yang hendak Anda ungkapkan? Apakah pernah mengalami kegalauan tentang ketuhanan?

Awal saya menulis buku memang akibat kegelisahan spiritual yang saya alami sendiri. Itu terjadi pertama kali tahun 1999, dan akhirnya saya menuliskan manuskrip Supernova pada tahun 2000. Yang saya ingin ungkapkan tentu berbeda-beda untuk setiap buku, tergantung proses internalisasi yang terjadi saat itu apa. Barangkali yang saya ingin ungkapkan adalah keberagaman itu sendiri.

Bagaimana kemudian Anda menemukan Tuhan dan mengungkapkan lewat sebuah cerita novel?

Tuhan bagi saya bukan sesuatu yang statis, yang sekali ditemukan lalu sudah. Dalam setiap kisah maupun buku, meski isinya berbeda-beda, sesungguhnya kesemua itu adalah internalisasi kegelisahan seorang penulis yang mencerap kehidupan sekitarnya, termasuk kehidupan dirinya sendiri. Tuhan, menurut saya, adalah bagian intrinsik dari semua itu. Jadi, tanpa bicara spesifik bahwa seseorang menuliskan tema tentang Tuhan, menurut saya, proses kita menjalani kehidupan yang kemudian terekam dalam sebuah karya, sedikit banyak adalah cara kita memaknai Tuhan yang kita temukan masing-masing. Sementara, cara mengungkapkan sesuatu lewat novel adalah perkara teknis. Mau itu tentang Tuhan ataupun tentang sebuah makanan, misalnya, ya teknisnya sama. Kita harus punya premis, plot, karakter.

Bisa dijelaskan keterlibatan Mbak Dee dalam pembuatan film Madre? Dan bagaimana perbedaan dengan pembuatan film Madre dari film sebelumnya, Perahu Kertas?

Dalam film Madre, saya hanya melepas hak adaptasi saja. Jadi, segala proses kreatif dijalankan oleh pihak lain, dalam hal ini Mizan Production dan Benny Setiawan sebagai sutradara dan penulis skenario. Lain halnya dengan Perahu Kertas di mana saya terlibat formal sebagai penulis skenario dan penyusun soundtrack. Secara informal, dalam Perahu Kertas, mau tak mau saya juga jadi dilibatkan dalam proses casting, editing, dsb. Pada Madre, saya memang sejak awal ingin melepas hak adaptasi saja karena memang sedang tidak punya keleluasaan waktu untuk terlibat lebih dalam.
 
Mengapa karya tulis baru muncul setelah vakum dari dunia menyanyi?

Kronologisnya tidak begitu. Saya menerbitkan Supernova tahun 2001, dan baru keluar dari Rida Sita Dewi tahun 2003.

Selain menulis novel atau buku, apakah ada keinginan menulis lagu atau skenario?

Saya menulis lagu dari tahun 1995, Mas. Dan skenario film Perahu Kertas saya yang tulis.

Bagaimana karier Mbak Dee dalam dunia tarik suara? Apa sudah tidak tertarik melanjutkannya?

Sesekali, sih, oke-oke saja. Di soundtrack Perahu Kertas, saya menyanyi lagi satu lagu bersama grup saya dulu, Rida Sita Dewi. Judulnya Langit Amat Indah.

Bagaimana perasaan Mbak Dee melihat karyanya yang dijadikan film Perahu Kertas mencapai kesuksesannya?

Terharu. Bukan semata-mata karena jumlah penonton, tapi bagaimana banyak penonton Perahu Kertas yang benar-benar menghayati cerita tersebut hingga membuat berbagai karya seni, produk, kerajinan tangan, dan lain-lain, atas kecintaan mereka terhadap kisah Perahu Kertas.

Bagaimana proses Madre bisa dibikinkan film?

Mizan Production mengajukan diri untuk membeli hak adaptasinya. Karena Mizan adalah salah satu perusahaan film yang kredibel dan kami sudah bekerja sama di Perahu Kertas, saya merasa sreg untuk melepas. Selebihnya, Mizan yang kemudian menyusun tim produksi termasuk memilih sutradara dan penulis skenario.

Setelah Madre, apakah ada novel lain Mbak Dee yang akan dibuatkan film ketiga dan berikutnya?

Rectoverso akan dibuat menjadi film, diproduksi oleh Marcella Zalianty dan disutradarai oleh lima artis perempuan.

Bagaimana dukungan keluarga terhadap profesi penulis Mbak Dee?

Bisa dibilang, merekalah sebagian besar dari alasan saya berkarya. Dukungan mereka adalah segalanya bagi saya.