Saya membaca di More (yang dikutip Kompas) bahwa Mbak Dee memulai pola
makan vegetarian di tahun 2000 karena mencicipi masakan guru yoga Mbak Dee.
Lalu, tahun 2006, saat Mbak Dee berada di Jogja, Mbak Dee pun menjadi vegetarian
seutuhnya.
Bisa diceritakan alasannya?
Apa bagian terbaik dan terberat selama
menjadi vegetarian?
Waktu itu alasan saya sebenarnya adalah
lingkungan hidup. Industri peternakan adalah salah satu penyumbang besar
pemanasan global, jadi kalau kita vegetarian, atau minimal mengurangi konsumsi
daging, kita berkontribusi kepada Bumi. Yang berat waktu itu adalah penyesuaian
rasa kenyang. Karena rasa kenyangnya beda, nggak berat di perut. Jadi saya
sempat merasa kekurangan makan terus karena mencari rasa kenyang yang berat,
hehe. Tapi, setelah terbiasa akhirnya porsi makannya kembali normal.
Bervegetarian juga membuat saya belajar masak, karena memang nggak terlalu
mudah untuk makan vegetarian di luar. Lebih gampang dan luwes kalau masak
sendiri. Setahun terakhir saya tidak bervegetarian penuh lagi, hanya paruh
waktu.
Adakah satu hari yang dijadikan sebagai “hari bebas”? Jadi, Mbak Dee bisa
menyantap makanan seperti daging atau junk food atau bakso kampung mungkin?
Tergantung lagi menjalankan program makan
seperti apa. Kalau lagi detoks ya benar-benar makan bersih selama periode waktu
tertentu. Sehari-hari, saya sendiri nggak terlalu ketat menjatah pembatasan
makan bersih dan makan bebas, pokoknya disadari saja kalau makan bebas jangan
sampai kebablasan dan nggak sering-sering.
Mbak Dee, kepuasan apa yang didapatkan dari memasak?
Saya orangnya senang ngulik, dan buat
saya adalah kepuasan ketika makanan-makanan enak yang tadinya cuma bisa
disantap di restoran ternyata bisa saya buat sendiri di rumah. Saya senang
mengulik resep dan kemudian berkreasi sendiri. Bagi saya, memasak itu kombinasi
sains dan intuisi. Kegiatan yang sangat mengasyikkan pokoknya.
Kebanyakan orang beranggapan makanan sehat itu tidak enak. Nah, apa
trik yang bisa Mbak Dee bagi untuk pembaca kami supaya makanan yang sehat
rasanya pun lezat.
Yang paling penting kita tahu dulu aneka
substitusi sehat yang bisa membuat masakan kita nggak kehilangan unsur-unsur
yang membuat rasanya lezat. Seperti garam, pakailah garam Himalaya atau sea
salt. Untuk gula, pakai gula kelapa atau sweetener seperti Stevia, Xylitol,
atau sirup Yacon. Untuk minyak, saya pakai minyak kelapa atau macadamia untuk
goreng, dan Extra Virgin Olive Oil untuk salad. Untuk penyedap, saya pakai
penyedap jamur yang tanpa MSG. Kecap sekarang udah ada kecap dari kedelai
organik, atau kecap koro yang non-GMO. Kalau butter, ada merk butter yang pakai
susu dari sapi yang grass-fed (dan bukan pakan sintetis). Kalau bumbu-bumbu
seperti itu sudah ketemu, sebetulnya kita bisa masak apa saja. Untuk sayur,
telur, jamur, dan lauk-lauk, saya pilih sebisa mungkin yang organik. Dan karena
saya sukanya masakan Indonesia, kalau ada program diet tertentu yang juklaknya
orang bule yang bikin dan resepnya kebanyakan resep-resep western food yang nggak semuanya saya suka, saya coba ulik dari
juklaknya untuk membuat masakan Indonesia.
Apa makanan favorit Keenan dan Atisha yang dibuat oleh Mbak Dee?
Keenan sudah nggak vegetarian, dia paling
suka Nasi Goreng, Mie Goreng, Spaghetti Bolognaise, dan Sop Buntut buatan saya.
Atisha suka Sup Pasta Sayur dan Singapore Fried Rice. Dua-duanya juga suka
Pancake, Banana Strawberry Smoothies dan jus Pakchoy-Nanas.
Apa arti makanan bagi Mbak Dee?
Penyambung hidup dan kebahagiaan hidup.
Bisa dijelaskan efek positif yang didapat dari gaya hidup yang
dijalani saat ini? Misalnya, untuk kesehatan fisik dan jiwa.
Saat ini sih saya merasa fisik saya lebih
balans, jarang sakit, dan fit. Saya menemukan kepuasan batin dalam memasak dan
menyiapkan makanan buat keluarga. Kalau ada hal yang sangat ingin saya
promosikan adalah home made food. Dengan membuat makanan sendiri, kita bisa
lebih mengontrol apa yang kita makan dan membuatnya lebih sehat. Memiliki resep
sendiri dan mewariskannya kelak ke anak cucu buat saya juga punya nilai
tersendiri.
Saran bagi pembaca kami yang ingin memulai menjalani gaya hidup
vegetarian?
Saya sarankan untuk mencari referensi
sebanyak-banyaknya, entah lewat buku, komunitas, atau riset di internet. Salah
satu mispersepsi orang adalah kalau vegetarian berarti sehat, padahal belum
tentu. Karena sebenarnya yang penting bukan absennya daging atau produk hewani
dalam tubuh, tapi apa yang masuk ke dalam tubuh kita secara keseluruhan. Kalau
cuma nggak makan daging tapi asupannya nggak berkualitas, sama saja jadi sumber
penyakit. Milikilah wawasan gizi yang up-to-date, jadi kita nggak lekas percaya
ilmu “katanya” dan sekadar ikut-ikutan tren tapi malas cari info. Risetlah dan
buktikan sendiri.