Sejak kapan menghuni rumah ini?
Kami mulai pindah ke rumah ini sejak 12 Desember 2012.
Berapa luas bangunan dan luas
tanah? Berapa lantai? Berapa lama pengerjaan rumah?
Luas bangunan kurang lebih 420 m2, luas tanah 360 m2.
Bangunan ini terdiri dari dua lantai. Pengerjaan rumah kurang lebih berjalan 15
bulan.
Ceritakan mengenai konsep rumah
Anda.
Rumah kami mengusung konsep 'rumah sehat hijau'. Artinya,
rumah ini sedapat mungkin hemat energi, eco-friendly,
minim toksin, minim polusi elektromagnetik, minim clutter, dan memberikan kesehatan lahir batin bagi penghuninya.
Rumah Anda terasa lengang dan
hanya terisi oleh benda yang diperlukan saja, bisa menceritakan tentang hal
ini?
Karena rumah ini diliput baru setelah dua bulan kami
pindah, tentu saja rumah ini belum full kami
isi, makanya barangkali jadi terasa lengang. Kami ingin mengisinya pelan-pelan.
Yang penting rumah ini fungsional dulu. Tapi di luar dari faktor itu, kami juga
tidak ingin menjadikan rumah ini sesak oleh barang. Sedapat mungkin kami tidak
menyimpan barang yang tidak dibutuhkan, dan ini termasuk pakaian, buku,
pajangan, dll. Secara berkala, kami sebisa mungin ingin mendonasikan
barang-barang yang sudah tidak diperlukan. Kami rasa ini juga penting agar
rumah terjaga tetap spacious dan
tidak menumpuk energi stagnan dari barang-barang yang tidak terpakai.
Ceritakan mengenai aplikasi
material eco-green pada hunian Anda?
Saat kami mulai mengonsep rumah ini, kami banyak melakukan
riset dan studi tentang rumah yang sehat dan hijau. Rumah yang demikian tentu
harus didukung oleh material-material yang green
dan eco-friendly, yang ternyata
belum banyak dikenal di Indonesia. Masyarakat kita secara luas belum banyak
menyadari bahayanya polusi indoor yang
diakibatkan bermacam toksin dari material rumah, baik itu cat, lem, lampu,
pelapis lantai, benda-benda elektromagnetik, kasur, dan sebagainya. Karena
masih terbatasnya pilihan material eco-friendly
di Indonesia, kami menerapkan sebisanya saja. Sesuai dengan yang ada di
pasar saat ini. Meski tidak terlalu banyak yang bisa kami dapatkan, tapi bagi
kami cukup signifikan. Kami berhasil mendapatkan opsi penerangan LED untuk
rumah, yang mana memenuhi kriteria hemat energi dan juga minim toksin (karena
tidak mengandung merkuri sebagaimana bola lampu umumnya), kami juga berhasil
menemukan finishing kayu yang bebas
toksin, kasur dengan bahan 100% lateks alami, dan cat berkualitas baik yang
rendah VOC. Selain itu, kami juga mengatur jalur kabel listrik sedemikian rupa
hingga tidak mengakibatkan ekses polusi elektromagnetik, khususnya di
kamar-kamar tidur. Kami juga menggunakan
aplikasi vertical greenwall pada
fasade luar yang mendukung sehatnya udara dan menurunkan panas dalam ruangan.
Apa alasan Anda memilih Jotun
sebagai cat hunian?
Dari sekian banyak merk cat yang ada, kami menjatuhkan
pilihan pada Jotun karena baru Jotunlah yang memenuhi kriteria ideal untuk cat
rendah VOC. Cat adalah unsur penting karena dia melapisi seluruh dinding rumah.
Bayangkan jika cat ini tinggi toksisitasnya, pasti akan berakibat tidak baik
bagi kesehatan penghuninya. Selain itu, untuk mendapatkan cat minim toksin dari
Jotun, kami tidak perlu berkompromi soal kualitasnya, karena kualitas cat Jotun
amat memuaskan. Bahkan kontraktor kami sempat berkomentar, bahwa dari
rumah-rumah yang ia kerjakan, rumah kami yang memakai Jotun adalah rumah dengan
cat yang terbaik secara kualitas dan warna.
Kriteria apa saja dan keunggulan
dari materi bangunan yang menjadi pertimbangan Anda?
Kriteria kami yang pertama tentu adalah kesehatan (minim
toksin), kedua adalah kualitas dan durabilitas. Jotun memenuhi semua kriteria
tadi.
Kenapa Anda memilih Ridwan Kamil
sebagai arsitek rumah ini? Apa konsep yang ia aplikasikan?
Sejak awal, kami sudah ingin membuat rumah sehat dan
hijau. Selain itu kami juga punya kebutuhan-kebutuhan ruang yang spesifik,
misalnya ada perpustakaan, ruang meditasi, ruang praktek penyembuhan holistik untuk
Reza, dan kebutuhan lain yang sulit dipenuhi jika mengikuti standard bangunan di
kompleks. Untuk itu, kami menawarkan konsep ini ke beberapa arsitek, lalu
menjajaki respons dan ide mereka untuk mewujudkannya. Ridwan Kamil menyambut
baik konsep ini, dan beliau berhasil membuat desain yang menjawab semua
kebutuhan ruang kami. Bisa dibilang, semua sudut di rumah ini termanfaatkan
dengan baik. Beliau membuat konsep "rumah di tengah hutan-hutan
kecil" yang diaplikasikan menjadi rumah dengan banyak courtyard. Dampaknya adalah, rumah tersebut memiliki akses cahaya
dan sirkulasi udara maksimal. Semua ruangan di rumah memiliki akses ke
"hutan kecil" alias courtyard tadi.
Ketika jendela kami buka, terasa rumah ini bernapas. Udara mengalir lancar.
Untuk area yang ada di pojokan, beliau menyiasatinya dengan membuat skylight. Contohnya, untuk tangga utama
yang terletak di pojok rumah. Seharusnya ini menjadi area yang gelap. Tapi,
dengan membuat atap skylight, cahaya
matahari menembus atap kaca dan menjadikan tangga kami terang benderang oleh
sinar alami. Akibatnya, pemakaian lampu dan AC jadi minim. Kami juga tidak
punya masalah dengan nyamuk karena serangga tidak "terperangkap" di
rumah. Salah satu keunikan rumah ini antara lain banyaknya kupu-kupu yang
hinggap. Mungkin karena rumah ini dilingkupi oleh area hijau dan punya banyak
jendela, banyak kupu-kupu dan capung yang masuk ke rumah, tapi dengan mudah
keluar lagi karena sirkulasinya banyak.
Rumah Anda cukup didominasi oleh
tanaman hijau. Bisa ceritakan mengenai vertical garden pada fasad rumah, spot
taman indoor, dan peletakan pot-pot tanaman di lantai dua?
Vertical garden dan taman indoor/courtyard adalah konsep yang diusulkan oleh Ridwan Kamil. Vertical garden membuat dinding dalam
ruangan di baliknya tidak panas karena ada semacam lapisan penyejuk. Lingkungan
di sekitarnya pun ikut terteduhkan pemandangannya dengan hadirnya vertical garden, apalagi untuk daerah
BSD yang mataharinya cenderung terik. Dewi sendiri penyuka tanaman, jadi ia
senang dengan hadirnya tanaman di dalam rumah. Dari riset yang kami kumpulkan,
salah satu solusi alami untuk membersihkan udara dalam rumah adalah dengan
meletakkan tanaman-tanaman indoor tertentu. Selain bunga-bungaan untuk
mempercantik, tanaman seperti palem-paleman dan spatuphyllum punya manfaat membersihkan udara.
Selain pada hunian apa konsep
eco-green living seperti apa yang Anda aplikasikan pada gaya hidup sehari-hari?
Untuk bahan-bahan pembersih rumah, kami sedapat mungkin
menggunakan pembersih alami yang minim toksin, seperti baking soda, cuka, air soda. Kami juga menghindari clutter dengan menerapkan efisiensi
pembelian barang. Dalam aplikasi yang lebih sederhana, kami meminimalkan
pemakaian plastik/kemasan sekali pakai dengan membawa kantong belanja sendiri,
botol minum sendiri, menghindari kemasan styrofoam.
Pola makan keluarga kami sebagian besar juga vegetarian, yang mana pola makan
vegetarian juga lebih ramah lingkungan.
Siapa yang paling dominan dalam
menentukan isi, desain, warna rumah, furnitur, dsb., untuk rumah ini?
Karena penyelesaian rumah adalah pekerjaan yang kompleks
dan butuh banyak koordinasi, akhirnya kami melakukan pembagian tugas. Dewi yang
lebih banyak kebagian tugas untuk menentukan finishing, dari mulai material hingga warna. Namun, untuk penentuan
hal-hal yang krusial kami putuskan bersama. Untuk detail interior yang lebih
spesifik seperti pemilihan kain, pajangan, dll, memang sebagian besar dipilih
langsung oleh Dewi. Reza lebih banyak
berperan di desain struktur, arsitektur dan supervisi pengerjaan. Salah satu pengalaman kami ketika punya
begitu banyak kriteria eco-friendly, adalah
ternyata para pekerja dari kontraktor butuh supervisi yang lebih ketat karena
belum terbiasa untuk mengaplikasikan materi eco-friendly
yang sudah kami tentukan. Hampir 6 bulan
terakhir sebelum pindah, hidup kami di luar saat bekerja sesuai profesi, lebih
mirip seperti mandor / pengawas proyek.
Seberapa sering Anda melakukan
perubahan interior dan dekorasi rumah Anda?
Dari konsep yang ada, kami tidak melakukan perubahan
drastis karena memang
sudah sepakat sejak awal, sifatnya jadi lebih melengkapi
dan detailing saja. Yang diganti berkala paling hanya
bunga-bungaan dan aksesoris kecil-kecil lainnya. Palet warna dan tekstur sudah
kami tetapkan dari awal. Pengisian dinding kami lakukan pelan-pelan, karena
lukisan maupun hiasan dinding kan bukan barang yang sekali pakai atau bisa
dibuang begitu saja.
Ruang favorit Anda di rumah?
REZA: Untuk saya, ruang favorit adalah
ruang kerja pribadi yang terhubung dengan kamar tidur. Ruang itu memiliki akses
jendela ke luar dan ke dalam, jadi udaranya segar dan pemandangannya nyaman.
Untuk Dewi, ruang favoritnya adalah ruang makan karena letaknya yang sentral
hingga bisa memandang ke segala arah, dari mulai dapur, tiga courtyard, piano, ruang keluarga, sampai
ruang teve. Dewi sendiri lebih senang bekerja di area terbuka, jadi bekerja di
meja makan menjadi pilihan favoritnya.
Momen yang terasa paling inspiratif
untuk menulis atau membaca? Siang atau malam, dan kenapa?
DEWI: Momen favorit Reza adalah malam
hari saat semua sudah tidur, jadi sudah minim interupsi dan lebih hening. Untuk
saya, sejak punya anak saya memang sudah terkondisikan untuk bisa bekerja kapan
saja dan di kapan pun kesempatan yang saya punya, jadi kapan pun bisa jadi
momen yang tepat. Tapi momen yang paling produktif bagi saya adalah pagi hari
karena tubuh dan pikiran masih fresh.
Apa arti sebuah rumah bagi Dewi
Lestari?
Bagi saya, rumah adalah akar dan penyangga tempat saya dan
keluarga bertumbuh. Rumah yang solid, terawat, sehat, dan nyaman, adalah bentuk
penyangga ideal bagi seorang individu untuk berkembang dan merasa aman. Apa pun
suasana di dunia luar sana, menurut saya, kembali ke rumah harus menjadi sebuah
perasaan yang paling ditunggu-tunggu.
Ceritakan apakah ada konsep tertentu
dalam menjalani peran sebagai ortu?
Sebagai orang tua, saya dan Reza berupaya untuk
menjalankan apa yang dinamakan conscious
parenting. Kami berusaha menerapkan pendekatan lebih intuitif untuk
memahami apa yang terbaik untuk anak, dengan juga melibatkan mereka dalam
prosesnya. Kami berusaha menanamkan komunikasi yang terbuka dengan anak-anak.
Kami ingin mereka terbiasa mengomunikasikan perasaan dan pikiran mereka.
Apakah ada saran dan tips untuk ibu-ibu
atau keluarga muda, yang harus diperhatikan saat membangun rumah?
Rumah adalah hal yang personal dan membutuhkan koordinasi
yang kompleks dalam mewujudkannya. Secara ideal, setiap orang pasti punya
mimpinya masing-masing, tapi kadang keterbatasan kondisi membuat kondisi ideal
itu tidak selalu tercapai. Bagi saya, idealnya membangun rumah itu secara
konseptual harus matang dulu, jadi tidak terburu-buru. Perhitungkan berbagai
aspek dengan baik, dari mulai lingkungan, keamanan, sampai budget tentunya. Jika ada keleluasaan, maka masukkanlah aspek
kesehatan dalam pembangunan rumah. Jadi, jangan cuma kelihatan indah dan
ekonomis atau saja, tapi kita perlu bijak dalam memilih material. Sebaliknya,
yang serba mahal dan bergengsi juga belum tentu ideal secara kesehatan. Jadi,
sebagai calon pemilik rumah, jangan malas menggali informasi.
Warna kesukaan Anda untuk hunian?
Saat ini kami lebih banyak memakai warna putih dan
warna-warna pastel yang lembut. Warna seperti ini lebih long lasting dan punya efek meneduhkan. Rumah dengan dominasi warna
putih dan pastel juga memberikan efek yang lebih terang dan bersih. Untuk beberapa
ornamen rumah, kami tetap mempertahankan sebagaimana aslinya, khususnya untuk
furnitur yang terbuat dari kayu solid seperti pintu utama, meja makan, dan coffee table. Tekstur dan warna natural
ini menjadi aksen dan penyeimbang bagi rumah kami yang serba putih.
Hal terbaik dari area tempat
tinggal Anda?
Kami beruntung mendapatkan lahan sudut yang artinya kami
dapat lahan ekstra untuk taman. Selain itu, tepat di seberang lahan kami adalah
area hijau yang tidak akan ditutup bangunan. Karenanya, cahaya dan angin tetap
mengalir lancar tanpa ada halangan. Di sebelah rumah kami juga ada hutan bambu
yang merupakan tepian kompleks dan juga bebas dari bangunan lain.
Deskripsikan hunian Anda dalam
tiga kata.
Relaks, sehat, hijau.
Hal pertama yang Anda lakukan
ketika sampai di rumah?
Ruang makan selalu menjadi perhentian pertama. Bisa
dibilang, itu markas favorit keluarga kami, untuk makan, ngobrol, sampai tempat
anak bikin pe-er. Jadi, biasanya kami selalu mampir duduk di situ dulu, untuk
sekadar minum air putih atau ngobrol sejenak.
Menu makan malam favorit?
DEWI: Reza dan saya punya selera makan
yang berbeda. Saya sangat suka makanan tradisional dan masakan asli Indonesia
yang cenderung pedas dan bumbunya tajam. Reza punya selera yang rentangnya
lebih luas dan internasional, dia juga nggak suka pedas. Tapi, bisa dibilang
kami punya kesamaan masakan favorit yakni masakan Thailand. Tom Yum dan Green
Curry adalah favorit kami.
Arti kata inspirasi bagi Anda?
Inspirasi adalah pemantik agar kehidupan ini lebih
bercahaya dan berpijar.