Apa sih, profesi penulis menurut Mbak Dee?
Dalam
terminologi Bahasa Inggris, sebetulnya penulis bisa dibedakan menjadi dua,
yakni writer dan author. Writer adalah mereka yang berprofesi menulis dalam format
yang belum tentu buku, bisa jadi scriptwriter,
copywriter, dsb. Sementara author adalah
mereka yang karya tulisnya sudah diterbitkan dalam bentuk buku. Dalam
terminologi Bahasa Indonesia, setahu saya belum ada pemisahan ini. Jadi, jika
yang dimaksud penulis sebagai profesi maka adalah mereka yang memang sudah
mencari nafkah atau mendapatkan income dari
kegiatan menulis. Sementara kalau penulis buku, menurut pendapat saya pribadi,
baru layak ditetapkan sebagai profesi jika mereka sudah menerbitkan minimal dua
buku.
Tantangan apa saja yang dihadapi oleh Mbak
Dee ketika menjadi penulis?
Tantangan
yang paling utama bagi saya adalah konsisten memproduksi buku dan konsisten
menjaga mutu. Dengan produksi buku yang konsisten dengan kualitas yang terjaga,
menurut saya ini jugalah yang bisa mempertahankan basis pembaca yang kuat dan
terus bertumbuh. Dan tantangan ini tentu banyak perintang antara lain fokus, mood, atensi, manajemen waktu, strategi
pemasaran, dsb, yang melibatkan tidak hanya penulis, tapi juga penerbit,
editor, dan aspek-aspek lain.
Apakah pengalaman
tidak terlupakan selama menjalani profesi sebagai penulis?
Saya paling
menikmati saat bisa berpartisipasi dalam event
seperti Writer's Festival. Sejauh ini sudah ada beberapa yang saya datangi,
antara lain Ubud Writer's Festival, Sydney Writer's Festival, dan Byron Bay
Writer's Festival. Nuansa dan suasana dalam event
seperti itu benar-benar berkesan dan menjadi pengalaman berharga.
Adakah hal/kejadian
yang paling bikin Mbak Dee bangga selama menjadi penulis?
Ketika ada
yang mendatangi saya dan berkata, "Buku Anda telah mengubah hidup
saya."
Menurut Mbak Dee, apakah modal utama yang
harus dimiliki oleh seorang yang ingin menjadi penulis?
Keberanian
untuk memulai, keberanian untuk gagal, dan keberanian untuk sukses. Banyak yang
ingin menulis tapi karena terjebak dalam konsep-konsep tentang kepenulisan
akhirnya malah nggak mulai-mulai. Menurut saya, yang penting adalah mulai dulu.
Dan di tengah jalan, dia harus berani menghadapi kegagalan. Kalau karyanya
tidak selesai , karyanya ditolak, ia tidak lantas berhenti. Ia malah harus
semakin tertantang dan belajar memperbaiki tulisannya. Dan terakhir, jika
sukses, ia juga kuat menghadapi tantangan dan tekanan yang diterima oleh
pembaca dan lingkungannya. Karena kesuksesan bukannya tanpa tantangan, kita malah
harus lebih lihai dan hati-hati menghadapinya.
Mbak Dee, kan, lulusan Hubungan
Internasional. Sedangkan dunia tulis menulis identik dengan jurusan sastra.
Apakah ada pelatihan atau pendidikan khusus yang diikuti untuk mengasah
kemampuan menulis? Pelatihan/pendidikan seperti apa saja yang diikuti?
Menurut
pengamatan saya, jurusan Sastra sebetulnya lebih cocok jika seseorang ingin
belajar banyak tentang kritik dan sejarah Sastra, jadi tidak serta merta
mengajarkan kita bagaimana cara menulis kreatif. Seseorang tidak harus belajar
formal Sastra untuk bisa jadi penulis. Pelatihan atau workshop menulis kreatif menurut saya lebih banyak membantu jika
seseorang memang ingin serius jadi penulis, karena dalam workshop semacam itu, fokusnya sudah lebih spesifik. Walaupun,
tanpa itu semua, jika seseorang memang sudah memiliki passion, sensitivitas bahasa, serta keuletan untuk berlatih, dia
bisa jadi penulis yang sukses.
Selain itu, keterampilan apa saja yang harus
dimiliki oleh seorang penulis agar bisa menghasilkan karya yang bagus?
Membaca.
Anggaplah menulis dan membaca itu seperti kegiatan bernapas, yang keduanya
harus ada untuk saling menghidupi. Saat menulis kita mengembuskan napas,
menyalurkan inspirasi dan ide dalam benak kita. Saat membaca, kita menarik napas,
mengumpulkan informasi, memperkaya diri, untuk menjadi bekal saat kita menulis
nanti.
Waktu kerja penulis itu seperti apa, sih?
Apakah ada waktu-waktu khusus yang sengaja diluangkan untuk menulis?
Tidak ada
rumus bakunya. Setiap orang akan memiliki pola disiplin masing-masing yang
sesuai dengan ketersediaan waktu dan gaya hidupnya. Contohnya, dulu saya selalu
menulis saat malam hingga dini hari. Tapi sejak saya punya anak, saya nggak
bisa menulis malam hari lagi. Akhirnya saya menulis lebih banyak pagi atau
siang atau sore. Kapan pun saya bisa curi waktu, saya akan menulis. Tapi untuk
penulis pemula, ada baiknya membuat disiplin tertentu. Melakukan kegiatan
menulis dalam jam yang sama, atau minimal dengan durasi yang sama, misalnya dua
jam sehari. Dengan demikian "otot" menulisnya akan terus terlatih.
Tips apa yang bisa diberikan kepada para
pembaca GADIS yang ingin menjadi penulis seperti Mbak Dee?
Temukan diri
sendiri dalam kreasi tulisan yang kita buat. Hampir semua orang yang mengawali
menulis pasti akan, secara sadar atau tidak, mengimitasi gaya penulis yang
mereka suka, dan itu sangat wajar. Jangan jadi gentar karena tulisan kita
dibilang mirip dengan A atau B. Tapi, yang lebih penting adalah, gali terus
lebih dalam hingga kita menemukan diri kita sendiri. Gaya apa yang kita suka,
tema apa yang kita suka. Menurut saya, di atas segalanya, menulis adalah tools untuk menggali ke dalam diri,
mengenal diri kita sendiri dengan lebih baik.