Saya
membaca kalau menurut Mbak, menulis itu kebutuhan. Apa maksudnya, Mbak? Apakah
seperti kebutuhan manusia akan air, udara? Atau bagaimana?
Tentunya saya tidak berbicara tentang manusia secara umum, tapi bagi saya pribadi, menulis memang merupakan kebutuhan. Jadi, saya menulis bukan karena sekadar didesak penerbit, atau ingin tulisan saya masuk media, mau ada yang baca atau tidak, saya tetap akan menulis. Saya setiap hari menulis jurnal, dan itu sudah seperti ritual sehari-hari. Tujuannya, ya, ingin melonggarkan benak saja, dengan menumpahkannya dalam bentuk tulisan.
Mbak menulis sejak kecil, persisnya sejak umur berapa? Apakah tulisan pertama Mbak? Saat itu, Mbak menulis di mana dan diapakan tulisannya? Bagaimana perasaan Mbak setelah menyelesaikan tulisan pertama itu?
Saya menulis serius pertama kali waktu kelas 5 SD, umur saya waktu itu 9 tahun. Saya membuat kisah seorang anak kecil yang mendamba kuda poni. Saya menulis di sebuah buku tulis, yang saya penuhi semua jadi menyerupai buku. Waktu saya mulai menulis, saya baru tersadar betapa saya jatuh cinta pada kegiatan itu, karena susah sekali berhenti.
Pernahkah Mbak berhenti menulis? Apa yang mendorong Mbak untuk berhenti ataupun terus menulis?
Rasanya saya terus berkarya dari waktu kecil itu sampai sekarang. Tidak semuanya menjadi sesuatu, memang. Banyak yang nggak selesai, atau selesai terus saya buang karena merasa nggak oke, dan saya menulis dalam bentuk macam-macam, ada cerita pendek, cerita panjang, puisi, lirik lagu, dsb. Kalau berhenti dalam arti istirahat ya pernah, misalnya kalau saya lagi disibukkan oleh satu kegiatan seperti bernyanyi, atau bikin skripsi, atau sekadar jenuh, biasanya saya berhenti dulu. Saya terus menulis karena kebutuhan tadi. Kalau namanya sudah butuh, tidak harus dituntut oleh pihak mana pun saya akan terus menulis.
Bagaimana perasaan Mbak saat tulisannya dimuat di majalah? Bagaimana perasaan Mbak saat tulisannya menjadi novel?
Tulisan saya dimuat di majalah pertama kali adalah cerpen Rico de Coro yang dimuat tahun 1997 di majalah Mode. Rasanya senang sekali, kayak mimpi. Membayangkan ada orang-orang di luar sana yang membaca karya saya rasanya luar biasa, karena sebelumnya saya cuma berani kasih lihat ke teman-teman atau keluarga. Waktu buku pertama saya terbit tahun 2001, itu lebih dahsyat lagi rasanya. Karena sejak kecil saya bercita-cita ingin sekali punya buku sendiri.
Buat Mbak, apa bedanya menyanyi dan menulis? Kok Mbak bisa ya mengembangkan keduanya? Bagaimana caranya, sih?
Saya sendiri tidak terlalu memikirkan bedanya, keduanya sama-sama media untuk berekspresi. Dan karena sejak kecil saya sudah menyanyi dan menulis, jadi rasanya alamiah saja. Pengembangan ke musik memang lebih dulu terjadi karena sejak SD saya sudah aktif nyanyi di Paduan Suara sekolah dan juga di gereja. SMP dan SMA saya juga aktif di vokal group, sampai kemudian jadi backing vokal tahun 1993 dan berkarier di RSD tahun 1995, dan rasanya mengalir saja. Justru menulis yang dilakukan sendirian, karena saya nggak pernah kirim tulisan saya ke majalah, hanya satu-dua kali, itu pun karena diminta. Pokoknya, pada prinsipnya saya hanya menjalankan apa yang saya cinta. Saya cinta musik dan menulis, dan terus berupaya untuk berkarya.
Menurut Mbak, menulis yang baik itu seperti apa? Adakah tips-nya untuk anak-anak yang ingin menulis, bahkan menjadi penulis?
Tulisan yang baik adalah tulisan yang jujur, mampu menunjukkan karakter penulisnya, unik, dan mampu meyakinkan pembacanya untuk ikut masuk ke dalam cerita. Untuk menjadi penulis, setiap orang harus berani memulai, berani kreatif (yakni mencoba sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya), berani gagal, dan juga berani sukses—karena belum tentu semua orang mampu menangani tekanan dari sukses tulisannya. Kalau gagal, orang tinggal mencoba, kalau sukses orang harus mempertahankan, dan biasanya itu malah lebih susah.
Tentunya saya tidak berbicara tentang manusia secara umum, tapi bagi saya pribadi, menulis memang merupakan kebutuhan. Jadi, saya menulis bukan karena sekadar didesak penerbit, atau ingin tulisan saya masuk media, mau ada yang baca atau tidak, saya tetap akan menulis. Saya setiap hari menulis jurnal, dan itu sudah seperti ritual sehari-hari. Tujuannya, ya, ingin melonggarkan benak saja, dengan menumpahkannya dalam bentuk tulisan.
Mbak menulis sejak kecil, persisnya sejak umur berapa? Apakah tulisan pertama Mbak? Saat itu, Mbak menulis di mana dan diapakan tulisannya? Bagaimana perasaan Mbak setelah menyelesaikan tulisan pertama itu?
Saya menulis serius pertama kali waktu kelas 5 SD, umur saya waktu itu 9 tahun. Saya membuat kisah seorang anak kecil yang mendamba kuda poni. Saya menulis di sebuah buku tulis, yang saya penuhi semua jadi menyerupai buku. Waktu saya mulai menulis, saya baru tersadar betapa saya jatuh cinta pada kegiatan itu, karena susah sekali berhenti.
Pernahkah Mbak berhenti menulis? Apa yang mendorong Mbak untuk berhenti ataupun terus menulis?
Rasanya saya terus berkarya dari waktu kecil itu sampai sekarang. Tidak semuanya menjadi sesuatu, memang. Banyak yang nggak selesai, atau selesai terus saya buang karena merasa nggak oke, dan saya menulis dalam bentuk macam-macam, ada cerita pendek, cerita panjang, puisi, lirik lagu, dsb. Kalau berhenti dalam arti istirahat ya pernah, misalnya kalau saya lagi disibukkan oleh satu kegiatan seperti bernyanyi, atau bikin skripsi, atau sekadar jenuh, biasanya saya berhenti dulu. Saya terus menulis karena kebutuhan tadi. Kalau namanya sudah butuh, tidak harus dituntut oleh pihak mana pun saya akan terus menulis.
Bagaimana perasaan Mbak saat tulisannya dimuat di majalah? Bagaimana perasaan Mbak saat tulisannya menjadi novel?
Tulisan saya dimuat di majalah pertama kali adalah cerpen Rico de Coro yang dimuat tahun 1997 di majalah Mode. Rasanya senang sekali, kayak mimpi. Membayangkan ada orang-orang di luar sana yang membaca karya saya rasanya luar biasa, karena sebelumnya saya cuma berani kasih lihat ke teman-teman atau keluarga. Waktu buku pertama saya terbit tahun 2001, itu lebih dahsyat lagi rasanya. Karena sejak kecil saya bercita-cita ingin sekali punya buku sendiri.
Buat Mbak, apa bedanya menyanyi dan menulis? Kok Mbak bisa ya mengembangkan keduanya? Bagaimana caranya, sih?
Saya sendiri tidak terlalu memikirkan bedanya, keduanya sama-sama media untuk berekspresi. Dan karena sejak kecil saya sudah menyanyi dan menulis, jadi rasanya alamiah saja. Pengembangan ke musik memang lebih dulu terjadi karena sejak SD saya sudah aktif nyanyi di Paduan Suara sekolah dan juga di gereja. SMP dan SMA saya juga aktif di vokal group, sampai kemudian jadi backing vokal tahun 1993 dan berkarier di RSD tahun 1995, dan rasanya mengalir saja. Justru menulis yang dilakukan sendirian, karena saya nggak pernah kirim tulisan saya ke majalah, hanya satu-dua kali, itu pun karena diminta. Pokoknya, pada prinsipnya saya hanya menjalankan apa yang saya cinta. Saya cinta musik dan menulis, dan terus berupaya untuk berkarya.
Menurut Mbak, menulis yang baik itu seperti apa? Adakah tips-nya untuk anak-anak yang ingin menulis, bahkan menjadi penulis?
Tulisan yang baik adalah tulisan yang jujur, mampu menunjukkan karakter penulisnya, unik, dan mampu meyakinkan pembacanya untuk ikut masuk ke dalam cerita. Untuk menjadi penulis, setiap orang harus berani memulai, berani kreatif (yakni mencoba sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya), berani gagal, dan juga berani sukses—karena belum tentu semua orang mampu menangani tekanan dari sukses tulisannya. Kalau gagal, orang tinggal mencoba, kalau sukses orang harus mempertahankan, dan biasanya itu malah lebih susah.