Apa
yang menginspirasi Anda dalam membuat sebuah karya?
Apa saja. Saya tidak pernah tahu
persis. Segala hal dalam hidup ini menurut saya bisa menginspirasi.
Apa
yang membuat Anda memilih sebuah gaya bahasa dan kosa kata tertentu dalam karya
Anda?
Saya senang kalimat yang iramanya
liris, punya sedikit rima, dan enak diucapkan dan didengar. Gaya bahasa menurut
saya lebih baik kalau tidak terlalu trendy
supaya bisa lekang, tapi juga tidak terlalu kaku hingga aneh dan tidak
realistis.
Apakah
sah-sah saja menurut Anda jika mencampurkan bahasa asing dengan Bahasa
Indonesia dalam sebuah karya sastra, mohon sebutkan alasan (contoh: judul novel
Bahasa Inggris, isi Bahasa Indonesia)
Sah selama penempatannya sesuai konteks
dan memang dibutuhkan. Setiap bahasa asing harus dicetak miring, jadi ikut
aturan itu juga. Judul Bahasa Inggris selama memang konteksnya tepat silakan
saja.
Menurut
Anda apakah bahasa asing khususnya Bahasa Inggris di Indonesia, akan
menyudutkan Bahasa Indonesia? Atau malah akan memperkaya kosa kata? (Jika ada
alasan dan jawaban lain silakan disebutkan)
Bisa keduanya. Menurut saya itu
bergantung kepada sistem pendidikan dan penyerapan teknologi dan informasi
global. Bahasa Indonesia masih akan terus berkembang, walau Bahasa Indonesia
menurut saya agak lambat dalam menyerap perkembangan bahasa secara global.
Di
mana biasanya Anda menempatkan bahasa asing dalam karya sastra Anda (nama, isi,
judul, dll)?
Pertama, kalau ada istilah teknis yang
belum punya padanan dalam Bahasa Indonesia, terpaksa saya gunakan istilah
aslinya dan dicetak miring. Kedua, dalam percakapan, kalau tokoh saya memang secara
kontekstual berbicara dalam bahasa asing.
Di
manakah biasanya Anda mendapatkan kosa kata asing yang Anda gunakan dalam karya
Anda? (kamus, pengetahuan pribadi, kitab, dll)
Bergantung dari topik apa yang saya
bahas. Kalau tentang sains, ya, dari buku-buku sains.
Bagaimana
cara Anda menjadi tetap konsisten dalam memilih bahasa dan gaya bahasa dalam
karya Anda?
Saya tidak berusaha konsisten soal itu,
karena malah bisa membuat saya tidak berkembang. Saya hanya berusaha berkarya
dengan baik. Gaya bahasa bukan hal yang prioritas bagi saya. Lebih penting
substansi dari cerita. Gaya bahasa menurut saya akan mengikuti dengan
sendirinya. Setelah menulis bertahun-tahun, tentu saya akan punya ciri sendiri
tanpa harus lagi dengan sadar berusaha konsisten dengan gaya tertentu.
Bagaimana
cara Anda menentukan khalayak pembaca Anda? Apakah ditentukan setelah atau
sebelum membuat karya Anda? (Jika ada jawaban lain silakan disebutkan)
Saya tidak menentukan pembaca. Saya
hanya menulis. Saya bisa membayangkan profil pembaca saya secara umum, tapi itu
tidak pernah menjadi prasyarat saya berkarya.
Bagaimana
Anda mendeskripsikan Anda dan karya-karya Anda dalam beberapa kata/kalimat?
Kontemplatif. Makna berlapis. Dalam
tapi ringan.
Siapa
yang biasanya membantu Anda dalam membuat karya?
Saya tidak punya asisten khusus. Saya hampir
selalu bekerja sendiri. Kalau ada narasumber untuk buku tertentu biasanya
bergantung kepada topik dan spesialisasi narasumber tersebut, tidak ada yang
tetap.
Siapakah
tokoh yang menginspirasi Anda dalam membuat karya? (baik dalam gaya penulisan,
bahasa yang dipilih, dll)
Saya suka Sapardi Djoko Damono. Saya
juga suka gaya esai Goenawan Mohamad.
Apa
Anda memiliki waktu khusus dalam membuat karya (mis: /hari, /bulan, /tahun)?
Setidaknya satu buku dalam 1,5 – 2
tahun.