Monday, December 22, 2014

Wawancara Tugas | Bhs Indonesia & Bhs Asing dalam Sastra | September, 2009 | by Billy Fadhila

-->
Apa yang menginspirasi Anda dalam membuat sebuah karya?

Apa saja. Saya tidak pernah tahu persis. Segala hal dalam hidup ini menurut saya bisa menginspirasi.

Apa yang membuat Anda memilih sebuah gaya bahasa dan kosa kata tertentu dalam karya Anda?

Saya senang kalimat yang iramanya liris, punya sedikit rima, dan enak diucapkan dan didengar. Gaya bahasa menurut saya lebih baik kalau tidak terlalu trendy supaya bisa lekang, tapi juga tidak terlalu kaku hingga aneh dan tidak realistis.

Apakah sah-sah saja menurut Anda jika mencampurkan bahasa asing dengan Bahasa Indonesia dalam sebuah karya sastra, mohon sebutkan alasan (contoh: judul novel Bahasa Inggris, isi Bahasa Indonesia)

Sah selama penempatannya sesuai konteks dan memang dibutuhkan. Setiap bahasa asing harus dicetak miring, jadi ikut aturan itu juga. Judul Bahasa Inggris selama memang konteksnya tepat silakan saja.

Menurut Anda apakah bahasa asing khususnya Bahasa Inggris di Indonesia, akan menyudutkan Bahasa Indonesia? Atau malah akan memperkaya kosa kata? (Jika ada alasan dan jawaban lain silakan disebutkan)

Bisa keduanya. Menurut saya itu bergantung kepada sistem pendidikan dan penyerapan teknologi dan informasi global. Bahasa Indonesia masih akan terus berkembang, walau Bahasa Indonesia menurut saya agak lambat dalam menyerap perkembangan bahasa secara global.

Di mana biasanya Anda menempatkan bahasa asing dalam karya sastra Anda (nama, isi, judul, dll)?

Pertama, kalau ada istilah teknis yang belum punya padanan dalam Bahasa Indonesia, terpaksa saya gunakan istilah aslinya dan dicetak miring. Kedua, dalam percakapan, kalau tokoh saya memang secara kontekstual berbicara dalam bahasa asing.

Di manakah biasanya Anda mendapatkan kosa kata asing yang Anda gunakan dalam karya Anda? (kamus, pengetahuan pribadi, kitab, dll)

Bergantung dari topik apa yang saya bahas. Kalau tentang sains, ya, dari buku-buku sains.

Bagaimana cara Anda menjadi tetap konsisten dalam memilih bahasa dan gaya bahasa dalam karya Anda?

Saya tidak berusaha konsisten soal itu, karena malah bisa membuat saya tidak berkembang. Saya hanya berusaha berkarya dengan baik. Gaya bahasa bukan hal yang prioritas bagi saya. Lebih penting substansi dari cerita. Gaya bahasa menurut saya akan mengikuti dengan sendirinya. Setelah menulis bertahun-tahun, tentu saya akan punya ciri sendiri tanpa harus lagi dengan sadar berusaha konsisten dengan gaya tertentu.

Bagaimana cara Anda menentukan khalayak pembaca Anda? Apakah ditentukan setelah atau sebelum membuat karya Anda? (Jika ada jawaban lain silakan disebutkan)

Saya tidak menentukan pembaca. Saya hanya menulis. Saya bisa membayangkan profil pembaca saya secara umum, tapi itu tidak pernah menjadi prasyarat saya berkarya.

Bagaimana Anda mendeskripsikan Anda dan karya-karya Anda dalam beberapa kata/kalimat?

Kontemplatif. Makna berlapis. Dalam tapi ringan.

Siapa yang biasanya membantu Anda dalam membuat karya?

Saya tidak punya asisten khusus. Saya hampir selalu bekerja sendiri. Kalau ada narasumber untuk buku tertentu biasanya bergantung kepada topik dan spesialisasi narasumber tersebut, tidak ada yang tetap.

Siapakah tokoh yang menginspirasi Anda dalam membuat karya? (baik dalam gaya penulisan, bahasa yang dipilih, dll)

Saya suka Sapardi Djoko Damono. Saya juga suka gaya esai Goenawan Mohamad.

Apa Anda memiliki waktu khusus dalam membuat karya (mis: /hari, /bulan, /tahun)?

Setidaknya satu buku dalam 1,5 – 2 tahun.