Sejak kapan senang menulis novel?
Saya memang
senang menulis sejak masih kanak-kanak. Barangkali sama dini atau bahkan lebih
awal dari bernyanyi/bermusik. Muaranya satu: hobi mengkhayal. Bagi saya,
menulis itu seperti survival kit.
Saya bisa berfungsi sebagai manusia yang balans karena saya menulis. Benak ini
rasanya begitu padat, pengap, dan bisa meledak kalau tidak dituangkan. Novel,
atau lirik lagu, hanyalah format salurannya saja. Menulis buku memang menjadi
cita-cita. Sejak dulu, saya merasa tulisan saya ini tidak punya tempat di
media. Terlalu panjang untuk cerpen, terlalu pendek untuk novel. Makanya, saya
bertekad akan menulis buku saja langsung. Ketika mulai menulis Supernova tahun
2000, saya sudah feeling: inilah buku
pertama saya yang dipublikasikan.
Kabarnya, Mbak lebih senang menulis novel
dibanding cerpen. Kenapa?
Menurut
saya, penulis itu seperti pelari. Ada yang lari sprint, ada yang lari maraton,
dsb. Penulis pun ada yang memang tendensinya menulis pendek, menulis panjang,
dsb. Kalau saya dari dulu memang lebih suka menulis panjang, saya menikmati
jalan cerita yang berkembang, tokoh-tokoh yang memiliki sejarah lengkap, dsb.
Baru sekarang2 ini saya mulai belajar membuat cerpen. Dan memang kedua format
itu, sekalipun hakikatnya sama-sama menulis, masing-masing punya trik dan
metoda tersendiri.
Bisa diceritakan awalnya menemukan ide untuk
menulis novel Supernova?
Supernova
merupakan sharing permenungan spiritual pribadi saya, yang ingin saya bagi
untuk orang banyak. Melihat krisis bangsa kita ini, saya sering merasa tergerak
ingin melakukan sesuatu, berkontribusi, tapi tidak tahu apa. Sampai akhirnya
saya sadar bahwa potensi saya untuk menulis dan bermusik merupakan jalur yang
bisa dipakai dan dimaksimalisasikan. Supernova merupakan novel serial. Secara
cerita, pesan, dan inti, pastinya ada benang merah antarepisode. Tapi, tentu
terdapat perbedaan pada gaya pengungkapan, setting, penyusunan plot, karena itu
juga mengungkapkan pertumbuhan saya sebagai penulis. Sekilas konsep Trilogi Supernova:
Episode 1 akan mengungkapkan hubungan manusia dengan dirinya sendiri; episode
2, hubungan manusia dengan lingkungan/eksternalitas; episode 3, hubungan
manusia dengan Pencipta. Jadi episode kedua ini banyak unsur petualangan,
permenungan tentang Bumi, alam, dan sistem masyarakat yang lebih luas.
Ada tenggat waktu untuk merampungkan seri
yang tersisa, misalnya mendisiplinkan diri menulis sekian jam sehari?
Biasanya
saya meluangkan setidaknya empat jam untuk menulis dalam sehari. Tidak melulu
menulis Supernova, pokoknya sesuai dengan jadwal pekerjaan saja. Misalnya
sekarang ini saya sedang menyusun kumpulan cerita, prioritas saya ke sana dulu.
Begitu selesai, saya akan mengerjakan Supernova lagi.
Apa arti menulis - khususnya novel - bagi Mbak?
Ada di
jawaban no 1, ya.
Banyak orang memuji Supernova. Bagaimana
perasaan Mbak Dewi dengan pujian itu?
Sebenarnya
hadiah terbesar bagi seorang penulis adalah ketika berhasil menyelesaikan
karyanya. Sisanya hanyalah bonus. Jadi pada dasarnya, pujian maupun kritik,
sama-sama saja nilai dan artinya. Saya tentunya senang dan bangga apabila
Supernova banyak disukai, terutama kalau karya kita dapat menginspirasi mereka
untuk jadi lebih baik, jadi lebih kreatif.
Ke depan, masih akan terus menulis novel? Tidak berniat mengembangkan disiplin ilmu hubungan internasional yang diperoleh di perguruan tinggi?
Tentunya
masih. Walaupun bukan berarti tidak ada kemungkinan menulis dalam format lain.
Buktinya sekarang saya sedang menyiapkan kumpulan cerita. Saya tidak akan
eksklusif menulis novel saja, saya masih berkeinginan banyak dalam dunia
kepenulisan ini. Saya ingin satu saat nanti menulis buku cerita anak-anak, buku
cerita remaja, juga karya nonfiksi yang mungkin saja akan ada hubungannya
dengan Hubungan Internasional. Memang tidak dalam waktu dekat, tapi akan.
Bagaimana dukungan keluarga dengan aktivitas
menulis novel?
Pendukung
terbesar saya sejak dulu adalah keluarga. Sejak kecil mereka sangat pengertian,
suportif, dan juga sering memberikan inspirasi dan masukan. Ayah dan Ibu saya
memberikan kebebasan untuk berkreasi, termasuk menulis. Suami saya pun sangat
mengerti profesi ini, kadang2 dia malah suka menemani begadang. Kalaupun mereka
tidak membantu secara langsung, mereka tetap berperan sebagai refreshment kalau saya lagi jenuh soal
kerjaan, kebanyakan menulis, dsb.
Masih tetap mencipta lagu dan menyanyi?
Menyanyi tetap
menjadi prioritas utama. Sama dengan menulis. Tapi sekarang saya prioritaskan
berdasarkan sikon saja. Apabila memang berencana mengeluarkan buku, ya berarti
menulis dulu. Rencana untuk bersolo karier sudah ada. Bahkan sudah lama ada.
Tapi terpaksa saya tunda karena dulu ingin merilis buku. Dalam waktu dekat
sebenarnya ada rencana akan menggabungkan album saya dengan buku. Ditunggu
saja!