Bagaimana selama ini Anda bisa terus menghasilkan ide-ide kreatif
untuk mencapai prestasi? Bagaimana proses menghasilkan ide-ide itu? Apa saja
stimulusnya? Untuk ini, apa perlu waktu dan tempat khusus untuk menelurkan
ide-ide?
Berpikir kreatif menurut saya
banyak ditentukan oleh pembiasaan. Seseorang yang memang berkecimpung di dunia
kreatif dan sudah bertahun-tahun selalu berpikir dalam kerangka berpikir
kreatif akhirnya akan terbiasa untuk memproduksi ide. Saya tidak lagi misalnya
secara sadar atau sengaja ingin menghasilkan ide. Batin yang sudah dibiasakan
untuk merasa dan berpikir secara kreatif otomatis akan menjadi lahan yang subur
bagi ide. Stimulusnya jadi bisa dari apa saja, dari kegiatan sehari-sehari,
dari membaca, dari mendengar informasi, membaca berita, dsb. Untuk menelurkan
ide rasanya tidak ada tempat dan waktu khusus. Untuk mengolahnya, iya.
Dibutuhkan disiplin dan ketenangan. Tapi ide bisa datang kapan saja dan di mana
saja.
Berapa banyak ide dalam kurun waktu tertentu yang Anda hasilkan?
Saya tidak pernah sengaja
menghitung. Kita perlu membedakan mana ide dan mana proyek kreatif. Ide tidak
terbatas, kadang dieksekusi, tapi kadang gugur begitu saja. Tapi kalau sudah
dijadikan proyek kreatif, maka ada deadline,
ada pihak ketiga yang diajak kerja sama seperti penerbit, dsb. Untuk proyek
kreatif saya biasanya hanya satu atau dua setahun.
Bagaimana menguji berbagai ide itu sebelum diterapkan lebih
lanjut?
Biasanya ketika sudah dituang
di atas kertas maka ide akan menunjukkan "wajah" sebenarnya. Kita
akan tahu sendiri bahwa ternyata ide itu lemah atau tidak. Ide yang kuat
cenderung bisa berkembang, bercabang. Misalnya, ide cerita, maka kita bisa
langsung merasakan atau "melihat" cerita tersebut dari awal, tengah,
sampai akhir. Tapi ada juga cerita yang ternyata hanya cantik di konsep juga,
ketika dituangkan kita menemukan banyak jalan buntu. Itu artinya ide tersebut
lemah.
Bagaimana menyeleksi ide yang sudah Anda pikirkan atau cetuskan untuk dijadikan produk atau karya tertentu?
Saya akan melihat kapasitas
dan keleluasaan saya dalam periode waktu tersebut. Ada yang ingin saya
wujudkan, tapi misalnya waktunya belum pas. Ide tersebut maka akan saya simpan
dulu. Tapi ada juga ide yang sudah feasible
untuk dijalankan, maka itu akan saya jadikan proyek dan dieksekusi segera.
Apakah Anda punya tim khusus untuk membantu mewujudkan ide-ide
tersebut?
Untuk mengolah ide, menurut
saya, adalah pekerjaan individual. Saya paling membutuhkan orang-orang untuk brainstorming saja secara informal. Saat
ini, peran itu biasanya diambil oleh suami saya. Dia partner utama saya dalam brainstorming tentang apa pun, termasuk
kalau saya sedang ada ide kreatif. Tentunya, saya juga ada partner-partner
langganan untuk mengeksekusi ide tersebut. Misalnya, untuk penerbit buku, saat
ini saya bekerja sama dengan Bentang Pustaka. Untuk desain, saya sudah punya
desainer grafis kepercayaan. Di musik, saya juga ada orang-orang langganan yang
selalu saya ajak kerja sama. Kepada merekalah saya biasanya mengolah ide-ide
saya lebih lanjut.
Menurut Anda, siapa saja yang diuntungkan dengan ide-ide Anda
tersebut? Apakah termasuk dari orang banyak, atau semata-mata untuk kepuasan
batin Anda sendiri?
Setiap seniman pasti punya
sudut pandang sendiri mengenai hal tersebut. Bagi saya, rumusnya simpel. Saya
menulis buku yang ingin saya baca, membuat musik yang ingin saya dengar,
membuat makanan yang ingin saya makan. Jadi, saya ingin menciptakan sebuah
produk yang bisa memuaskan dan memenuhi standar pribadi saya dulu. Jika orang
lain ikut menyukai, itu adalah bonus besarnya.
Seperti apa ukuran keberhasilan karya-karya Anda itu (misal bisa
berupa jumlah buku terjual, jumlah pemirsa, magnitude, dll)?
Semuanya bisa jadi tolok ukur.
Tidak ada tolok ukur tunggal, menurut saya. Menurut saya yang ideal adalah,
pertama, diri kita sendiri puas. Kedua, jika produk itu dijual maka
penjualannya baik, yang artinya diterima baik oleh masyarakat. Ketiga, punya impact yang sifatnya personal dan
mendalam bagi penikmatnya, yang biasanya kita ketahui lewat apresiasi yang
mereka sampaikan, entah itu di social
media, di media, di blog, lewat
e-mail, dsb. Keempat, ada penghargaan dan pengakuan resmi dari instansi publik,
entah itu lewat penghargaan, memenangkan kompetisi, dsb. Kalau ada karya yang
memenuhi keempatnya, maka itu adalah karya yang menurut saya berhasil.
Selama menjadi penyanyi, pencipta lagu, penulis buku, produser
rekaman dan film, menurut Anda, apa saja hal-hal inovatif dan kreatif yang
sudah Anda buat? Hal yang mungkin membedakan Anda dari orang lain yang
berprofesi sama. Tolong kalau bisa diceritakan bentuk dan implementasinya? Bagaimana
tanggapan khalayak terhadap kreativitas Anda tersebut?
Saya merasa bukan orang yang
tepat untuk menjawab. Sepertinya hal itu lebih baik diungkapkan oleh pengamat,
kritikus, atau pembaca / pendengar. Yang saya tahu adalah, karya saya selalu
punya cita rasa yang khas. Entah itu terungkap dari gaya lirik, preferensi
melodi, tema cerita, pemilihan kata-kata, dsb.
Apa yang mendorong Anda membuat hal-hal inovatif dan kreatif itu?
Bagaimana proses kreatif pembuatan karya Anda itu berjalan (kalau bisa
gambarkan step by step)? Inisiasinya bagaimana? Dan apa stimulusnya?
Saya melihatnya seperti ini:
ada ide yang ingin mewujud, lalu memilih saya sebagai inangnya, kemudian saya
wujudkan sebaik yang saya bisa. Itu saja. Jadi, apa yang mendorong? Saya rasa
ide itu sendiri. Yang saya lakukan hanyalah melatih diri untuk bisa terus peka
dan memperhalus teknik saya.
Belajar dari mana atau siapa agar bisa terus inovatif dan kreatif?
Belajar dari mana atau siapa agar bisa terus inovatif dan kreatif?
Saya tidak punya guru khusus.
Saya belajar dari apa pun dan siapa pun yang saya bisa. Minat saya juga
beragam. Semua itu jadinya saling silang. Saya suka masak, misalnya. Lalu, saya
ikut kursus masak. Dari kursus tersebut, saya dapat ide untuk menulis cerita
tentang roti. Jadi bisa dilihat bahwa hobi memasak saya, yang sekilas
kelihatannya tidak ada hubungan dengan menulis, bisa memicu sebuah karya tulis.
Yang jelas, saya senang mencari dan mengulik ilmu. Saya suka membaca, saya suka
menggali dan berbicara dengan orang-orang yang saya pikir menarik, saya juga
suka mengkhayal. Semua itu adalah stimulus sekaligus sumber saya untuk belajar.
Adakah kebiasaan-kebiasaan (habit) masa lalu yang mendukung proses
kreativitas itu?
Mengkhayal, membaca, dan aktif
bermusik sejak kecil.
Bagaimana ide kreatif ini Anda “pasarkan”/sosialisasikan?
Bagaimana bisa marketable (diterima khalayak luas)?
Saya bukan ahli marketing,
ide-ide pemasaran karya saya banyak dibantu oleh intuisi. Yang jelas, saya
selalu membayangkan jika saya adalah pembaca/penonton/pendengar. Cara apa yang
kira-kira bisa menarik saya untuk mengapresiasi karya tersebut? Desain
bagaimana yang baik menurut saya? Dan seterusnya. Dan tentu saja, saya juga
harus percaya pada kekuatan karya itu sendiri. Karena, menurut saya, marketing seperti apa pun akan percuma
kalau produk yang ditunjangnya lemah. Mungkin hanya bisa jadi semacam kembang
api saja, meledak sesaat tapi tidak sustainable.
Jadi, marketing bagi saya nomor dua atau tiga. Lebih penting fokus dulu
pada kekuatan karyanya.
Untuk ide yang berbau bisnis (baca: bisa diuangkan), bagaimana
Anda memonetisasi ide kreatif tersebut jadi bisnis yang menghasilkan pemasukan
uang?
Ide monetisasi banyak, tapi yang sustainable tidak banyak. Saya rasa yang paling bijaksana adalah fokus pada beberapa channel monetisasi saja. Jangan terlalu banyak. Semua itu butuh energi, fokus, dan waktu. Banyak juga seniman yang disibukkan oleh monetisasi sampai akhirnya tidak punya energi lagi untuk berkarya. Meski demikian, mengikuti perkembangan adalah penting. Apalagi dalam dunia digital, inovasi baru selalu ada. Jadi, pandai-pandai saja memilih.
Apakah Anda menjalin kemitraan dengan pihak lain dalam mewujudkan
ide-ide kreatif Anda? Dengan siapa? Bagaimana menggaet para mitra tersebut?
Misalnya dalam pembuatan/penerbitan buku, serta pembuatan film.
Seperti yang saya sebutkan,
untuk penerbitan buku, saat ini saya kerja sama dengan Bentang Pustaka. Untuk
film, saya pernah bekerja sama dengan Mizan Film, Starvision, Dapur Film, Keana
Production, dan Soraya Intercine. Dalam kasus saya, karena karyanya sudah ada
duluan, biasanya sayalah pihak yang dikontak dan bukan sebaliknya. Sama halnya
seperti semua kerja sama, kita pastinya saling menjajaki kecocokan dulu. Karena
bisa jadi ada satu karya yang diincar oleh beberapa pihak sekaligus, ya
akhirnya ada proses seleksi.
Apa yang Anda lakukan agar ide kreatif itu bisa terus muncul dan berkesinambungan?
Apa yang Anda lakukan agar ide kreatif itu bisa terus muncul dan berkesinambungan?
Terus memelihara rasa ingin
tahu.