Hai Dee, apa kabar? Apa kegiatannya sekarang?
Kabar baik. Sekarang ini saya lebih banyak di rumah.
Apakah istirahat karena
baru melahirkan Perahu Kertas, atau malah tambah sibuk nih?
Sempat sibuk selama dua minggu untuk mempromosikan Perahu Kertas di radio,
teve, dan toko buku. Tapi setelah itu saya memang sudah kembali istirahat untuk
mempersiapkan kelahiran anak ke-2 saya.
Bagaimana rasanya punya
’bayi baru’ Perahu Kertas?
Sebagaimana rasanya setiap punya buku baru, ya lega, senang, semangat,
dsb.
Sebenarnya sudah berapa
lama ide dasar Perahu Kertas mengendap? Apakah yang sudah jadi pada 11 tahun
lalu Perahu Kertas dalam bentuk ide, atau sudah berupa naskah kasar?
Pertama kali saya menuliskan naskah Perahu Kertas yakni tahun 1996,
waktu saya juga masih kuliah. Judul aslinya dulu “Kugy & Keenan”, dan saya
hanya sanggup mengerjakan sampai naskahnya ¾ selesai karena mentok alias “habis
bensin” di tengah jalan. Naskah itu kemudian saya tinggalkan dulu, tapi
disimpan terus, karena dalam hati saya bertekad untuk menyelesaikannya suatu
hari nanti.
Dari mana Dee
mendapatkan ide? Adakah orang-orang ’nyata’ di sekitar Dee yang menjadi ide
dasar karakter-karakter di buku ini?
Saya kangen sama cerbung-cerbung yang dulu banyak di majalah remaja, dan
saya juga banyak terpengaruh dari komik drama serial Jepang, dan semua itu
lantas memotivasi saya untuk menuliskan Perahu Kertas. Nggak ada orang ‘nyata’
yang menjadi ide dasar. Tapi saya banyak mengambil unsur-unsur kecil dari
orang-orang di sekitar saya, terutama teman-teman kampus, yang namanya banyak
saya pakai di dalam buku Perahu Kertas.
Bagaimana proses
kreatifnya?
Saya menulis Perahu Kertas versi baru ini dari nol lagi. Jadi naskah
lama tidak dipakai sama sekali, hanya ide dasarnya saja yang dipertahankan.
Cukup banyak eksperimen baru yang saya lakukan dalam menuliskan Perahu Kertas
versi baru ini. Salah satunya adalah mencoba disiplin waktu, yakni menulis
tidak lebih dari 60 hari kerja. Saya juga menyewa tempat kos khusus untuk
menulis, jadi ada semacam kantor tempat saya ‘bekerja’ setiap hari. Proses hari
per harinya pun saya tuliskan dalam sebuah blog (www.dee-55days.blogspot.com) yang
bisa diikuti secara terbuka oleh orang-orang.
Apa yang Dee ingin sampaikan
kepada pembaca dengan isi cerita Perahu Kertas?
Perahu Kertas banyak bercerita tentang kejujuran, baik dalam mencintai
maupun dalam meraih cita-cita. Cerita ini juga mengungkap mekanisme dalam
hidup: kapan kita berserah, kapan kita bertahan, dan bagaimana intuisi
sebetulnya mampu memberi petunjuk itu.
Apakah Dee ingin
memotivasi pembaca untuk mewujudkan obsesi-obsesinya? Dee sendiri, apakah sudah
merasa perahu kertas Dee telah berlabuh?
Sejujurnya nggak ada keinginan khusus, kalau ada yang tergerak atau
terinspirasi ya syukur, kalau enggak juga nggak apa-apa. Dalam menulis saya
lebih banyak digerakkan oleh keinginan untuk sharing dari diri saya pribadi, bukan untuk memotivasi orang.
Apakah menjadi penulis
memang keinginan mendasar Dee? Apakah sudah mewujudkan keinginan terdalam Dee?
Bagaimana rasanya? Seperti Keenan yang ingin jadi pelukis, apakah Dee memendam
keinginan-keinginan lain yang Dee belum wujudkan? Apa itu?
Sejauh ini sih saya merasa sudah berada di jalur yang memang saya suka
dan saya bisa, yakni menulis dan musik.
Tentang kepenulisan,
bagaimana Dee bisa mempertahankan keajegan menulis, dan memasang deadline untuk
diri sendiri? Adakah menjadwal waktu khusus untuk menulis? Jam berapa?
Biasanya sih enggak, tapi khusus ketika menulis Perahu Kertas saya
memang membuat jadwal khusus. Jamnya fleksibel, yang penting realistis dan bisa
sejalan dengan kegiatan saya lainnya. Jadi setiap harinya bisa beda-beda. Untuk
buku berikut saya bisa saja memakai sistem yang sama, tapi belum tahu juga.
Lihat nanti.
Ada ‘ritual khusus’
dalam menulis? Misalnya, harus siap dengan secangkir teh, pasang aromaterapi, setel
musik tertentu? Kalau sambil dengerin musik, apa musik favorit Dee saat
menulis?
Saya nggak bisa dengar musik kalau menulis. Harus hening. Minuman dan
makanan tergantung mood saat itu. Keheningan hanyalah satu-satunya syarat
mutlak saya untuk menulis. Semakin sedikit distraksi semakin baik.
Setelah Perahu Kertas,
apa yang ingin Dee tuliskan? Ceritakan dong proyek buku terbarunya itu. Atau
masih ingin beristirahat?
Mau lahiran anak dulu aja, sesudah itu baru menulis lagi.