Apa yang melatarbelakangi Dewi Lestari banyak menulis tentang pencerahan,
spiritualitas, dan kehidupan? Adakah sebuah kejadian dalam hidup yang membuat Dewi
akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang penulis?
Untuk menulisnya sendiri sudah
hobi dari kecil. Tapi saat saya menuliskan Supernova pada tahun 2000, itu
memang didorong oleh peristiwa pribadi yang terjadi pada hidup saya. Singkat
kata, Supernova adalah refleksi dari perjalanan spiritualitas saya.
Beberapa novel karya Dewi yang sudah diterbitkan, hampir semuanya
diterbitkan secara indie/self published, kenapa Dewi memilih untuk
menerbitkannya sendiri? Ada alasan khusus? Apakah terkait dengan menjaga
idealisme?
Keputusan saya self-publishing sebetulnya lebih seperti
"kecemplung". Waktu itu saya tidak begitu pede bahwa Supernova akan
diterima penerbit, sementara saya ingin menerbitkan Supernova menjadi buku
sebagai hadiah ultah saya yang ke-25. Jarak antara manuskrip selesai ke ultah
saya hanya 4 bulan. Saya pikir itu terlalu mepet untuk dibawa ke penerbit
karena ada risiko harus antre, dsb. Jadi saya terbitkan sendiri. Selebihnya sih
karena sudah kadung menjalankan saja. Setelah terasa kerepotan baru saya
melirik kerjasama dengan penerbit lain.
Sebelum Dewi meluncurkan novel pertama Supernova: Ksatria, Puteri, dan
Bintang Jatuh, dan meledak di pasaran, apakah Dewi pernah menawarkan naskah
awal ke penerbit-penerbit konvensional (major publisher)? Apakah ditolak? Bila
ditolak, apa yang menjadi alasan dari penolakan tersebut?
Saya nggak sempat ke penerbit.
Apa tanggapan Dewi melihat saat ini banyak penulis yang memilih untuk
menggunakan jalur self publishing?
Menurut saya, jalur self publishing adalah jalur alternatif
yang baik. Tentu ada risiko dan konsekuensi sendiri. Tapi jika cuma bersandar
pada kans yang dibuka oleh penerbit-penerbit besar, menurut saya itu juga akan
meredam kreativitas dan semangat kepenulisan.
Ada anggapan miring yang menyatakan bahwa banyak penulis yang memilih self
publishing karena mereka ditolak oleh penerbit, hanya mencari ketenaran dengan
cara singkat, dan kualitas karya yang dihasilkan pun patut dipertanyakan.
Bagaimana komentar Dewi terhadap anggapan miring tersebut?
Tujuan saya self publishing waktu itu sangat sederhana, yaitu menghadiahi diri
sendiri kado ultah berupa buku. Saya nggak peduli bakal laku atau tidak, jadi
tenar atau tidak. Toh, waktu itu saya sudah jadi penyanyi. Jadi saya tidak lagi
mencari pengakuan semacam itu.
Proses apa saja yang telah dilalui (atau mungkin harus dilalui) oleh
Dewi ketika menerbitkan seluruh karyanya melalui jalur self publishing?
Sebagai catatan, karya saya yang
murni self publish sebetulnya hanya
satu, yakni Supernova episode pertama (KPBJ). Pada Akar, Petir, Filosofi Kopi, saya
sudah bekerja sama dengan penerbit lain. Saya masih memproduseri, tapi sudah
ada penerbit yang mem-backup saya. Untuk self publishing sendiri tentunya yang
dibutuhkan adalah modal (tergantung bukunya laku atau tidak, semakin bukunya
laku, otomatis modal cetak yang dibutuhkan lebih besar lagi), lalu SDM. yakni
staf atau orang-orang yang menjalankan produksi, pengecekan ke distributor,
promosi, dan hal-hal administratif lainnya.
Apa saja yang harus dilakukan oleh seorang penulis pemula (strategi)
jika ingin menerbitkan karyanya melalui jalur self publishing agar tidak
dipandang sebelah mata?
Memiliki semua yang saya
sebutkan di atas. Self publishing
amat tergantung dari animo pembaca yang menyambutnya. Jika sambutannya
sederhana, maka penerbitan bukunya pun bisa sederhana, bahkan mungkin
dijalankan sendirian oleh penulisnya. Semakin bukunya bergaung dan diminati
secara luas, sistem kerja dan modal yang dibutuhkan juga akan semakin kompleks.
Jadi minimal si penulis harus mengecek betul kesiapannya: modal, SDM, tekad,
dan kesiapan untuk repot.
Apa yang menjadi sisi positif dan negatif bagi penulis jika memutuskan
untuk melakukan self publishing? Sepanjang pengalaman melakukan self publishing,
apa manfaat yang dirasakan oleh Dewi sebagai seorang penulis?
Positifnya, penulis memiliki
kendali yang lebih luas, sistem yang otomatis lebih transparan, dan banyak
pengalaman bermanfaat. Tantangannya, lebih repot, energi dan fokus terkuras,
bisa-bisa habis tenaga untuk menulis buku berikutnya, dan kemungkinan rugi
secara finansial. Yang saya rasakan juga kurang lebih sama. Dengan pernah
menerbitkan sendiri, saya jadi paham betul proses produksi dan cukup tahu cara
kerja industri perbukuan itu seperti apa. Repotnya juga banyak, antara lain
saya harus mengurus staf, administrasi, dan banyak hal-hal teknis lain yang
menguras energi.
Menurut Dewi adakah kekurangan dari proses self publishing yang
sekarang banyak dilakukan oleh penulis-penulis pemula?
Saya kurang tahu bagaimana
proses self publishing yang dijalankan
penulis lain, jadi tidak bisa berpendapat soal ini.
Bagaimana Dewi melihat tren self publishing di Indonesia ke depannya?
Entah ke depannya. Yang jelas,
sekarang ini semakin banyak mitra-mitra independen untuk menerbitkan buku,
terutama dengan adanya sistem POD (Print On Demand), yang itu bisa membantu
penulis untuk tidak terbebani dengan modal cetak yang besar di depan. Begitu
juga dengan perkembangan buku digital. Rantai antara penulis dan pembaca
semakin pendek karena tidak lagi harus berurusan dengan toko buku fisik,
distribusi fisik, dll. Jadi pasti akan ada perkembangan yang menarik.
Ada saran bagi penggemar Dewi yang berniat menjadi seorang penulis?
Berani gagal, berani memiliki
karya yang tidak selesai, berani mencoba lagi, dan berani menghadapi
kesuksesan. Semuanya itu memiliki konsekuensi. Yang jelas, menulislah apa yang
kita suka. Tulislah buku yang ingin kita baca.
Dari info yang kami dapatkan, pada bulan April ini, Mbak Dewi akan
merilis novel terbaru berjudul Partikel, bisa ceritakan sedikit kepada para
penggemar Dee tentang novel terbarunya?
Partikel adalah episode keempat
dari serial Supernova, terbit serentak tanggal 13 April 2012 ini. Sebagai buku
yang sudah ditunggu delapan tahun, saat-saat ini menjadi momen yang mendebarkan
bagi saya. Partikel sendiri akan banyak bercerita tentang lingkungan,
shamanisme, ET, dan konflik keluarga.