Pertanyaan
untuk SUPERNOVA :
Ada kesan bahwa novel ini seperti
“memutarbalikkan” moral masyarakat melalui kontradiksi antar karakternya
(karakter homoseksual antara Dimas dan Reuben, Rana yang sudah menikah namun
jatuh cinta pada Ferre, Diva yang menjual dirinya namun memiliki intelek yang
tinggi). Bagaimana tanggapan Anda? Apakah
tujuan yang ingin Anda capai melalui karakter-karakter tokoh yang sepertinya
berlawanan dengan moral umum di masyarakat?
Ya, betul sekali. Itu memang
menjadi sebuah kesengajaan. Intinya, saya ingin menggambarkan bahwa secara
superfisial banyak hal yang mengecoh kita, padahal ketika digali lebih dalam,
esensinya bisa bertolak belakang dari kesan luarnya. Dari Reuben dan Dimas,
saya ingin menggambarkan bahwa hubungan cinta yang sehat dan konstruktif bisa
terjadi secara universal, tidak dibatasi oleh preferensi seksual. Dengan Diva,
saya ingin mengajak orang-orang berefleksi bahwa ternyata pelacuran terjadi di
mana-mana. Pelacuran pikiran, pelacuran harga diri, identitas, dan bukan
semata-mata pelacuran fisik saja. Begitu juga dengan Ferre dan Rana yang
cintanya menerabas keterbatasan sosial. Semata-mata karena mereka menemukan
esensi yang berbeda dari apa yang mereka temukan di lapisan superfisial.
Seberapa
besar realitas kehidupan Anda, Anda tuangkan dalam khayalan di novel Supernova?
Atau ada juga elemen-elemen yang diadaptasi dari kehidupan nyata orang-orang di
sekitar Anda?
Proses kreatif adalah proses yang cair. Saya tidak pernah
mematok berapa porsi kehidupan nyata, hasil riset, imajinasi, yang kemudian
saya tata menjadi cerita. Semua cerita saya selalu mengandung unsur kehidupan
nyata, observasi, riset, dan imajinasi. Saya kadang meminjam nama orang di
sekitar kita, beberapa potong babak kehidupan mereka, tapi kebanyakan adalah
fiksi tentunya.
Apakah Anda sendiri setuju dengan cara
pandang karakter Diva dan Rana dalam masalah cinta?
Dalam berkarya saya selalu
mengajak orang untuk bertanya, terlepas saya setuju atau tidak, orang lain
setuju atau tidak. Jadi, yang saya muat dalam cerita bukan persetujuan saya
atas sesuatu, tapi pertanyaan saya atas sesuatu. Saya tidak otomatis setuju
dengan Diva dan Rana, tapi pertanyaan mereka adalah pertanyaan saya. Bagaimana
cara menjawabnya, menurut saya itu tidak lagi penting. Karena proses hidup akan
mengantarkan kita masing-masing kepada jawaban yang kita butuhkan. Tapi dalam
cerita, yang saya bawa adalah pertanyaan.
Pertanyaan
untuk PERAHU KERTAS:
Mohon penjelasan dari Mbak
Dewi, latar belakang Anda memutuskan untuk menggambarkan karakter utama
Kugy dan Keenan?
Saya hanya ingin menggambarkan
dua orang yang punya ikatan yang mendalam, yang mereka temukan dalam berkarya.
Tapi di luar itu, jalan mereka rumit dan berputar-putar. Kugy dan Keenan
keduanya adalah sosok yang sukar dipahami orang umum, mereka punya keunikan dan
dunia sendiri. Tapi, mereka berdua saling memahami dengan sangat baik.
Seberapa besar realitas kehidupan Anda,
Anda tuangkan dalam khayalan di novel Perahu Kertas? Atau ada juga
elemen-elemen yang diadaptasi dari kehidupan nyata orang-orang di sekitar Anda?
Jawaban
sama dengan pertanyaan no 3 di Supernova.
Apakah ada makna tertentu di balik konflik yang dialami
karakter lain (seperti Wanda, Eko, Noni, Remy)?
Konflik antar mereka menurut
saya merepresentasikan banyak konflik serupa di kehidupan nyata. Persahabatan
yang diuji, cinta yang diuji, dan sebagainya. Intinya adalah, kejujuran akan
selalu lebih baik. Konflik yang terjadi di antara mereka adalah akibat
banyaknya hal-hal yang ditutupi, meski niat mereka bukan membohongi. Demi
kebaikan mereka merasa lebih baik untuk tidak sepenuhnya terbuka. Namun, pada
akhirnya ketika semuanya terungkap, meski menyakitkan, hasil akhirnya tetap
lebih baik, dan akhirnya mereka jadi saling menguatkan.