Bagaimana
pandangan Mbak Dee akan proses pemilihan Presiden RI tahun ini (2014) jika dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya?
Sejauh ini, saya melihat pilpres 2014
menjadi momentum pendewasaan bagi rakyat Indonesia, khususnya generasi muda.
Animo, antusiasme, dan keterlibatan orang-orang di dalam pilpres luar biasa
tahun ini. Relawan, dari berbagai kalangan, berusaha memberikan kontribusi apa
pun sesuai keahlian mereka. Bisa dibilang, masyarakat punya rasa kepemilikan
tinggi di pilpres kali ini. Di lain sisi, pilpres kali ini juga memunculkan
sisi-sisi terburuk dari politik yang tidak pernah kita saksikan sebelumnya.
Fitnah, kampanye hitam, bias media, fanatisme, dan sebagainya, juga memuncak.
Pada saat yang bersamaan, bangsa kita kayak lagi detoks. Segala yang
buruk-buruk naik ke permukaan. Mudah-mudah berakhir baik.
Banyak musisi
dan artis yang secara terbuka berbondong-bondong memberikan dukungannya pada
pasangan capres Jokowi-JK. Selaku sosok yang juga bergelut di dunia kreatif dan
seni, bagaimana Anda melihat hal ini?
Saya rasa dukungan itu sejatinya
didasari oleh pilihan mereka sebagai warga negara biasa. Mungkin ada yang
didorong oleh kesukaan mereka pada Jokowi-JK, ada juga yang didorong oleh
keinginan terbebas dari oligarki lama, dsb. Hanya karena mereka bergerak di
bidang seni, akhirnya ya aspirasi itu tercetus dalam format seni juga. Entah
itu tulisan, karya musik, konser, dsb. Pada intinya, kali ini kita memang
terdorong untuk melakukan sesuatu.
Media sosial
turut meramaikan pesta demokrasi kali ini. Apakah Anda juga aktif menyerukan
pendapat di media sosial? Dan seberapa efektifkah suara di medsos (Twitter,
Facebook, dll) terhadap situasi di kehidupan nyata (offline)?
Belakangan, saya memilih aktif. Saya
juga ikut tergabung dalam gugus relawan Seni Kreatif untuk Jokowi JK. Bagi
saya, ini persimpangan yang sangat penting. Banyak yang memilih diam atau
netral atas berbagai pertimbangan, dan itu saya hargai juga. Saya pun begitu
tadinya. Memang tidak begitu mudah untuk yang nggak biasa bersuara soal
politik, tahu-tahu ikut vokal. Mungkin rasanya nggak nyaman, atau sungkan pada
penggemar/fans. Cuma, kalau bagi saya, semua itu jadi kalah penting
dibandingkan momentum yang terjadi. Efektivitas media sosial sebetulnya sudah
diulas di beberapa media oleh analis-analis, bahwa elektabilitas Jokowi-JK
rebound pada saat-saat terakhir, salah satunya akibat media sosial. Jadi,
ternyata media sosial punya efek. Perlu dipahami, bahwa gerakan di media sosial
bukan untuk mengonversi pendukung dari pihak yang berseberangan, melainkan
untuk meraih suara dari swing voters atau para pemilih yang belum memutuskan.
Mereka ini kebanyakan diwakili profil anak-anak muda, melek teknologi, dan
merupakan pemilih pemula. Profil seperti itu banyak sekali ditemukan di media
sosial. Karena itulah media sosial menjadi penting. Keriuhan di media sosial
biasanya juga akan ditangkap oleh media konvensional. Jadi efek riaknya
panjang.
Bagaimana sosok pemimpin ideal menurut Anda?
Bagi saya, pemimpin ideal untuk
Indonesia saat ini adalah orang yang bersih dan mau kerja. Itu saja. Pemimpin
yang pandai retorika, kharismatik, tampak berwibawa, intelektual, itu juga
bagus. Tapi kalau kembali ke realitas saat ini, menurut saya Indonesia lebih
butuh orang yang bersih, jujur, dan fokus kepada implementasi. Kita sudah punya
segalanya, dari sumber daya manusia sampai sumber daya alam. Yang kurang cuma
pemerintahan bersih dan orang-orang mau kerja yang berpihak kepada publik. Kepercayaan
kita kepada pemerintah dan politik sudah sangat rendah. Kita butuh angin segar.
Kalau enggak, Indonesia akan jalan di tempat. Kita akan semakin frustrasi
dengan politik dan generasi muda akan semakin apatis.
Wawancara ini dilakukan sebelum KPU mengumumkan hasil resmi
penghitungan suara Pilpres. Siapapun Presiden RI terpilih nantinya, apa
harapan-harapan Anda terhadap beliau?
Karena pembentukan opini yang begini runcing
dan praktik-praktik kampanye hitam, saat ini masyarakat kita seperti terbelah
dua. Saya harap Presiden RI nanti mampu merekonsiliasi kedua pihak. Mampu
membuktikan apa pun yang ia janjikan kepada rakyat. Kita sekarang sudah beda
dengan dulu. Teknologi, media sosial, ditambah dengan kepedulian masyarakat
yang meningkat terhadap politik, seharusnya membuat pemerintah semakin
berhati-hati dalam melangkah. Siapa pun Presiden RI nanti, rakyat akan tambah
lekat mengawasi.