Kebanyakan orang
memiliki resolusi hidup yang ingin dicapai setiap kali pergantian tahun. Apakah
Anda termasuk salah satunya? Bila iya, dalam hal apa saja resolusi tahunan yang
Anda buat?
Sudah lama sekali tidak punya resolusi tahunan. Mungkin
terakhir bikin waktu masih kuliah. Sekarang sih menjalani hidup apa adanya
saja.
Resolusi apa yang
Anda ingin capai pada saat awal tahun 2009 lalu? Dan, apakah resolusi itu dapat
diwujudkan?
Merujuk ke jawaban no 1, saya nggak punya resolusi.
Menurut Anda,
pentingkah seseorang memiliki resolusi dalam hidupnya? Mengapa?
Menurut saya, nggak ada jawaban general yang bisa berlaku
untuk semua orang. Akan selalu tergantung kebutuhan orang itu sendiri.
Barangkali ada yang merasa terbantu dengan memiliki resolusi, karena jadi ada
target untuk dikejar. Tapi ada juga yang mungkin tidak merasa terlalu perlu
punya resolusi, saya salah satunya. Sesekali saya tetap punya target, tapi saya
tidak menjadikannya kegiatan rutin. Kalau memang diperlukan saja.
Apakah Anda termasuk
orang yang menganggap pergantian tahun patut dirayakan?
Sekarang ini saya rasanya lebih santai melihat pergantian
tahun. Kalau memang ada kesempatan merayakan, oke. Kalau enggak pun nggak apa-apa.
Esensinya, kan, semua tanggal pun tidak ada yang berulang dua kali, jadi setiap
hari sebetulnya sama spesialnya.
Biasanya, dengan cara
apa Anda menutup tahun?
Belakangan lebih banyak di rumah bersama keluarga. Dengar
suara kembang api dan kadang-kadang nonton kembang api di langit kalau lagi
ada. Pada saat tengah malam, saya dan Reza selalu bermeditasi sejenak. Setelah
lewat tengah malam baru tidur.
Sudah ada rencana
untuk akhir tahun 2009?
Untuk akhir tahun ini nggak ada. Tapi Oktober lalu saya
baru melahirkan anak ke-2, jadi akhir tahun ini kami punya anggota keluarga
baru. Bagi saya itu sudah cukup menjadikan akhir tahun 2009 ini ekstra spesial.
Sudahkah Anda
menetapkan apa yang ingin Anda capai di tahun 2010?
Ada beberapa agenda pekerjaan yang memang jatuhnya di tahun
2010, antara lain beberapa judul buku baru. Tapi saya tidak menjadikannya
resolusi, sekadar agenda kerja saja.
Apakah Anda sudah
puas dengan hidup yang sudah Anda miliki dan jalani saat ini? Kalau belum, apa
yang dirasa masih kurang dalam pencapaian hidup Anda?
Puas-puas saja. Impian atau proyeksi masa depan tetap ada,
tapi itu rasanya tidak sampai membuat saya merasa kurang dengan apa yang saya
punya sekarang.
Pernahkah Anda merasa
menyerah dalam menghadapi suatu masalah?
Menurut saya, tahu kapan kita menyerah dan kapan kita
berjuang adalah seni yang harus terus digeluti dalam hidup. Entah itu menyerah,
bertahan, atau berjuang, bagi saya yang lebih penting adalah berpasrah dalam
segala prosesnya. Menyadari dan menerima bahwa apa pun yang kita pikirkan dan
rencanakan belum tentu akan terwujud dan belum tentu adalah yang terbaik.
Menjalani hidup secara sadar bagi saya lebih esensial.
Bila hal di no.9 tadi
sedang melanda, apa yang Anda lakukan untuk membangkitkan kembali semangat
hidup?
Sekadar menyadari bahwa segala sesuatu tidak ada yang
tetap. Kesedihan tidak tetap, kesialan tidak tetap, semua itu akan berlalu jika
memang sudah saatnya. Sebaliknya pun sama. Nasib mujur tidak tetap, kegembiraan
pun tidak tetap. Jadi kedua sisi itu nggak usah terlalu digigit kuat. Biarkan
saja mereka hadir bergiliran sesuai waktunya.
Kesibukan apa yang
sedang Anda lakukan saat ini?
Saat ini saya mau konsentrasi mengurus anak ke-2 saya dan
keluarga. Lebih banyak ingin kerja dari rumah saja dan mengurangi kegiatan di
luar kalau nggak perlu-perlu banget. Ada beberapa naskah buku yang tengah
dipersiapkan.
Anda pertama kali
terjun di dunia entertainment sebagai penyanyi, lalu belakangan orang mengenal
Anda sebagai salah satu penulis wanita yang telah menerbitkan karya-karya tulis
yang luar biasa. Mana sebenarnya yang lebih mencerminkan diri Anda sendiri,
penyanyi atau penulis?
Bagi saya pribadi, musik dan menulis tidak bisa dipisahkan.
Keduanya merupakan bagian inheren dari diri saya. Keduanya merupakan jalur saya
berekspresi. Tinggal waktunya saja, kadang-kadang yang muncul adalah keinginan
menulis, kadang-kadang bermusik. Jadi, hanya momen dan timing-nya saja yang
bervariasi, tapi jalur ekspresinya ya hanya dua itu.
Ke depannya, apakah
rencana Anda, apakah fokus pada dunia tarik suara atau dunia tulis-menulis?
Masih di dua-duanya. Tapi untuk jangka waktu dekat, saya
masih harus menyelesaikan beberapa naskah tulisan saya.
Oktober lalu, Anda
melahirkan anak ke-2. Bagaimana cara Anda membagi waktu secara adil, antara
keluarga dan karier? Apalagi saat ini, promo album terbaru Anda juga masih
berlangsung?
Sejak dulu, prinsip saya tentang prioritas adalah melihat
situasi dan kondisi serealistis mungkin. Saat ini, saya memilih untuk fokus
pada keluarga dan anak-anak saya dulu, khususnya anak ke-2 saya yang baru
lahir. Untuk promo, kalau album sih sudah rilis dari tahun lalu jadi sudah
tidak lagi intensif promonya. Yang paling baru justru buku (Perahu Kertas), dan
sekarang buku itu tetap berpromo, tapi tidak dengan cara menghadirkan saya
secara fisik, jadi lebih ke pemakaian media cetak seperti poster, banner,
iklan, dsb. Syukurnya, meski dengan begitu, Perahu Kertas tetap bisa jadi
best-seller.
Bagaimana tanggapan
anak pertama dalam menerima kehadiran adik baru dalam hidupnya?
Keenan, anak pertama saya, sangat antusias sekali dengan
kehadiran adiknya. Dari waktu hamil, dia sudah nagih-nagih untuk adiknya cepat
keluar. Dan sekarang, dia sayang sekali dengan adiknya. Keenan selalu
membanggakan ke orang-orang bahwa sekarang dia sudah punya adik perempuan.
Bagaimana cara Anda
memperlakukan dengan adil kedua buah hati Anda?
Sebisa mungkin saya tetap kasih porsi perhatian saya pada
Keenan. Kami punya ritual yakni membaca cerita sebelum dia tidur, jadi walaupun
sekarang sudah ada adiknya, saya tetap sebisa mungkin mempertahankan ritual,
tsb. Cara lain adalah dengan melibatkan Keenan dalam kegiatan mengurus adiknya:
mengajarkan dia cara membelai, meminta tolong dia untuk menjaga adiknya, dsb.
Apakah kendalanya membesarkan anak dengan dua ayah yang
berbeda? Apakah itu terkadang membuat Anda susah, atau malah memberikan warna
tersendiri dalam hidup Anda?
Sebelum Atisha, anak ke-2 saya lahir, ikatan antara Keenan
dan Reza sudah sangat kuat. Jadi tidak ada kesulitan sama sekali. Dan sejak
saya hamil Atisha, Keenan sudah kami libatkan dari mulai proses kehamilan,
bahkan saat kelahiran. Jadi ikatan antara satu sama lain dalam keluarga kecil
kami tidak pernah terputus atau merenggang dengan perubahan ini. Kuncinya, ya,
dengan cara melibatkan Keenan secara perlahan namun kontinu dalam semua
perubahan yang terjadi.
Pernahkan anak
pertama Anda mengeluhkan kurangnya perhatian Anda kepadanya, dan bagaimana Anda
menyikapinya?
Sejauh ini sih nggak pernah, karena yang kasih perhatian
sama dia banyak sekali. Saya malah bersyukur dia punya banyak keluarga. Karena
dengan demikian dia bisa punya variasi dan curahan kasih sayang dari
kiri-kanan, nggak hanya menuntut dari kami saja. Setiap akhir pekan dia punya
kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama ayah kandungnya atau nenek-kakeknya
di Bandung. Meski demikian, Keenan memang menghabiskan waktu paling banyak
dengan saya dan Reza. Jadi sebagai sebuah unit keluarga, memang kami harus
solid supaya Keenan tetap merasa stabil di mana pun dia berada.