Sudah berapa kali Anda melakukan retret
meditasi? Sudah ke mana saja dan bertemu dengan guru siapa saja?
- 2007: Mindfulness Retret, Hong Kong. Pembimbing: Thich Nhat Hanh (Zen Master dari Plum Village, Prancis).
- 2007 (dua kali): Meditasi Mengenal Diri (MMD), Vihara Mendut. Pembimbing: Hudoyo Hupudio.
- 2007: Enlightenment Intensive, Anahata Resort – Ubud. Pembimbing: Jack Wexler.
- 2008: Mahamudra 1 & 2, Jakarta. Pembimbing: Mingyur Rinpoche (Buddhist Zen Master, dari Tibet).
- 2009: Retret “Geming, Hening, Bening”, Anahata Resort – Ubud. Pembimbing: Reza Gunawan.
Ke mana dan kapan Anda pertama kali melakukan
retret meditasi itu? Kenapa Anda memilih tempat itu?
Pertama-tama, pilihan retret itu
bukan karena tempat, tapi siapa pembimbingnya. Saya pengagum karya-karya Thich
Nhat Hanh, dan beliau sudah berkeliling dunia untuk mengadakan retret. Tahun
2007 kebetulan beliau ke Hong Kong, yang menurut saya cukup dekat ketimbang
harus pergi ke Prancis, ke monastery-nya. Bagi saya, satu pengalaman yang
berbeda ketika kita membaca karya seseorang dan kemudian berpraktek langsung di
bawah bimbingannya. Yang satu hanya pengalaman nalar, sementara berpraktek
langsung merupakan pengalaman lahir batin yang komplet.
Ketika pergi untuk yang pertama kalinya, apa
yang mendorong atau memotivasi Anda untuk melakukan retret meditasi?
Bermeditasi itu cuma jadi sebatas
pengalaman intelektual kalau kita hanya membaca dan mendiskusikannya. Meditasi
baru bisa punya kekuatan transformatif jika dilaksanakan dan dicicipi langsung
manfaatnya. Hadirnya pembimbing juga sangat membantu karena mereka bisa memberi
pengarahan langsung, bahkan kehadiran mereka saja secara energetik sudah punya
kekuatan tersendiri. Jadi, yang ingin saya alami adalah sebuah pengalaman
langsung.
Perasaan apa yang timbul ketika Anda
melakukan retret meditasi (misal: terharu, damai, self-fulfillment, dsb.) dan
apa yang bisa menyebabkan Anda merasakan perasaan itu?
Seringnya adalah ‘a-ha moment’ yang terjadi di ujung retret.
Macam-macam istilahnya, ada yang bilang itu pencerahan kecil, atau satori, dsb.
Kalo perasaan yang timbul sih nggak semuanya bersifat tenang, damai, dsb.
Terkadang dalam retret yang intensif, justru kita harus berani menghadapi
“inner demons” kita. Semua trauma, luka batin, dsb, bisa keluar dan
teramplifikasi pada saat retret, tapi di sanalah justru proses penyembuhan
terjadi. Yang penting dalam retret adalah jangan punya ekspektasi yang melulu
cuma bagus dan enak-enaknya saja, justru kita harus siap dengan segala
kemungkinan dan menghadapi diri sendiri.
Apakah setiap retret meditasi itu menimbulkan
perasaan atau kesan yang sama? Perjalanan yang mana yang menimbulkan perasaan
atau kesan paling mendalam? Kenapa?
Setiap retret beda-beda. Tergantung situasi mental kita, jatah karma kita, dan juga dinamika yang terjadi antara kita, peserta lain, dan guru kita. Yang jelas, selalu ada pelajaran, pencerahan, pengalaman yang bermanfaat dari setiap retret. Setidaknya demikian dalam pengalaman saya pribadi.
Mengapa Anda merasa penting untuk melakukan retret
meditasi lebih dari sekali, apakah pengalaman yang kedua, ketiga, dan
seterusnya berbeda dari yang pertama? Bisa tolong ceritakan sedikit saja
mengenai ritual-ritual yang Anda lakukan dalam retret meditasi itu?
Setiap retret akan punya metode
tersendiri, tergantung tema dan pembimbingnya. Kalau Mindfulness Retret, kita
belajar cara untuk menjadi mindful atau
menyadari setiap yang kita lakukan, dari mulai makan, berjalan, dsb,
dikombinasi dengan ceramah, tanya jawab, dsb. Kalau Enlightenment Intensive,
kita menjalankan dyad yakni format
meditasi yang dilakukan berdua dengan peserta lain, dikombinasi juga dengan surrender meditation. Kalau MMD, kita full meditasi duduk dari subuh hingga
malam, diselingi tanya jawab, meditasi berjalan, dsb. Kalau Mahamudra bukan
format meditasi intensif, tapi lebih seperti proses belajar saja. Biasanya kalau
meditasi intensif sudah pasti harus menginap, ada noble silence yang artinya tidak berbicara selama retret (kecuali
saat tanya jawab).
Apakah Anda merasakan adanya spiritual
enlightenment dari retret meditasi yang Anda lakukan? Seberapa besar spiritual
enlightenment yang Anda rasakan? Dan apa penyebabnya?
Spiritual enlightenment
nggak bisa diukur besarnya. Kita hanya bisa merasakan efeknya pada pemahaman
dan hidup kita. Spiritual enlightenment
juga nggak bisa dijadikan tujuan, semakin dikejar malah semakin nggak
dapet. Ini sesuatu yang sulit dijelaskan, tapi harus dialami langsung.
Apakah ada perbedaan dengan spiritual
enlightenment yang timbul dengan hanya bermeditasi di rumah atau di Jakarta
saja?
Seberapa
lama spiritual enlightenment itu
bertahan setelah Anda pulang dari retret meditasi?
Tergantung seberapa rajin kita menjalankan
prakteknya dan mengaplikasikannya dalam keseharian. Semakin rajin, ya, semakin
lama efeknya.
Apa yang Anda lakukan untuk mempertahankan
spiritual enlightenment yang Anda dapatkan dari retret meditasi?
Luangkan waktu untuk bermeditasi
harian. Kebetulan, Reza suami saya, punya kegiatan meditasi kelompok setiap
hari Rabu. Kegiatan mingguan semacam itu juga membantu untuk mengasah kepekaan
kita sekaligus berbagi pengalaman bersama orang-orang lain.
Menurut Anda, sebenarnya apa definisi dari
spiritual enlightenment dan apa manfaatnya bagi kualitas kehidupan seseorang sebagai?