Apa pemahaman Mbak tentang imunisasi?
Bagaimana pendapat Mbak bila ada orangtua
yang tidak ingin mengimunisasi anaknya? Apa yang menjadi alasannya menurut
Mbak? Apakah jumlah mereka sudah banyak di Indonesia?
Bila Mbak – mohon maaf bila salah – juga berniat
untuk tidak mengimunisasi anak Mbak, apa yang menjadi alasan Mbak? Lalu, apa
yang Mbak lakukan agar anak Mbak tidak terjangkit penyakit yang sebenarnya bisa
dicegah dengan imunisasi?
Bila kebetulan anak sakit, termasuk sakit
yang bisa dicegah dengan imunisasi, tindakan apa yang
akan Mbak lakukan atau bagaimana menyikapinya?
Saya tidak anti vaksinasi, tapi saya mendukung perilaku konsumen medis
yang mempelajari dengan benar risiko dan kandungan yang terdapat pada vaksinasi
tersebut, baru kemudian memilihnya dengan sadar. Yang kurang berkenan bagi saya, adalah
perilaku membeo ikut arus vaksinasi hanya karena mayoritas orangtua yang lain
melakukannya, tanpa mempelajari sendiri riset yang ada, tanpa berkonsultasi
pada intuisi kita sendiri sebagai orang tua.
Imunisasi tidaklah bebas risiko bagi tubuh anak, meskipun dinyatakan
aman oleh beberapa pihak. Jika setelah dipelajari plus-minusnya, kita cek
intuisi kita, dan kita menyimpulkan vaksinasi tersebut diperlukan bagi sang
anak, maka silakan diteruskan. Kalau kesimpulan kita ternyata tidak, maka tidak
usah dipaksakan. Intinya, kita harus lebih kritis dan hati-hati.
Sistem kekebalan tubuh punya kekuatan alamiah yang luar biasa, selama
kita menjaga hidup yang sehat lewat nutrisi, olahraga, keseimbangan mental
emosional. Perlindungan vaksinasi, yang bersifat imunitas buatan, tidak pernah
juga efektif 100% dan jangka waktu perlindungannya pun terbatas. Jadi, pada intinya pencegahan penyakit tetap
harus dari gaya hidup sehat secara keseluruhan, tidak hanya mengandalkan vaksinasi
saja.
Saya dan keluarga memilih untuk mengobati secara alami terlebih dulu. Penyakit
bukanlah sesuatu yang selalu harus diperangi dengan segala cara, dan tubuh
sudah punya kecerdasan alamiah untuk menyembuhkan diri. Cuma karena kita terlalu
terbiasa menyikapi sakit dengan reaksi ketakutan, jadi muncul gejala sedikit
kita sudah cekoki berbagai obat, yang belum tentu ramah untuk tubuh.
Saya dan suami memutuskan untuk tidak memvaksinasi Atisha karena kami
justru ingin daya tahan tubuhnya berkembang maksimal tanpa intervensi yang
terlalu dini. Sejak kelahirannya dengan metode gentle birth di rumah, hingga sekarang di usianya hampir 15 bulan,
sistem imun Atisha keliatannya cukup kuat, jarang sekali sakit, dan belum
pernah diberi obat medis apa pun sama sekali. Bila anak kami sedang kurang
sehat, biasanya diterapi di rumah dengan pijat dan homeopati saja, serta
tentunya ASI bagi Atisha.
Jika suatu hari, kami merasa imunisasi diperlukan, kami akan memilih vaksinasi
homeopati yang berdasarkan riset, jauh lebih aman ketimbang vaksinasi alopati
(riset dokter Isaac Golden). Untuk referensi tentang imunisasi yang aman, kami
mempelajari antara lain: buku-buku & riset Sherri Tenpenny, MD (www.drtenpenny.com), film dokumenter Vaccine Nation – Gary Null, selain itu informasi mengenai vaksinasi
juga banyak di internet. Bagi saya sudah menjadi tanggung jawab orang tua untuk
menggali informasi tersebut, dan tidak hanya mengandalkan “kata orang”, atau
informasi dari satu dokter saja. Opini mengenai vaksinasi tidak berarti bebas
bias, jadi yang lebih penting, kita juga cek intuisi kita sebagai orang tua.