Wednesday, December 17, 2014

The Jakarta Globe | Madre | Juli, 2011


Why "Madre"?

Madre saya pilih sebagai judul dari antologi karena memang kisah "Madre" sendiri merupakan cerita yang paling panjang dan paling gres yang saya buat di dalam antologi tersebut. Antologi ini merupakan kompilasi karya saya selama lima tahun terakhir, dan "Madre" inilah yang paling "bungsu" alias paling baru dibuat.

Siapakah Madre? Sekadar tokoh karakter atau betulan ada? Apa yang menarik dari kisahnya?

Kisah Madre sendiri merupakan perwujudan minat saya terhadap dunia kuliner. Idenya saya dapat ketika saya kursus membuat roti dan jadi mengetahui apa yang dinamakan dengan "adonan biang". Madre adalah nama dari adonan biang atau "starter dough". Di Italia, adonan biang disebut juga "Paste Madre atau "adonan ibu". Jadi, Madre di sini bukan orang, melainkan makanan yang hidup.

Apakah menggambarkan sisi lain atau sisi baru seorang Dee?

Karena merupakan kompilasi lima tahun terakhir, bisa dibilang "Madre" secara keseluruhan merepresentasikan persepsi dan perenungan aktual saya tentang hidup.

Tema "dialog ibu dengan janinnya" dan "reinkarnasi" apakah merupakan kekuatan utama buku Madre? Atau ada tema/judul yang lebih menonjol?

Reinkarnasi, rebirth, kematian, soulmate jika diamati dengan saksama, merupakan benang merah dari rangkaian kisah dalam "Madre", walaupun penyajiannya berbeda-beda. Ada yang bentuknya seperti puisi, ada yang murni cerita.

Berapa buku pre-order yang telah dirilis dan ditandatangani?

Tadinya hanya 1250, tapi begitu isu pre-order ini dilontarkan ke pembaca, permintaan jadi membludak, dan akhirnya kami sepakat untuk merilis 2600 buku untuk pre-order yang ber-TTD.

Berapa buku per hari?

Tadinya saya pesimis bisa menyelesaikan dalam waktu cepat karena asisten rumah sedang pulang kampung sebulan, jadi saya full mengurus anak. Tapi ternyata 700-800-an buku bisa saya selesaikan tandatangannya dalam satu hari. Tiap anak saya tidur siang, saya baru tanda tangan buku.

Bagaimana mengatasi keletihan menandatangani buku-buku itu? 

Letih sih enggak, tapi karena repetitif jadi cenderung bosan. Disiasati dengan bersenandung, dan diselingi main dengan anak atau main game, hehe.