Apa
inspirasi utama menciptakan Perahu Kertas?
Perahu Kertas sebetulnya naskah lama, pertama kali saya tulis tahun
1996, dan kemudian saya tulis ulang lagi tahun 2007. Pada saat itu saya memang
ingin menulis cerita yang mengombinasikan kisah cinta dan mengejar cita-cita.
Pergelutan yang biasa dihadapi oleh anak-anak kuliahan. Dan saya terinspirasi
dari komik-komik drama serial Jepang yang saya suka (Popcorn, Topeng Kaca), dan
juga cerbung-cerbung majalah remaja zaman HAI dulu (Ke Gunung Lagi – Katyusha,
dll).
Bagaimana
cara mencegah kejenuhan dari pembuatan Perahu Kertas?
Saya
kayaknya nggak sempat merasakan jenuh waktu membuat Perahu Kertas karena
deadline-nya agak sempit. Saya malah sangat bersemangat karena sekaligus sedang
bereksperimen dengan sebuah metode penulisan (dari Steve Manning), dan saya
menjadikan Perahu Kertas sebagai ‘kelinci percobaan’-nya. Kalau capek ya ada,
tapi paling istirahat aja sebentar, lalu menulis lagi. Kalaupun ada jeda dari
menulis itu karena saya kebetulan lagi ada proyek dan pekerjaan lain yang nggak
bisa ditinggal, tapi bukan untuk lari dari kejenuhan.
Pesan apa yang sebenarnya ingin
disampaikan pada pembaca Perahu Kertas?
Berserah dan
percaya pada proses alamiah hidup sekaligus tahu kapan kita harus berjuang dan
bertahan, juga jujur pada kata hati.
Apakah ada rencana untuk membuat novel
sejenis Perahu Kertas lagi?
Mungkin.
Tapi setelah serial Supernova-nya selesai dulu.