Sunday, April 5, 2020

IDN Times | Menulis Lagu | Sept, 2019 | Febriyanti Revitasari


Gimana sih cara Mbak Dewi menyatukan syair yang bercerita dengan nada yang menyentuh?

Dalam penulisan lagu, saya memandang lirik dan nada adalah satu kesatuan. Keduanya saling menopang dan membangun. Jadi, kata-kata tertentu jika ditempel di atas melodi yang tidak sesuai, meski kata-kata itu puitis dan bagus, belum tentu punya efek kuat. Di dalam teori menulis lagu, kesesuaian tersebut dinamakan "prosody". Bagi saya, prosodi merupakan elemen terpenting dalam lagu.

Kayaknya, hampir gak ada lagu mbak yang gak laris manis. Apa ada ritual khusus kalau mau menciptakan lagu tersebut?

Tidak ada. Menulis lagu itu ada miripnya dengan menulis cerita, kita harus melakukan proses pengecekan dan penyuntingan berulang. Yang saya lakukan hanyalah mengecek dan menyunting berulang kali sampai segalanya pas.

Kapan nih album terbarunya Dewi Lestari keluar? Apa mau fokus nulis buku terus?

Sejujurnya, belum tahu kapan. Keinginan ada, tetapi saya sudah begitu lama tidak bermain di industri musik, jadi rasanya asing dengan peta industri musik saat ini yang sudah berubah jauh dibandingkan saat saya masih aktif dulu.

Setelah reunian sama Rida & Sita di Festival Mesin Waktu, apakah ada rencana membuat album RSD yang baru? Atau hanya akan konser reuni saja seperti di acara tersebut? Kenapa?

Kami pernah berbincang bertiga, dan kami sama-sama merasa bahwa album baru bukanlah tujuan kami, meski tidak menutup kemungkinan itu terjadi jika ternyata ada momen yang serba pas. Kami cukup senang dengan sesekali manggung bersama membawakan lagu-lagu RSD yang lama. Lagipula, yang ingin didengar oleh penonton adalah lagu-lagu kami yang lama. Karena itu pula, pentas-pentas yang selama ini mengundang kami memang konsepnya nostalgia. Dan, kami tidak keberatan dengan itu, malah senang.

Kalau bikin lagu, sudah ada bayangan belum siapa yang akan nyanyikan lagunya?

Kadang-kadang. Terkadang saya "meminjam" suara vokalis tertentu saat berproses kreatif. Namun, hasil akhirnya belum tentu vokalis yang saya bayangkan itu yang menyanyikan.

Menurut Mbak Dewi, perempuan hebat itu seperti apa?

Yang nyaman dengan dirinya sendiri dan punya manfaat untuk orang lain.

Di era yang semakin canggih seperti sekarang, perempuan itu harus berbuat seperti apa? Apa tantangan kita sebagai perempuan?

Saya rasa, tantangannya sama bagi semua gender. Kita semua harus melatih diri berpikir kritis dan memutakhirkan pengetahuan kita agar tidak tergerus oleh kemajuan zaman dan teknologi.

Pernah gak sih mengalami diskriminasi gender di dunia kerja yang Mbak Dewi jalani?

Belum.

Ceritain dong pengalaman yang paling berharga atau terbahagia yang pernah dialami!

Ketika pertanyaan itu diajukan kepada orang yang sudah berusia 40 tahun lebih, menjawabnya susah karena sudah terlalu banyak pengalaman berharga dan bahagia.

Kalau momen yang paling bikin sedih?

Sama seperti jawaban di atas.

Siapa sosok yang paling menginspirasi Mbak Dewi, baik dalam menulis, bermusik, dan kehidupan sehari-hari? Apa alasannya?

Saya tidak pernah terinspirasi oleh satu orang saja, apalagi untuk bidang sebanyak itu. Dalam menulis, saya ingin terus berkarya hingga lanjut usia, seperti Pak Sapardi ataupun Goenawan Mohamad yang kiprah dan jasanya terhadap industri penulisan tetap signifikan meski beliau-beliau sudah berusia lebih dari 70 tahun. Untuk musik, sosok Erwin Goetawa juga menginspirasi. Beliau mampu konsisten mempertahankan kualitas kerjanya serta punya branding yang kuat.

Apa pesan Mbak Dewi buat para perempuan di Indonesia agar tetap survive dengan tantangan dan kerasnya zaman?

Kenali diri sendiri dengan baik, perkaya diri dengan ilmu dan wawasan, buka hati dan buka pikiran, belajar menerima keberagaman.