Friday, May 12, 2017

BANANANINA Magazine | Fashion | Mei, 2016 | Yuli Triastuti

-->
Mengawali karier sebagai penyanyi di Indonesia, bagaimana pada akhirnya Anda bisa beralih menjadi seorang penulis?

Menulis sudah menjadi hobi sejak kecil, berbarengan dengan hobi musik saya. Cuma memang kesempatan berkariernya saat itu datang lebih awal untuk musik, jadi orang kenal saya sebagai penyanyi duluan. Bagi yang kenal dekat dengan saya, termasuk teman-teman saya menyanyi dulu, Rida dan Sita, tahu kalau saya memang hobi menulis, selalu bawa laptop ke mana-mana untuk meneruskan cerita. Jadi, buat saya tidak ada “peralihan”, hanya perbedaan timing.

Dari mana Anda mendapatkan inspirasi untuk membuat suatu cerita?

Inspirasi saya, ya, kehidupan itu sendiri. Apa pun yang kita amati adalah bahan cerita jika kita mampu mengolahnya.

Adakah relasi antara cerita yang ditulis dengan kehidupan nyata di sekitar Anda sendiri?

Kadang-kadang ada, kadang-kadang tidak. Ada yang murni imajinasi, tapi ada juga yang referensinya saya ambil dari kehidupan saya sendiri atau yang terjadi di sekeliling saya.

Siapa tokoh yang menjadi favorit Anda dari seri Supernova? Kenapa?

Sejauh ini tokoh favorit saya adalah Alfa Sagala. Saya amat menikmati menulis Alfa. Dia punya komposisi yang pas untuk dibecandai, dikerjai, sekaligus dikagumi.

Setelah menyanyi dan menulis, adakah keinginan untuk mencoba hal di bidang lain?

Saya punya beberapa hobi lain, seperti memasak, fotografi, interior, dan seterusnya, tapi untuk bisa sampai menjadi karier profesional butuh waktu dan dedikasi, yang sejauh ini sepertinya kedua hal itu sudah tersedot oleh profesi saya sekarang. Jadi, yang lain baru bisa sebatas hobi saja.

Bicara soal fashion, apa gaya andalan seorang Dee Lestari?

Secara umum saya menamakan gaya favorit saya “painless casual”.  Saya kurang menyukai apa pun yang membuat saya harus berjuang mengenakannya, seperti sepatu hak 10 senti, rok yang terlalu ketat, celana terlalu ketat, atau baju yang membutuhkan dalaman khusus, dsb. Kadang-kadang kalau memang harus dan hanya sebentar, saya nggak keberatan. Tapi, sehari-hari saya lebih senang memakai yang nyaman di badan: jins dengan kain yang nyaman dan model yang tidak merepotkan, rok panjang katun yang adem, T-shirt dengan bahan sejuk dan nyaman, tas yang tidak bikin pegal bahu, sendal yang nyaman dan nggak bikin pegal. Pokoknya as painless as possible.

Antara tas dan sepatu, mana yang menurut Anda lebih penting? Kenapa?

Belakangan saya lebih senang pakai sendal, jadi mungkin jawaban saya adalah tas, ya. Walau sebetulnya yang lebih penting adalah bawa air putih ke mana-mana. Haha!

Selain dompet dan alat komunikasi, benda apa yang wajib sekali berada di dalam tas? Kenapa?

Tissue, karena seringkali dibutuhkan dalam keadaan tertentu. Oil Film karena kulit saya cenderung berminyak. Shopping bag yang bisa dilipat untuk berbelanja. Selain itu yang biasanya ada adalah pulpen, earphone, compact powder, dan ikat rambut.

Tas seperti apa yang ideal untuk memenuhi kebutuhan seorang Dee Lestari?

Tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil, bisa ditutup (ada resleting atau kancing), setidaknya punya dua kompartemen kecil di dalamnya, dan distribusi beratnya bagus jadi tidak bikin pegal bahu.

Adakah kiat-kiat tertentu dari Mbak Dee agar bisa menulis dan menciptakan sebuah karya literatur yang menarik?

Untuk hal ini butuh pembahasan tersendiri tentunya. Semakin diselami, semakin banyak yang perlu dipelajari dari seni menulis untuk menghasilkan karya yang baik. Yang jelas, tulisan yang baik adalah tulisan yang jernih dan mengikat, atau engaging.  So, keep those two aspects in mind.