Monday, April 27, 2015

Majalah Eduguide | Hari Buku Nasional | April, 2015 | by Lian Amigo


Apa makna HBN bagi Anda? Tujuan HBN ialah untuk meningkatkan minat baca, serta menumbuhkan produksi buku di Indonesia. Apakah tujuan itu menurut Anda sudah tercapai?

Hari Buku Nasional, seperti “Hari”-“Hari” lainnya, menurut saya adalah seremoni, maknanya tak lebih dari perayaan, pengingat, dan peningkatan ‘awareness’. Sementara meningkatkan minat baca serta menumbuhkan produksi buku adalah tujuan yang membutuhkan usaha yang jauh lebih intensif dalam periode waktu yang panjang dari sekadar mengandalkan momentum perayaan Hari Buku Nasional.

Banyak orangtua mengeluh soal mahalnya buku sekolah, ditambah wajib ganti setiap tahun. Bagaimana Anda memandang ini?

Buku pelajaran memang idealnya disubsidi oleh pemerintah. Saya rasa perubahan kurikulum yang terlalu sering juga mengakibatkan buku-buku harus berganti dan ini membebani siswa/orang tua.

Ada yang mengatakan, mahalnya buku lantaran berbagai pajak yang dikenakan, termasuk pajak penulis. Tanggapan Anda?

Buku pelajaran setahu saya bebas pajak (PPN), mohon diklarifikasi. Tapi keringanan untuk buku tidak harus datang dari pajak semata, melainkan juga keringanan dari bahan baku, dsb. Pajak royalti untuk penulis memang cukup besar, saya pun merasa ini perlu ditinjau ulang mengingat sulit untuk menjadi penulis full time.

Pameran buku yang diadakan di Indonesia kelihatannya kurang agresif. Apakah Anda melihat karena pemerintah kurang menyokong? Dalam hal menumbuhkan minat baca, saran Anda kepada pemerintah untuk memasyarakatkan minat tersebut?

Khusus untuk pameran kelas internasional menurut saya memang kurang disokong, karena selama ini gagal menyelenggarakan di tempat yang lebih representatif dan prestisius. Kalau di Pulau Jawa menurut saya acara buku sudah cukup banyak. Di daerah yang sangat kurang. Harga buku juga jauh lebih tinggi karena tingginya biaya distribusi. Saya berharap pemerintah lebih memerhatikan kegiatan-kegiatan perbukuan dan kepenulisan di luar P. Jawa. Otomatis itu akan meningkatkan minat baca, karena buku “didekatkan” ke masyarakat.

Apakah Anda memiliki ide agar masyarakat senang membaca? Di Inggris, para pemadam kebakaran datang ke sekolah-sekolah TK khusus untuk membacakan buku cerita. Kita berharap ini terjadi di Indonesia dan bisa dimulai lewat artis, pejabat dan sosok-sosok yang terkenal. Menurut Anda?

Saya rasa, kegiatan semacam itu sifatnya seremonial saja. Tidak akan menyentuh akar masalahnya, walau mungkin membantu dari nilai promosi. Di Inggris, kultur membaca sudah sangat kuat. Di Indonesia belum. Jadi, yang perlu dibenahi menurut saya lebih mendasar daripada sekadar mengajak sosok terkenal untuk keliling membacakan buku. Dari hulu dan hilir harus dihidupkan. Memperbanyak taman bacaan, mendukung toko buku kecil, menyediakan bacaan murah, mensubsidi buku, meningkatkan kegiatan membaca di sekolah melalui cara-cara yang lebih menarik, menurut saya adalah hal-hal yang lebih berarti.