Monday, April 27, 2015

Foodie Magazine | Kopi & Filosofi Kopi | Maret, 2015 | by Primo Rizky


Ada banyak yang karya literatur yang berfokus pada makanan, kenapa Mbak Dewi saat itu tertarik dengan kopi?

Saya menulis Filosofi Kopi pertama kali waktu masih kuliah, tahun 1996. Saat itu saya belum menjadi penulis profesional dan hanya hobi menulis saja. Jadi, motivasi saya menulis memang tidak dengan pertimbangan atau perbandingan dengan karya-karya lain, melainkan hanya ingin menulis tentang kopi saja. Bagi saya, kopi adalah minuman yang sangat berkarakter (sama dengan opini Ben, tokoh utamanya), dan saya ingin mendedikasikan sebuah tulisan untuk kopi. Itu saja.

When was your first encounter with coffee?

Seingat saya dari kecil, tapi perkenalannya waktu itu hanya sesendok dua sendok teh. Ayah saya yang memperkenalkan. Dia kadang menyuapi 1-2 sendok kopi dari gelasnya. Kalau saya lagi makan alpukat kerok, Ayah saya bilang, coba dikasih kopi, pasti lebih enak. Saya coba masukkan 1-2 sendok makan air kopi, dan benar, lebih enak. Sampai sekarang saya suka sekali Avocado Coffee.

Apa arti 'kopi' bagi seorang Dewi Lestari?

Doping utama umat manusia. Percaya atau tidak, kehidupan modern disangga oleh kopi, kalau tidak salah bertahun-tahun lalu majalah Times pernah membahasnya sebagai liputan utama.

How do you like your coffee?

Saat ini saya suka yang lebih soft seperti cafe latte atau paling tidak cappuccino, karena sepuluh tahun terakhir tubuh saya sensitif pada kafein. Dan saya lebih suka porsi kecil, di cangkir yang mini, tapi isinya bukan espresso. Saya juga suka mencampurkan rempah seperti kayu manis sebagai pengganti gula.

Kapan biasanya Mbak Dewi menikmati kopi? Apakah ada ritual-ritual tertentu dalam menikmatinya?

Karena saya nggak bisa minum banyak, I really cherish my chance of having a cup of coffee. Daripada minum yang abal-abal, mending nggak sama sekali, karena sayang sama kesempatannya. Biasanya pagi hari. Kalau sudah siang atau sore, tidur malam saya terganggu.

Personal curiosity, Kopi Tiwus itu benar-benar ada atau tidak? Aku research ke mana-mana tapi yang muncul selalu tentang Filkop. Kalau ternyata itu karangan Mbak Dewi, gimana awal mulanya bisa 'menciptakan' tentang kopi tersebut?

Pertanyaan Anda sama dengan pertanyaan Ayah saya. Waktu baca cerita Filosofi Kopi, dia juga terpikir ingin beli Kopi Tiwus, hehe. Ternyata cuma karangan anaknya saja. Saat itu saya memang ingin menubrukkan kreasi Ben (tokoh utama dalam Filosofi Kopi yang merasa sudah membuat kopi terbaik di dunia) dengan sesuatu yang sederhana, yang di luar dari perhitungannya. Makanya saya ciptakanlah Kopi Tiwus, yang merupakan antitesis dari segala yang dibikin Ben. Kopi Tiwus tumbuh alami, sembarangan, tanpa konsep, bahkan dijual dengan sangat murah bahkan seringnya cuma-cuma, tapi di balik itu ada semacam kekuatan “magis” yang disimpan Kopi Tiwus. Seperti apa? Ya, Anda harus mencicipi sendiri. Lewat tulisan saya. Haha!