1. Banyak anak
muda yang sudah tertarik dengan profesi penulis. Kalau dari sudut pandang Kak Dee sendiri profesi penulis itu ngapain aja ya, Kak?
Bergantung dari penulis jenis apa yang hendak ditekuni. Penulis
itu bisa menulis fiksi, nonfiksi, jurnalisme, dan bisa jadi gabungan dari itu
semua. Intinya penulis menerjemahkan ide abstrak menjadi tulisan konkret yang
dapat dibagi ke orang lain. Penulis yang profesional artinya dia sudah dapat
menjadikan kegiatan menulis sebagai mata pencarian.
2. Mungkin bisa
diceritakan pengalaman Kak Dee selama menulis, dari pengalaman sedihnya sampai
pengalaman senangnya?
Sangat banyak. Yang jelas, menulis memampukan saya bertemu
dengan banyak orang, membawa saya berjalan-jalan, dan yang paling utama adalah
ketika tulisan saya meninggalkan kesan dalam hidup seseorang. Tidak ada yang
sedih sejauh ini. Menantang mungkin iya, tapi tidak sedih.
3. Bagaimana
cara mencari inspirasi menulis atau gimana caranya menghadapi writer’s
block?
Inspirasi tidak perlu dicari. Inspirasi akan datang sendiri jika
kita peka. Jadi yang perlu dilatih adalah kepekaan kita untuk menjadikan segala
yang kita amati, cerap, alami, menjadi ide tulisan. Writer’s block bisa diatasi
dengan menentukan deadline sebelum menulis dan mematuhi tenggat waktu yang kita
tentukan.
4. Terkadang
kalau kita menulis di tengah-tengah cerita itu kan malas melanjutkan, menurut Kak
Dee gimana sih cara menghindari hal semacam itu?
Kita harus punya perspektif yang realistis untuk tidak
mengharapkan bahwa proses menulis akan selalu lancar. Pasti akan ada
tersendatnya, ada malasnya, dan itu wajar. Saya pun masih mengalami. Hanya saja
saya tidak lagi menganggapnya sebagai writer’s block, dsb. Yang penting adalah
tidak berhenti. Disiplin akan mengatasi berbagai rintangan itu.
5. Terus menjadi
penulis itu apa keuntungan atau enaknya jadi penulis?
Kalau kita menyukainya, maka itu sudah menjadi keuntungan maupun
kenikmatan menulis. Penulis pada dasarnya sama saja dengan profesi lain. Kita
pasti akan berbahagia jika kita bisa melakukan apa yang kita cintai. Penulis
itu punya kekuatan untuk membawa orang merenung, bepergian, hanya dengan orang
membaca tulisan kita.
6. Kalau dari
sisi struggle, jadi penulis struggle-nya apa?
Penulis itu
bertarung dengan dirinya sendiri dan halaman kosong. Untuk bisa menuntaskan
sebuah karya, untuk membuat karya bermutu, perlu disiplin dan keinginan belajar
terus menerus. Menulis adalah keahlian yang dipelajari seumur hidup. Tidak ada
kata berhenti. Penulis juga harus mampu menata ekspektasi pembaca dan dirinya
sendiri, menyeimbangkannya.
7. Apa yang Kak
Dee rasakan setelah berhasil menciptakan sebuah buku ?
Seperti melahirkan anak. Bagi saya, buku itu seperti “anak
batin”. Ada kepuasan, rasa haru, rasa bangga, dan rasa senang.
8.
Baru-baru ini
heboh masalah pajak penulis, menurut pendapat Kak Dee sendiri gimana? Apakah Kak Dee setuju soal pajak penulis yang katanya sangat besar itu?
Saya rasa perlakuan pajak terhadap penulis memang membutuhkan
perbaikan menuju perlakuan yang lebih proporsional dan adil. Perumusannya
seperti apa tentunya harus didiskusikan bersama dengan para pelaku di industri
penerbitan dan juga instansi yang terkait.
9. Karena banyak
anak muda yang ingin jadi penulis, apa sih saran atau tips dari Kak Dee?
Banyak membaca dan banyak berlatih menulis. Tidak ada jalan
pintas dalam keahlian menulis. Menulis itu seperti otot. Kalau kita mau kuat,
tangguh, dan ahli, mau tidak mau otot menulisnya harus dilatih terus. Banyak
mencoba, membaca referensi, dan juga mencoba berbagi ke orang lain agar kita
mendapat masukan.
10. Apa harapan Kak
Dee untuk penulis-penulis ke depannya?
Saya berharap penulis muda Indonesia semakin banyak yang tumbuh,
semakin berkualitas, semakin beragam. Pendidikan bangsa itu bukan hanya dari
buku sekolah, tapi juga dari buku-buku fiksi. Jadi, penulis itu punya peran
penting untuk meningkatkan intelektualitas masyarakat. Mudah-mudah juga profesi
penulis dapat menjadi profesi yang lebih mapan dan mampu memberi penghidupan
yang baik kepada pelakunya.