1. Seberapa besar ketertarikan
Dee terhadap kopi? Sejak kapan?
Saya menulis Filosofi Kopi waktu masih
kuliah. Sebagai mahasiswa, saat itu kami akrab dengan kopi untuk menemani bikin
tugas, atau ketika sedang hang-out sama
teman-teman. Sejak kecil saya sering membikinkan kopi untuk ayah saya. Menurut
beliau, kopi seduhan saya rasanya enak. Saya juga dikasih icip kopi
sedikit-sedikit pakai sendok makan. Sepanjang ingatan saya, saya selalu
menyukai citarasa kopi.
2. Inspirasi buku Filosofi
Kopi lahir dari mana?
Waktu itu niat saya hanya ingin membuat
cerita yang didedikasikan untuk tema kopi. Lalu, muncullah khayalan tentang
sebuah kedai, tokoh Ben, tokoh Jody, dan seterusnya.
3. Ada kisah menarik saat
melakukan riset untuk penulisan buku Filosofi Kopi? (pengalaman dengan petani
dan sebagainya)
Saya bikin cerpen itu tahun 1996. Sumber
daya saya terbatas. Boro-boro riset jauh-jauh. Hanya mengandalkan khayalan saja
dan ensiklopedia. Dari situ saya baca sepintas informasi tentang tanaman kopi.
4. Kedai kopi paling favorit
di Indonesia? Apa yang membuat kedai tersebut spesial?
Jelas Filosofi Kopi, karena kedai itu
merupakan perwujudan dari fantasi saya. Hanya karena jarak rumah saya agak jauh
ke Filosofi Kopi, saya nggak bisa setiap saat ke sana. Kalau yang dekat-dekat
rumah, di daerah Tangerang Selatan, saya suka ke Rosso, Kullerfull,
Fiordelatte, Saudagar Kopi. Yang membuat kedai kopi enak itu menurut saya bukan
hanya kopinya saja, tapi hubungan pengunjung dengan baristanya. Dan, itulah
yang membedakan kedai kopi dengan tempat lain. Kedai kopi itu manusianya juga,
ada aspek personal.
5. “Hidup bagaikan kopi pahit”
bagaimana pendapat Dee tentang ungkapan ini?
Bagi saya ungkapan itu bergantung kepada
bagaimana kita mempersepsikan rasa “pahit”. Pahit kopi sebetulnya bagian dari
karakter kopi itu sendiri. Dan, citarasa kopi tidak melulu pahit, jauh lebih
kompleks dari itu. Hidup pun begitu, tidak melulu pahit, banyak manisnya juga.
6. Bisa ceritakan tentang buku
Filosofi Kopi 2?
Filosofi Kopi 2 tidak ada dalam bentuk
buku. Pengembangan yang terjadi di film Filosofi Kopi 2 adalah sepenuhnya
kreativitas produser, sutradara, dan penulis skenario. Karya asli Filosofi Kopi
hanya sebatas cerpen yang saya tulis, yang sudah dituangkan di film Filosofi
Kopi pertama.