Masih
berhubungan dengan versi digital dan versi cetak, bagaimana pendapat Mbak Dewi
tentang peran teknologi dalam kegiatan membaca?
Saya merasa teknologi saat ini merupakan kesempatan
emas untuk meningkatkan minat literasi. Meski buku cetak masih mendominasi dan
memiliki peran penting, kita bisa memanfaatkan teknologi buku digital untuk
pemerataan buku-buku di daerah, ketimbang harus mengirimkan/menyebarkan buku
fisik yang juga memakan biaya dan membutuhkan perawatan. Beberapa daerah yang
saya kunjungi akhir-akhir ini, salah satunya Kalimantan Selatan, Dinas
Perpustakaan-nya sudah bersiap meluncurkan perpustakaan digital, yang mana anggota
perpus dapat meminjam buku secara gratis dalam kurun waktu tertentu. Hal
seperti ini menurut saya adalah terobosan penting dan mudah-mudahan dapat
diterapkan di berbagai daerah di Indonesia. Untuk itu, penting sekali bagi
pemerintah untuk menyiapkan jaringan/infrastruktur bagi layanan internet
memadai di Indonesia. Buku bukan berhenti sebatas kertas. Buku adalah konten
dan informasi. Dan, teknologi saat ini memungkinkan kita mengakses konten buku
di luar dari batasan fisik. Tergantung kita siap memanfaatkannya secara
maksimal atau tidak.
Mengingat
novel Mbak sering kali dibuat menjadi film, apakah buku Aroma Karsa sudah ada
rencana untuk dibuat sebagai film juga?
Saat ini belum ada rencana pasti meski sudah ada
beberapa pihak yang menjajaki. Saya pribadi ingin cerita Aroma Karsa bergulir dulu lebih jauh di masyarakat, mengingat buku
ini baru sekali diluncurkan. Saya sendiri masih fokus ke acara promo, tur booksigning, dst.
Biasanya
dari mana inspirasi untuk menulis buku muncul?
Berpikir kreatif menurut saya banyak
ditentukan oleh pembiasaan. Seseorang yang memang berkecimpung di dunia kreatif
dan sudah bertahun-tahun selalu berpikir dalam kerangka berpikir kreatif
akhirnya akan terbiasa untuk memproduksi ide. Saya tidak lagi misalnya secara
sadar atau sengaja ingin menghasilkan ide. Batin yang sudah dibiasakan untuk
merasa dan berpikir secara kreatif otomatis akan menjadi lahan yang subur bagi
ide. Stimulusnya jadi bisa dari apa saja, dari kegiatan sehari-sehari, dari
membaca, dari mendengar informasi, membaca berita, dsb. Untuk menelurkan ide
rasanya tidak ada tempat dan waktu khusus. Untuk mengolahnya, iya. Dibutuhkan
disiplin dan ketenangan. Namun, ide bisa datang kapan saja dan di mana saja.
Dalam
buku Aroma Karsa, ada bagian saat salah satu tokoh yaitu Raras disebut sebagai
Kartini Modern. Menurut Mbak Dewi, seperti apa sosok Kartini yang modern itu? Adakah
sosok Kartini modern atau perempuan yang berperan penting dalam karier Mbak
Dewi? Kalau ada siapakah orang tersebut? Terakhir, apa pandangan Mbak Dewi
terhadap perkembangan penulis perempuan di Indonesia?
Kartini
menyimbolkan pemikiran kritis terhadap kemajuan dan harkat perempuan. Ia sosok
yang cerdas dan melampaui zaman, walaupun akhirnya menyerah kepada keterbatasan
yang mengungkungnya saat itu. Pergelutan Kartini itu menurut saya lebih di
tataran intelektual.
Sosok
Kartini modern bagi saya adalah perempuan yang bersentuhan dekat dengan
potensinya, kekuatannya, dan mampu memanifestasikannya dalam kehidupan nyata,
bidang apa pun itu, termasuk dalam berumah tangga dan membesarkan anak-anaknya.
Saat ini, penulis perempuan memegang peranan dan
suara vokal di percaturan sastra Indonesia. Banyak acara yang diadakan khusus
untuk mengangkat para sastrawan perempuan, sementara untuk yang laki-laki malah
nggak ada. Keberagaman penulisnya juga sangat kaya.
Banyak
nama yang mencuat dan semuanya punya gaya menulis yang lain-lain.