1. Mbak Dee adalah salah satu tokoh wanita yang dikenal memiliki kepedulian yang besar mengenai berbagai permasalahan lingkungan. Apa yang melatarbelakangi kepedulian tersebut?
Dari kecil saya memang selalu tertarik pada masalah lingkungan. Belakangan ini, keprihatinan saya semakin kuat karena memang Bumi ini memang sudah makin merana. Bagi saya, isu lingkungan adalah isu yang berpotensi untuk menyatukan seluruh umat manusia, karena bagaimana pun kita tidak bisa lari ke mana-mana. Bumi ini cuma satu. Dan inilah masalah yang bisa memanggil setiap individu untuk menyumbangkan kontribusinya.
2. Apakah berbagai persoalan lingkungan yang ada saat ini kerap Mbak jadikan sebagai salah satu sumber inspirasi dalam menulis?
Supernova ke-4: “Partikel” akan bicara soal lingkungan. Saya juga berniat ingin menulis satu buku nonfiksi bertemakan lingkungan berjudul “Berubah Dari Rumah”.
3. Hal-hal apa saja yang mendapat perhatian dari Mbak berkaitan dengan kerusakan lingkungan yang dihadapi saat ini, khususnya di Indonesia?
Indonesia mengalami kerusakan hutan dan terumbu karang yang sangat parah. Kita masuk rangking ketiga untuk penyumbang gas rumah kaca karena kebakaran hutan, dan kita menempati posisi pertama untuk kerusakan hutan. Kesadaran berlingkungan juga masih sangat kurang di masyarakat, dari mulai displin membuang sampah sampai konsumerisme secara umum.
4. Sebagai seorang yang peduli akan lingkungan, apa saja contoh-contoh nyata yang biasa Mbak Dee lakukan? Dalam kehidupan sehari-hari dan di antara orang-orang terdekat.
Menanam pohon untuk setiap orang di rumah. Jadi rasionya satu orang satu pohon. Lalu membuat kompos, jadi sampah organik di rumah seluruhnya kami olah sendiri. Menolak plastik sebisa mungkin dan membawa kantong belanja ke mana-mana. Menghemat air dengan sistem cuci tampung untuk pencucian piring.
5. Seandainya Mbak bisa melakukan sesuatu hal yang besar untuk Bumi dan kelangsungan hidup umat manusia, apa saja yang ingin Mbak Dee lakukan?
Meminta semua orang untuk berubah dari diri mereka masing-masing. Berhenti mengurusi orang lain dan hal-hal nggak penting. Bagi saya masalah besar Bumi adalah karena semua orang merasa dirinya terpisah dari alam, terpisah dari satu sama lain. Kita sukar menerima perbedaan dan berdamai dengan itu. Yang ada kita menghabiskan waktu untuk terus mempermasalahkan. Semuanya karena kita sering lupa bahwa kita adalah satu.
6. Apakah ada imbauan serta pesan yang ingin Mbak Dee sampaikan kepada para pembaca kami, khususnya para wanita Indonesia yang berkaitan dengan lingkungan dan segala permasalahannya saat ini?
Lakukan apa pun yang kita bisa, dari diri sendiri dan dari rumah sendiri. Cukup dengan 3R (reuse, reduce, recyle) yang sederhana pun sudah bagus. Kalau bisa juga kurangi makan daging. Dan banyak2lah mencari info tentang masalah lingkungan supaya wawasan kita terbuka dan kita tahu apa yang sedang terjadi pada Bumi. Tidak usah pusing memikirkan apa efek perbuatan sederhana kita untuk dunia. Sekecil apa pun perbuatan kita, jika dilakukan dengan setia, akan menjadi perbuatan besar pada waktunya.
7. Apakah Mbak Dewi memiliki cerita-cerita yang berkesan dan menarik yang bisa dibagikan kepada para pembaca mengenai pengalaman Mbak selama menjadi perempuan yang memiliki pemikiran yang kritis terhadap lingkungan?
Saking semangatnya ingin tahu membuat kompos, saya sampai ikut pelatihan sehari cara membuat kompos. Saya juga ngubek-ngubek internet tentang pengolahan sampah rumah. Akhirnya saya malah dapat gratis dua alat pengolah kompos dari dua produsen yang berbeda. Belakangan saya juga sering keliling Indonesia bersama IVS (Indonesian Vegetarian Society) untuk mengampanyekan gaya hidup vegetarian yang ramah lingkungan. Dan saya sempat dengar cerita, bahwa ada orang-orang yang akhirnya sekarang memilih jadi vegetarian karena baca artikel saya di blog. Saya jadi terharu.
8. Apakah ada tokoh-tokoh tertentu yang Mbak jadikan inspirasi berkaitan dengan kepedulian terhadap lingkungan? Mengapa Mbak menjadikan beliau sebagai salah satu inspirator?
Banyak banget. Saya mengagumi hampir semua kontributor dalam film “The Eleventh Hour” (Leonardo DiCaprio). Untuk tokoh lokal, saya juga mengagumi banyak orang, salah satunya Pak Sobirin, seorang dosen, yang berhasil membuat rumahnya zero waste. Indonesia pun sebetulnya banyak punya tokoh2 seperti dia, yang dengan kapasitasnya sendiri, terjun langsung untuk membantu lingkungan. Saya angkat topi untuk orang2 seperti mereka.
9. Apakah Mbak Dee memiliki harapan khusus bagi usaha pelestarian lingkungan yang tengah digalakkan di berbagai negara, khususnya di Indonesia?
Saya berharap pelajaran tentang konservasi lingkungan menjadi mata pelajaran terpisah dari IPA, yang diajarkan di sekolah-sekolah. Pelajaran ini memfokuskan pada green living, smart consuming, dsb. Jadi setiap anak bisa langsung praktek dan bahkan menjadi pionir di rumahnya masing-masing.
Menjelaskan Air Mata
1 year ago