1. Bagaimana kehidupan kecil Mbak Dewi dengan Ayah?
Ayah saya seorang perwira militer yang selalu pindah-pindah tempat tugas, jadi semasa kecil seringnya saya bertemu Bapak (panggilan kami pada beliau) satu minggu sekali. Meskipun demikian hubungan kami cukup dekat. Saya selalu menanti-nanti kepulangan Bapak. Karena begitu ada Bapak, suasana rumah jadi lebih semarak.
2. Mana yang lebih dekat dengan Mbak Dewi? Ayah atau Ibu?
Ibu (almarhum) adalah seorang ibu rumah tangga, jadi setiap hari saya ketemunya dengan Mama, sementara dengan Bapak seringnya seminggu sekali. Otomatis Mama lebih dekat ke anak-anaknya. Tapi berhubung Bapak orangnya seru banget, jadi kalau di hati sih saya tetap merasa dekat dan akrab dengan Bapak, walaupun ketemunya nggak terlalu sering.
3. Bagaimana sifat Ayah Mbak Dewi secara keseluruhan?
Humoris, demokratis, ramah, berpikiran terbuka, kreatif, seorang pencerita dan pengingat yang baik.
4. Adakah perlakuan Ayah Mbak Dewi yang selalu terkenang sampai sekarang, atau bahkan semua itu mengubah hidup Mbak Dewi?
Bapak selalu ngebela-belain segalanya untuk anak-anak. Bapak bahkan pernah rela nggak ganti mobil, yang padahal udah butut banget, biar bisa membelikan anak-anaknya komputer. Dan meskipun dengan gaji pegawai negeri, Bapak tetap menomorsatukan pendidikan dan pengasahan skill buat anak-anaknya. Kami semua dikursuskan piano, dan selalu banyak alat musik di rumah. Bapak juga juaranya dokumentasi. Paling senang berfoto. Jadi foto-foto zaman dulu tuh banyak banget.
5. Pernahkan Ayah Mbak Dewi berperilaku layaknya Super Hero dalam keluarga?
Nggak.
6. Adakah perilaku lucu dan menyebalkan yang pernah dilakukan oleh Sang Ayah dan masih dikenang sampai sekarang?
Bapak selalu lucu. Yang menyebalkan saya nggak ingat. Tapi yang paling menyenangkan adalah waktu kelas 2 SD, saya dan adik saya, tahu-tahu dipanggil ke lapangan kompleks perumahan saya dulu (di Medan). Ternyata Bapak kasih surprise yakni kami berdua diajak naik helikopter keliling kota Medan. It was unforgettable.
7. Ayah Mbak Dewi akan marah-marah jika?
Kalau kita terlalu berisik saat Bapak tidur siang.
8. Pernahkah Sang Ayah berbuat kasar pada Mbak?
Nggak.
9. Bagaimana perlakuan Ayah Mbak Dewi ketika menghadapi pacar atau cowok Mbak?
Berhati-hati, sekaligus menyelidiki. Nggak pernah menentang dengan frontal sekalipun mungkin dia kurang sreg. Dia lebih mempercayakan anak-anaknya untuk milih sendiri dan belajar dari pengalaman.
10. Lebih kemanakah tipe Ayah Mbak? Demokrat atau diktaktor?
Demokrat.
11. Bagaimana Ayah Mbak Dewi dalam menanggapi masalah pendidikan anak-anaknya?
Seperti layaknya orang Batak pada umumnya, bagi Bapak pendidikan itu nomor satu. Kami semua diwajibkan lulus perguruan tinggi, jadi sarjana, karena bagi Bapak itu akan menjadi bekal atau semacam parasut cadangan kalau-kalau ada sesuatu dengan karier seni kami. Walaupun sampai sekarang semua anak-anaknya berkarier di jalur yang sama sekali berbeda dengan jurusan kuliahnya dulu.
12. Kata-kata atau nasehat apa yang paling diingat oleh Mbak Dewi yang pernah keluar dari mulut sang Ayah?
Ayah saya jarang menasehati. Tapi banyak petuah-petuah ‘tak sengaja’ yang keluar saat dia bercerita. Tapi paling sering sih Bapak selalu mengingatkan untuk ingat keluarga, silaturahmi antar saudara, dsb. Maklum, anak-anaknya sibuk semua. Hehe.
13. Adakah perbedaan sikap Ayah yang dulu dan sekarang? Ceritakan?
Bapak lebih realistis, lebih nrimo. Tapi kondisi fisiknya agak menurun ketimbang dulu. Bapak sehat sekali, senang olahraga, jagoan ping-pong. Tapi berhubung kakinya sekarang sedikit bermasalah, jadi Bapak selincah dulu lagi. Dan itu kadang-kadang bikin beliau agak murung.
Menjelaskan Air Mata
1 year ago