1. Mengenai cover buku "Akar", kenapa dulu cover itu bisa sampai bermasalah?
Pada cover depan Supernova ke-2 berjudul AKAR, saya memuat lambang Om (atau Aum). Lambang Om itu sendiri juga muncul di bagian dalam dan secara intrinsik terajut dalam cerita. Ternyata ada pihak yang menganggap bahwa Om sebagai lambang suci tidak layak dimuat dalam sampul novel, hanya di kitab suci. Dan juga Om itu eksklusif milik agama/budaya tertentu sehingga orang2 yang di luar dari penganut agama/budaya tsb tidak diperkenankan untuk memakai lambang Om dalam karya/keseharian mereka.
2. Siapa yang mempermasalahkan cover itu?
Sebuah organisasi pemuda berbasis Hindu di Bali. Menurut jubirnya, mereka hanya menampung aspirasi dari beberapa orang di lapisan masyarakat Bali yang merasa Om tidak pantas ada di sampul novel.
3. Perubahan apa yang dilakukan terhadap cover itu?
Sebetulnya kedua pihak (saya dan organisasi tsb) sudah sama-sama jelas dan sepakat bahwa penggunaan Om di cover AKAR tidak bermotivasikan penghinaan atau pelecehan, tapi untuk mengakomodir semua pihak maka kami memutuskan untuk mengubah sampul pada cetakan berikut. Saya tidak menyanggupi permintaan mereka untuk menarik buku cetakan pertama yang kadung beredar karena kesulitan teknis, dan akhirnya mereka juga setuju. Untuk cetakan berikut, sampul AKAR pada bagian Om akhirnya dibolongi.
4. Tahun berapa cover 'bermasalah' itu terbit?
Tahun 2002.
5. Apakah Mbak Dee kecewa dengan adanya masalah seperti ini?
Awalnya kecewa juga, karena menurut saya sikap eksklusivitas semacam itu kontraproduktif dengan universalitas nilai-nilai pihak itu sendiri. Tapi saya juga sadar sepenuhnya bahwa ini semua hanya keberagaman sudut pandang, jadi tidak usah dilebih-lebihkan. Saya sendiri nggak fanatik dengan desain cover, buktinya saya sering mengubah-ubah sampul buku saya sendiri dari cetakan ke cetakan. Jadi masalahnya memang bukan di desain, tapi persepsi yang memotori protes tersebut.
Menjelaskan Air Mata
1 year ago