1) Menjelang pemilu, adakah hal-hal tertentu—berhubungan dengan politik—yang menarik perhatian Dee? Misalnya gaya berkampanye para politisi negeri ini, dsb?
Hehe, sebetulnya saya bukan peminat ataupun pengamat politik yang baik. Jujur saya tidak mengikuti lika-liku kampanye sekarang ini, begitu juga sebelum-sebelumnya.
2) Sikap politik seperti apakah yang dimiliki seorang Dewi Lestari?
Ada satu kutipan menarik dari Simone de Beauvoir, seorang filsuf feminis Perancis, yang mengatakan bahwa: “yang personal adalah politis”. Saya sendiri lulusan Hubungan Internasional FISIP, jadi pernah belajar ilmu politik secara formal. Namun melalui pengamatan dan perkembangan minat saya pribadi, saya lebih tertarik dengan pilihan-pilihan personal seseorang, yang sebenarnya memiliki dampak politis yang sangat besar. Pilihan sederhana seperti menentukan belanja di pasar tradisional atau modern, beli wortel impor atau lokal, sebetulnya adalah keputusan politis. Namun hal-hal kecil ini seringkali dilewatkan. Saya kurang tertarik mempelajari “politik panggung” atau high politics, tapi saya percaya bahwa semua tindakan memiliki implikasi politis. Karena itu saya lebih tertarik untuk mendalami self-awareness, yang pada akhirnya akan membentuk pilihan dan gaya hidup tertentu, yang pada skala makro-nya akan membentuk politik sebuah bangsa.
3) Apakah setuju dengan golput?
Golput sesungguhnya adalah pilihan. Karena jika tidak ada yang nyangkut di hati, kenapa juga harus dipaksakan? Ada yang bilang, dengan kita golput, hak pilih kita malah disalahgunakan oleh pihak lain. Tapi menurut saya, itu adalah urusan si pihak lain, bukan yang memilih golput. Saya sendiri sih menggunakan hak pilih di Pemilu kemarin, tapi sebelum-sebelumnya memang enggak pernah karena benar-benar tidak merasa ada yang pas.
4) Adakah partai tertentu yang menyangkut di hati?
Sejauh ini belum ada.
5) Apakah ada ajaran-ajaran tertentu di keluarga Dee mengenai sikap politik?
Tidak ada secara khusus. Yang saya rasakan sih, orang tua kami mendidik kami dengan cukup demokratis. Kami dibiarkan untuk punya pilihan sendiri, walaupun sesekali orang tua masih memberikan pengarahan. Namun jika saya bandingkan dengan keluarga lain, boleh dibilang keluarga saya memberikan ruang yang cukup sehat bagi anggotanya untuk berkembang.
6) Kriteria presiden ideal menurut Dee?
Yang berani tidak ber-“politik panggung” dan lebih banyak menggunakan nurani. Karena sepertinya semua permasalahan bangsa ini, jika dirunut ke akarnya, akan kembali ke masalah nurani. Semua orang tahu korupsi itu merugikan, tapi tetap saja terjadi. Semua orang tahu pembalakan hutan itu merugikan alam, tapi tetap saja terjadi. Jadi sistem politik kita cuma mekanistis saja, tidak bernurani. Dan tidak memberikan ruang bagi nurani menjadi basisnya. Nurani itu bukan soal agama (karena menurut saya agama pun termasuk high politics), melainkan me-manusia-kan diri kita, menyeimbangkan kebutuhan kita, yang bukan cuma melulu materi atau emosi.
7) Apakah sudah melihat kandidiat yang memenuhi persyaratan tersebut?
Saya baru bisa menilai jika berkenalan langsung. Berhubung tidak ada yang kenal langsung, jadi saya tidak bisa menilai siapa-siapa.
8) Adakah ketertarikan Dee untuk terjun langsung ke dunia politik—secara Dee adalah lulusan HI Unpar?
Sejauh ini belum tertarik.
9) Adakah ketertarikan Dee untuk membuat cerita atau lirik bertemakan dunia politik yang penuh intrik ini? Mungkin tidak seperti Slank atau Iwan Fals yang begitu vulgar dalam ‘mengisahkan’ pemerintahan ini, tapi mungkin dengan gaya bahasa cerdas dari Dewi Lestari, atau bahkan menganalogikannya dengan sesuatu yang lain, barangkali?
Beberapa kali saya pernah juga membuat puisi bernuansa kebangsaan, yang pernah dibacakan di teve, dan juga dimuat di media, tapi untuk sampai membuat lirik lagu sih belum pernah.
10) Ngomong-ngomong, ada pertanyaan-pertanyaan menarikkah yang keluar dari mulut si kecil tentang spanduk-spanduk atau baliho kampanye yang sekarang ini beredar dimana-mana? Apakah itu menarik perhatian Keenan? Kalau iya, penjelasan seperti apa yang mba jelaskan pada si kecil?
Keenan masih 4 tahun, jadi pemahamannya tentang makna masih belum mendalam. Kalau cuma sekadar baca spanduk aja sih bisa, hehe.
Menjelaskan Air Mata
1 year ago