Mengawali karier sebagai penyanyi di Indonesia, bagaimana pada
akhirnya Anda bisa beralih menjadi seorang penulis?
Menulis sudah menjadi hobi sejak kecil,
berbarengan dengan hobi musik saya. Cuma memang kesempatan berkariernya saat
itu datang lebih awal untuk musik, jadi orang kenal saya sebagai penyanyi
duluan. Bagi yang kenal dekat dengan saya, termasuk teman-teman saya menyanyi
dulu, Rida dan Sita, tahu kalau saya memang hobi menulis, selalu bawa laptop ke
mana-mana untuk meneruskan cerita. Jadi, buat saya tidak ada “peralihan”, hanya
perbedaan timing.
Dari mana Anda mendapatkan inspirasi untuk membuat suatu cerita?
Inspirasi saya, ya, kehidupan itu
sendiri. Apa pun yang kita amati adalah bahan cerita jika kita mampu
mengolahnya.
Adakah relasi antara cerita yang ditulis dengan kehidupan nyata di
sekitar Anda sendiri?
Kadang-kadang ada, kadang-kadang tidak.
Ada yang murni imajinasi, tapi ada juga yang referensinya saya ambil dari
kehidupan saya sendiri atau yang terjadi di sekeliling saya.
Siapa tokoh yang menjadi favorit Anda dari seri Supernova? Kenapa?
Sejauh ini tokoh favorit saya adalah
Alfa Sagala. Saya amat menikmati menulis Alfa. Dia punya komposisi yang pas
untuk dibecandai, dikerjai, sekaligus dikagumi.
Setelah menyanyi dan menulis, adakah keinginan untuk mencoba hal
di bidang lain?
Saya punya beberapa hobi lain, seperti
memasak, fotografi, interior, dan seterusnya, tapi untuk bisa sampai menjadi
karier profesional butuh waktu dan dedikasi, yang sejauh ini sepertinya kedua
hal itu sudah tersedot oleh profesi saya sekarang. Jadi, yang lain baru bisa
sebatas hobi saja.
Bicara soal fashion, apa gaya andalan seorang Dee Lestari?
Secara umum saya menamakan gaya favorit
saya “painless casual”. Saya kurang
menyukai apa pun yang membuat saya harus berjuang mengenakannya, seperti sepatu
hak 10 senti, rok yang terlalu ketat, celana terlalu ketat, atau baju yang
membutuhkan dalaman khusus, dsb. Kadang-kadang kalau memang harus dan hanya
sebentar, saya nggak keberatan. Tapi, sehari-hari saya lebih senang memakai
yang nyaman di badan: jins dengan kain yang nyaman dan model yang tidak
merepotkan, rok panjang katun yang adem, T-shirt dengan bahan sejuk dan nyaman,
tas yang tidak bikin pegal bahu, sendal yang nyaman dan nggak bikin pegal.
Pokoknya as painless as possible.
Antara
tas dan sepatu, mana yang menurut Anda lebih penting? Kenapa?
Belakangan saya lebih senang pakai
sendal, jadi mungkin jawaban saya adalah tas, ya. Walau sebetulnya yang lebih
penting adalah bawa air putih ke mana-mana. Haha!
Selain
dompet dan alat komunikasi, benda apa yang wajib sekali berada di dalam tas?
Kenapa?
Tissue, karena seringkali dibutuhkan
dalam keadaan tertentu. Oil Film karena kulit saya cenderung berminyak.
Shopping bag yang bisa dilipat untuk berbelanja. Selain itu yang biasanya ada
adalah pulpen, earphone, compact powder, dan ikat rambut.
Tas
seperti apa yang ideal untuk memenuhi kebutuhan seorang Dee Lestari?
Tidak terlalu besar, tidak terlalu
kecil, bisa ditutup (ada resleting atau kancing), setidaknya punya dua
kompartemen kecil di dalamnya, dan distribusi beratnya bagus jadi tidak bikin
pegal bahu.
Adakah
kiat-kiat tertentu dari Mbak Dee agar bisa menulis dan menciptakan sebuah karya
literatur yang menarik?
Untuk hal ini butuh pembahasan tersendiri
tentunya. Semakin diselami, semakin banyak yang perlu dipelajari dari seni
menulis untuk menghasilkan karya yang baik. Yang jelas, tulisan yang baik
adalah tulisan yang jernih dan mengikat, atau engaging. So, keep those two aspects in mind.