Apa alasan memilih kuliah di
Unpar dan memilih jurusan HI?
Sejujurnya,
alasan saya dulu lebih karena ketidaktahuan. Waktu SMA saya ambil jurusan
Biologi, tapi menjelang kelulusan saya sadar bahwa saya tidak tertarik untuk
mengambil jurusan eksak saat kuliah nanti, akhirnya saya banting setir dan cari
jurusan sosial. Hubungan Internasional menjadi salah satu pilihan saya karena
ada kata “internasional”-nya. Terdengar keren dan berprospek jalan-jalan ke
luar negeri, jadi saya ambil. Ha-ha-ha! Saya nggak tahu bahwa ternyata di
dalamnya belajar politik. Kalau UNPAR sih karena untuk pilihan swasta, menurut
saya UNPAR adalah yang terbaik. Kebetulan kakak saya juga kuliah arsitektur di
UNPAR, jadi rasanya sudah familier.
Apa saja aktivitas selama
berkuliah (termasuk kegiatan kemahasiswaan atau yang lainnya)?
Saya
sudah memulai karier nyanyi dari mulai awal kuliah, jadi sejak tahun pertama
saya lebih banyak sibuk di luar kampus. Saya lebih tepat disebut sebagai
siluman kampus ketimbang macan kampus, karena saya biasanya hanya datang untuk
menghadiri perkuliahan. Tidak punya banyak kesempatan untuk berorganisasi.
Adakah hal paling berkesan
yang dialami selama berkuliah?
Saya
punya sekelompok sahabat yang dulu dinamakan “Anak 44” (karena kosnya di
Ciumbuleuit no 44), persahabatan kami adalah salah satu yang paling berkesan. Selain
itu adalah makan gule di kantin bawah (kayaknya sekarang sudah pindah entah ke
mana). Saya sangat menikmati proses pembuatan skripsi saya. Waktu itu saya
menulis tentang pop culture, belum
pernah ada yang menulis tema itu sebelumnya. Saya jadi bersemangat karena
akhirnya saya menemukan aspek dari Hubungan Internasional yang sangat menarik
buat saya.
Saat ini, Mbak Dee dikenal
sebagai musisi, penulis lagu, dan penulis buku. Bisa tolong ceritakan awal mula
Mbak Dee memilih terjun di dunia seni ini?
Saya
sudah mulai berkarier di musik sejak mulai kuliah, awalnya jadi backing vocal, dan dua tahun kemudian
saya merilis album bersama trio Rida Sita Dewi. Hobi menulis lagu dan menulis
fiksi memang sudah dari kecil, saya mulai bikin lagu dan mencoba menulis novel
dari kelas 5 SD, dan hobi itu berlanjut sampai besar. Awalnya hanya buat
dikonsumsi sendiri, atau dibagi ke teman-teman dan keluarga. Baru tahun 2000
saya berniat serius untuk menerbitkan karya pertama saya, Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh. Sejak itu, saya
dikenal sebagai penulis hingga sekarang.
Apa tantangan Mbak Dee ketika
menjalani hidup di dunia seni?
Hampir
semua pekerja seni melakukan pekerjaan mereka karena cinta, termasuk saya.
Kadang kita jadi merasa bahwa pekerjaan kita lebih besar dari hidup kita, dari
segala-galanya. Jadi, tantangannya adalah bagaimana punya perspektif yang
seimbang agar kita nggak terlena untuk terus mengejar eksistensi dan
mengabaikan hal-hal lain yang tidak kalah penting, seperti keluarga dan
kesehatan.
Adakah hal paling berkesan
selama menjadi musisi dan penulis buku?
Terlalu
banyak untuk disebutkan. Yang jelas, meski saya tidak berkarier sebagai
diplomat atau terjun ke politik, menjadi musisi dan penulis membawa saya
melihat dunia, berkeliling Indonesia, bertemu dengan banyak orang-orang luar
biasa, sebagaimana yang saya bayangkan ketika dulu mau masuk HI.
Adakah materi perkuliahan yang
Mbak Dee peroleh di Unpar yang bisa dipakai di dunia kerja Mbak Dee?
Kuliah
di HI sangat mempertajam kemampuan saya menulis. Intinya, menulis yang baik
adalah menulis secara jernih dan runut, dan itu terbantu sekali oleh
ujian-ujian yang kebanyakan esai. Begitu juga ketika skripsi, otot membaca saya
jadi sangat terlatih karena begitu banyak referensi yang harus saya pelajari untuk
sebuah topik yang tidak lazim saat itu.
Sepengetahuan Mbak Dee, apa
perbedaan Unpar sekarang dengan yang dulu? (baik gedung, mahasiswa, ataupun
suasananya)
Ini
hanya berdasarkan pengamatan yang terbatas, ya. Kesan saya, gedung UNPAR
semakin megah, mahasiswanya tetap asyik, suasananya agak beda tapi itu lebih
karena Bandung yang semakin macet. Dulu juga kalau ke Ciumbuleuit macet, tapi
sekarang ini benar-benar perjuangan kalau sudah harus ke daerah Ciumbuleuit.
Saya bayangkan situasi itu pasti menjadi tantangan besar buat mahasiswa UNPAR
sekarang.
Pesan Mbak Dee untuk mahasiswa
Unpar?
Selalu
pelihara rasa ingin tahu. Ilmu terlalu luas untuk disekat gedung kampus.
Rakuslah akan ilmu. Rakuslah akan pengalaman. Temukan yang kamu cinta, dan
tekuni itu hingga kamu menjadi yang terbaik.